Hari Pernikahan

2383 Kata
Hari paling dinantikan oleh Ero, dan hari yang paling tidak diharapkan oleh Fella, kini akhirnya datang. Hari pernikahan kedua orang itu tengah diselenggarakan dengan meriah. Upacara pernikahan mereka baru saja selesai dan kini mereka berdua telah resmi menjadi pasangan suami istri. Banyak tamu undangan yang hadir, tentu saja terutama seluruh anggota keluarga Romanov. Bahkan Enzio yang selalu bermusuhan dengan Ero pun ikut hadir di hari bahagia bagi Ero tersebut, datang bersama istri dan anak laki-lakinya. Semua anak buah kelompok mafia keluarga Romanov tentunya ikut hadir dalam acara pesta itu, walau sebagian besar ditugaskan untuk menjaga keamanan mansion karena tak menutup kemungkinan musuh mungkin akan memanfaatkan kondisi ini untuk menyerang mansion mengingat pasti kabar penikahan Ero dan Fella ini sudah tersebar ke seantero negeri, termasuk sudah masuk ke telinga musuh-musuh besar keluarga Romanov, khususnya musuh-musuh Ero. “Wah, selamat ya atas pernikahan kalian. Aku harap kalian akan segera mendapatkan momongan.” Itu Sophia yang memberikan ucapan sekaligus doa seperti itu untuk pasangan pengantin. Tentu doa itu diaminkan oleh Ero karena dia begitu ingin secepatnya memiliki anak laki-laki untuk memenuhi syarat yang diberikan ayahnya jika ingin diresmikan sebagai kepala keluarga Romanov yang baru. Hal serupa dirasakan Fella, mengaminkan doa dari Sophia karena dia pun ingin secepatnya melahirkan anak laki-laki untuk Ero agar dirinya dan Diego bisa secepatnya dibebaskan. “Terima kasih,” sahut Fella disertai senyum, walau terlihat jelas ada duka yang mendalam dalam sorot mata Fella yang seharusnya bahagia karena ini merupakan hari yang paling spesial dan bersejarah dalam hidupnya. Sayangnya wanita malang itu tak merasakan kebahagiaan yang biasanya dirasakan oleh pasangan pengantin normal di luar sana. “Aku belum mengenalkan diri padamu. Namaku Sophia, aku ini istri Enzio sekaligus adik iparmu mulai sekarang. Dan ini suamiku, Enzio.” Sophia memeluk lengan suaminya yang berdiri di sampingnya tapi tak terdengar sedikit pun pria itu mengeluarkan suara sekadar untuk mengucapkan selamat atas pernikahan sang kakak. “Dia ini adik kandung suamimu,” tambah Sophia. Tatapan Fella pun tertuju pada Enzio karena dia sudah mengetahui permusuhan antara Ero dan adiknya tersebut, dia tahu hal ini tentu saja karena dia tanpa sengaja mendengarkan pembicaraan antara Ero dan Maverick di saat Fella bersembunyi di dalam lemari kala itu. “Dan anak tampan ini, siapa namanya?” tanya Fella seraya mengusap pelan dagu anak semata wayang Sophia dan Enzio yang kini berada dalam gendongan sang ayah. “Namanya Mario. Putra semata wayang kami berdua.” “Oh, dia sangat tampan.” “Sama seperti ayahnya, bukan? Kau juga kelak akan melahirkan seorang anak yang tampan dan cantik karena keluarga Romanov memiliki gen yang bagus, semua anggota keluarga Romanov pasti tampan dan cantik. Benar, kan, Sayang?” Bermaksud mencairkan suasana yang terasa menegangkan karena sejak tadi Ero dan Enzio sama-sama melayangkan tatapan tajam penuh permusuhan, yang didapatkan Sophia dari suaminya justru senyum miring penuh cemoohan. “Itu pun jika dia bisa memberikan keturunan untuk keluarga Romanov. Karena sebuah pernikahan belum tentu akan diberikan keturunan oleh Tuhan, bukan? Banyak juga pasangan suami istri yang tidak diberi keturunan. Bukankah begitu?” Ero yang mendengarnya tentu merasa tersinggung, dia mendelik tajam pada sang adik yang dia tahu persis sedang menyindir dirinya. “Tentu saja aku dan istriku akan diberikan keturunan oleh Tuhan. Lihat saja, kami akan secepatnya memiliki anak laki-laki.” “Wah, wah, wah, demi menjadi penerus keluarga Romanov, kau sampai melakukan tindakan sejauh ini, Ero. Kau menikahi wanita yang tidak jelas asal usulnya padahal kau sudah memiliki kekasih. Ke mana perginya kekasihmu yang super model itu? Apa dia memilih bersama pria lain dan meninggalkanmu karena tidak tahan hidup bersama seorang psikopat sepertimu.” “Kurang ajar. Berani kau bicara begitu padaku!” Ero berniat memukul wajah Enzio yang sudah bicara sembarangan, menyulut emosinya naik ke permukaan. Beruntung Graziano datang menghampiri sehingga Ero pun mengurungkan niatnya. Tangannya yang sudah siap melayang ke wajah Enzio, kini dijatuhkan kembali. “Apa yang kalian berdua lakukan, hah?! Ingat, kalian sedang ada di acara pesta pernikahan. Banyak tamu undangan di sini, jangan sampai kalian menimbulkan keributan dan kekacauan. Jangan membuatku malu, paham kalian?!” bentak sang kepala keluarga Romanov tersebut, ditujukan pada kedua putranya yang tidak pernah akur. “Dia yang memulainya, Ayah. Dia mengatakan istriku mungkin tidak akan bisa melahirkan keturunan untukku. Adik macam apa dia, mendoakan hal buruk seperti itu untuk kakaknya sendiri.” “Hei, aku tidak bilang begitu. Aku hanya mengatakan tidak semua pasangan suami istri yang diberikan keturunan oleh Tuhan. Bukankah itu benar? Memangnya ada yang salah dengan ucapanku itu? Lagi pula aku tidak mengatakan Ero dan istrinya tidak akan diberi keturunan, ya siapa yang menyuruh mereka tersinggung mendengar ucapanku.” Ero mengepalkan tangan, rasanya gatal sekali ingin memukul wajah Enzio yang sangat menyebalkan, selalu sukses membangkitkan amarahnya dan merusak suasana hatinya yang sedang baik. “Aku juga tadi hanya menanyakan tentang Franca, kekasih Ero yang super model itu. Wajar bukan jika aku merasa heran karena pengantin wanitanya bukan Franca, melainkan wanita yang …” Enzio menatap Fella dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan tatapan merendahkan. “… tidak jelas asal usulnya.” “Ibu setuju denganmu, Enzio. Ibu juga heran kenapa Ero jadi menikahi wanita tidak jelas ini dan bukannya Franca yang sudah menjadi kekasih Ero selama bertahun-tahun.” “Sudah cukup kalian berdua!” Graziano sekali lagi membentak istri dan putranya yang terus bicara sembarangan di depan pasangan pengantin. “Jangan banyak bicara, lebih baik kalian pergi dan nikmati saja pesta ini.” “Huh, aku sudah tidak tertarik berlama-lama di sini, Ayah. Lagi pula alasanku datang ke pesta yang membosankan ini karena atas permintaan Ayah. Sekarang aku sudah boleh pergi, bukan? Lihat Mario, kasihan dia sudah bosan sekali,” ucap Enzio. Graziano mengembuskan napas lelah. “Ya, terserah kau. Kalau ingin pergi, ya pergi saja. Itu lebih baik daripada kau menimbulkan keributan dan kekacauan di sini.” Enzio menyeringai puas karena dia memang sudah tak tahan berlama-lama berada di pesta itu. Yang lebih membuatnya kesal karena dia tak suka melihat Ero akhirnya menikah. Itu berbahaya untuknya jika sampai Ero memiliki anak laki-laki karena artinya posisi penerus keluarga Romanov benar-benar akan jatuh pada kakaknya tersebut. “Ayo pulang Sophia,” ajak Enzio pada sang istri, lalu melangkah pergi tanpa menunggu jawaban dari istrinya tersebut. “Maaf atas keributan yang disebabkan suamiku barusan. Aku pergi dulu, Fella. Semoga kita bisa bertemu lagi lain waktu.” Fella mengulas senyum disertai anggukan pada Sophia yang menurutnya baik dan ramah, wanita itu sepertinya menerima dirinya sebagai bagian dari keluarga Romanov mulai hari ini. “Aku juga pulang saja. Sama seperti Enzio, aku juga malas dan bosan berlama-lama di sini.” Kali ini Grace yang mengeluh. Graziano berdecak. “Kau ini seorang ibu, seharusnya kau bahagia melihat putramu akhirnya menikah.” “Ya, aku bahagia melihat Ero akhirnya menikah, andai saja pengantin wanitanya bukan …” Grace menatap Fella dengan raut jijik di wajahnya. “… wanita tidak jelas ini. Sudahlah, aku malas membahasnya. Aku lebih baik ikut ke rumah Enzio. Aku pergi dulu, ya, Sayang.” Graziano memutar bola mata, malas meladeni istrinya yang terkadang menyebalkan itu. “Ya, pergilah. Lakukan sesukamu,” Tatapan Grace pun tertuju pada Ero. “Selamat atas pernikahanmu ini, Ero. Aku harap kau tidak akan menyesalinya di kemudian hari.” Ero mendengus. “Terima kasih atas ucapan dan kedatangan ibu. Dan tunggu saja tidak lama lagi kami berdua akan memberikan cucu yang tampan dan pintar untuk ibu.” Grace menggelengkan kepala seraya memijit pangkal hidungnya yang terasa berdenyut memikirkan darah yang mengalih di dalam tubuh cucunya nanti berasal dari wanita yang tak jelas asal usulnya itu. Dia pun menghentakan kedua kaki sebelum melangkah cepat meninggalkan tempat pesta. “Ibu tidak pernah berubah, selalu lebih menyayangi Enzio dibandingkan aku,” ucap Ero, mengeluhkan sang ibu yang sejak dulu selalu bersikap menyebalkan di depannya. Terlihat jelas dia membeda-bedakan kedua putranya. “Karena kau sudah sering membuatnya kecewa, berbeda dengan adikmu yang justru selalu membuatnya bangga. Jika kau ingin ibumu bisa menyayangimu juga, berhenti membuatnya kecewa, Ero.” Ero mendengus. “Karena sikapku dan apa pun yang aku lakukan selalu salah di mata ayah dan ibu. Percayalah pernah ada masa di mana aku berusaha mati-matian demi bisa membuat kalian bangga padaku, karena ternyata sikap kalian tetap begitu padaku, sekarang aku sudah tidak peduli lagi.” Ero pun berbalik badan seolah bersiap untuk pergi. “Mau ke mana kau?” tanya Graziano yang heran melihat putranya meninggalkan pelaminan padahal acara pesta belum selesai. “Menemui teman-temanku.” “Lalu bagaimana dengan istrimu?” “Ada ayah di sini, bukan? Jadi temani dia.” “Hei, tidak bisa begitu. Karena kalian sudah menikah, kau harus selalu mengajak istrimu ke mana pun kau pergi. Dia harus selalu ada di sampingmu.” Namun, Ero mengabaikan sepenuhnya nasihat ayahnya tersebut karena dia benar-benar meninggalkan pelaminan dan lebih memilih menghampiri teman-temannya yang sedang berkumpul. “Dasar anak kurang ajar. Dia tidak pernah mematuhi nasihatku,” gerutu Graziano. Dia lalu menatap lekat Fella yang sudah resmi menjadi menantunya. “Aku jadi kasihan padamu yang mulai hari ini harus hidup bersama anak itu. Aku tidak tahu apa yang membuatmu bersedia menikah dengannya, tapi aku bisa melihat kesedihan di matamu. Padahal seharusnya kau bahagia karena ini merupakan hari spesial dan bersejarah dalam hidupmu.” “Tuan, sebenarnya aku ….” Graziano mengangkat satu tangan, memberikan isyarat pada Fella agar tak melanjutkan perkataannya. “Tanpa kau mengatakannya pun, aku sudah tahu kau terpaksa menerima pernikahan ini. Tapi Fella, entah kenapa aku memiliki firasat kau merupakan istri yang tepat untuk Ero, itulah kenapa aku menerimamu sebagai menantuku walaupun profesimu seorang pencuri.” Fella menundukan kepala, terlihat kebingungan menanggapi perkataan ayah mertuanya tersebut. Dia tersentak saat merasakan ucapan lembut di puncak kepalanya karena Graziano tiba-tiba melakukan itu. “Aku harap kau bisa mengubah kepribadian buruk Ero menjadi lebih baik. Jika kau menuntunnya dengan benar, aku yakin Ero bisa berubah jadi jauh lebih baik dari dirinya yang sekarang. Ero memang keras kepala, egois dan tidak memiliki belas kasihan, tapi bukan berarti dia tidak bisa mencintai seseorang. Fella, boleh aku mengajukan dua permintaan padamu?” “Apa itu, Tuan?” Graziano mengangkat jari telunjuknya membentuk angka satu. “Permintaanku yang pertama, tolong kau jangan pernah meninggalkan Ero. Buatlah dia jatuh cinta padamu karena setelah itu aku yakin kau akan bisa mengubah kepribadian buruknya dan kau juga akan memberikan kebahagiaan untuknya.” Fella meneguk ludah karena tentunya dia tak mungkin bisa mengabulkan permintaan sang ayah mertuanya itu. Karena dia sudah bertekad begitu memberikan anak laki-laki untuk Ero, dia akan langsung pergi meninggalkan pria itu. “Permintaan yang kedua.” Graziano kini mengangkat jari tengah sehingga membentuk angka dua. “Mulai sekarang jangan memanggilku tuan, tapi panggil aku ayah karena aku ini ayahmu sekarang.” Fella membekap mulut, terharu bukan main atas kebaikan sang kepala keluarga Romanov tersebut, hingga tanpa sadar dia pun meneteskan air mata. *** Tepat jam sepuluh malam, acara pesta pun berakhir. Semua tamu undangan telah pergi sehingga mansion milik Ero itu kembali sepi dan hening seperti semula. Fella sedang menunggu di sebuah kamar yang sudah dihias sedemikian rupa. Walau Fella menyadari kamar itu merupakan kamar yang dia tempati semenjak menetap di mansion tersebut. Hanya dengan melihat dekorasinya, sudah jelas kamar itu akan dijadikan kamar pengantin di mana sebentar lagi dirinya dan Ero akan melakukan ritual malam pertama seperti yang biasa dilakukan oleh pasangan suami istri normal di luar sana. Fella duduk sendirian di pinggir ranjang dengan perasaan takut dan was-was. Masih mengenakan gaun pengantin, aksesoris dan riasa di wajahnya, Fella tengah menanti kedatangan sang suami yang entah sedang berada di mana karena dia tak kunjung datang ke kamar itu. Jantung Fella berdetak tak karuan, tubuhnya gemetaran setiap membayangkan sebentar lagi dia harus melakukan ritual malam pertama dengan Ero. Sungguh dia takut membayangkan kengerian apa yang sebentar lagi akan menimpanya mengingat betapa kejam pria yang kini sudah resmi menjadi suaminya itu. Begitu terdengar suara pintu yang terbuka, spontan Fella menatap ke arah pintu. Rupanya bukan Ero yang datang, melainkan seorang pelayan. Seketika Fella mengembuskan napas lega. “Permisi Nyonya,” ucap pelayan yang seorang gadis muda berusia sekitar 21 tahun jika dilihat dari perawakannya. Fella mengangguk. “Ya, ada apa?” tanyanya. “Saya datang untuk membawakan pesanan Tuan Ero. Tuan meminta saya mengantarkan minuman ini.” Fella menatap pada nampan yang dipegang sang pelayan. Nampan berisi botol wine yang masih utuh dan sebuah gelas. “E-Ero memintamu mengantarkan wine itu ke kamar ini?” “Benar, Nyonya. Tapi sepertinya wine ini untuk Tuan Ero, saya tidak diperintahkan untuk membawakan gelas untuk anda juga.” Fella meringis mendengarnya, lagi pula siapa yang menginginkan wine itu. Fella sama sekali tak tertarik meminum wine yang bisa membuatnya mabuk tersebut. Pelayan itu meletakan nampan di atas meja, lalu berjalan pergi setelah berpamitan pada Fella. Kembali Fella merenung sendirian dengan perasaan takut yang menyelimuti hatinya. Dan tiba-tiba suara pintu yang terbuka kembali terdengar. Fella melebarkan mata saat melihat sosok Ero yang muncul dari balik pintu. “Hei, apa kau sudah menungguku lama, hm?” tanya Ero seraya membuka jas yang melekat di tubuhnya. Dia juga melepas dasi yang terpasang rapi di lehernya, dan terakhir dia membuka kancing di kedua lengannya. “Kenapa kau belum berganti pakaian?” tanya Ero begitu melihat penampilan Fella masih sama seperti tadi siang. “Ah, jangan bilang kau sengaja karena berharap aku yang akan melepaskan gaunmu itu. Hahaha … kau ini polos sekali, ya.” Fella tak mengatakan apa pun, kesepuluh jemarinya saling meremas di atas pangkuan karena tak ingin Ero melihat tangannya yang sedang gemetaran karena ketakutan. “Oh, ya. Karena ini malam pertama kita berdua sebagai pasangan suami istri, aku ingin memberimu kejutan sebelum kita memulai ritual malam pertama itu.” “K-kejutan?” gumam Fella pelan. “Ya, kejutan yang sudah sengaja kusiapkan untukmu. Selamat menikmati. Semoga kau menyukainya, ya.” Ero pun mengambil sebuah remote yang tergeletak di atas meja, lalu menekan salah satu tombol, seketika televisi yang ada di kamar itu pun menyala. Dan di detik berikunya pria itu menyeringai lebar mendapati Fella terbelalak sempurna karena melihat di dalam televisi terlihat sosok Diego yang sedang disiksa sedemikian rupa. Ya, itulah kejutan yang diberikan Ero untuk sang istri di malam pertama mereka yaitu video dia yang beberapa menit lalu menyiksa Diego sebagai bentuk hukuman atas kelancangan Fella yang diam-diam mengunjungi kekasihnya di sel penjara bawah tanah dua hari yang lalu. Itulah alasan Ero datang terlambat ke kamar tersebut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN