Keputusan Pindah Pondokan PAGI-pagi sekali, Rani sudah muncul depan kamar Cika. Yang dikunjungi baru saja kembali dari rumah induk semang memesan makanan untuk sarapan. Tatkala bibinya datang, tentu saja ia girang menyambutnya. Ia sampai memeluk Rani dengan erat. Rani lumayan sering mengunjungi Bahri tapi baru kali ini lagi kalau ke Pondok Gasela dan bersua dengan Cika. “Kebetulan jadwal kuliah siang, Bi. Jam sebelas. Jadi kita bisa ngobrol-ngobrol dulu,” ucap Cika. Tak berapa lama, Lince datang dengan pesanan. Cika memesan satu piring lagi, nasi kuning lengkap dengan goreng tempe dan bawan. Tak lupa, Cika pun memesan dua gelas teh manis yang hangat. “Cika, Bibi disuruh Om Bahri,” kata Rani sembari tangan kanannya mengambil dompet dalam tas hitam miliknya. Lalu dari dompet cokelat itu,