12. Pemberkatan Pernikahan

1111 Kata
Di sebuah venue yang amat luas, kini ruangan tersebut telah disulap menjadi dominan warna putih. Di setiap sudut selalu ditemukan bunga warna putih bersama daunnya yang ikut memadu dengan indah bersama warna putih ini. hiasan lain menambah semarak sebuah pesta pernikahan salah satu anak orang kaya di Indonesia. Namun tidak akan ada yang namanya wartawan atau publikasi karena semua tamu undangan juga tidak bisa mengambil foto dengan ponsel mereka. Layaknya orang kaya kebanyakan yang menerapkan ini untuk menjaga privasi. Nama memepelainya terpampang di lobi tempat penerimaan tamu. David & Widya Dua nama yang tidak pernah disadari akan terpampang di papan pernikahan seperti ini karena banyak yang tahu sifat playboy seorang David, bahkan orang tuanya sekali pun. Tadinya ibu dan ayah David juga menentang putranya untuk menikah hanya karena menginginkan harta Adara saja yang jatuh ke anak angkatnya. Mereka justru bersyukur kalau akhirnya David tidak mendapatkannya, tapi tanpa disangka Widya justru menyetujuinya dan kini telah menjadi menantu mereka. David sama sekali tidak bisa ditentang, anak mereka yang satu ini selalu berambisi kuat jika menginginkan sesuatu. Jadi ibu dan ayahnya hanya pasrah dan membiarkan apa yang akan David lakukan karena setelah melihat Widya seperti apa, mereka sedikit luluh. Bisa dibilang, meski Widya seorang anak angkat yang dulunya adalah pembantu, gadis itu memiliki otak yang pintar. Ayah David yang tahu soal hukum langsung klop bersama Widya saat pertama kali bertemu. Pembawaan Widya juga anggun dan bagus, sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi. Proses pemberkatan sudah dilakukan pagi tadi di sebuah gereja tempat mereka melakukan bimbingan pra-nikah secara sederhana dan tertutup. Jadi Widya dan David kini telah resmi menjadi sepasang suami istri. Dua orang yang ketika bertemu lebih banyak berdebat dan saling mengumpat ini, kini sudah harus siap menampilkan diri sebagai pasangan di depan banyak orang. * * * “Apa sudah selesai?” tany David pada Saras dan terdengar oleh Widya. David menghampiri kamar hotel tempat Widya dirias untuk resepsi pernikahan mereka yang akan menggunakan gaus dengan gradasi dari atas berwarna ungu gelap lalu menjadi lilac sampai ke bawah. Gaun itu begitu mewah dengan pernak-pernik yang membuatnya akan terlihat menyala ketika disinari cahaya. Tapi yang membuat Widya resah dengan gaun ini adalah bagian kerahnya yang mengekspos sampai bagian atas dadanya hingga rasanya dadanya ini akan mencuat ke luar. Itu semua karena berat badan Widya turun sebanyak dua kilo sehingga ukuran gaun menjadi lebih besar dari sebelumnya sehingga akhirnya melorot dari bagian yang seharusnya. Tadinya semua aman saat pengukuran gaun terakhir kali. Rambut Widya masih ditata saat David menghampirinya. Dia bisa melihat perempuan yang telah resmi menjadi istrinya ini kembali terlihat berbeda dengan dandanan dan warna gaun yang berbeda juga. Rasanya seperti David melihat orang lain. Apalagi ditambahkan mahkota di kepala Widya, rasanya Widya sudah seperti ratu sekarang. “Kenapa kamu menutupi bagian itu?” tanya David karena saat dia mendekat, Widya langsung menutupi bagian atas dadanya yang terekspos. “Agar kau tidak macam-macam,” jawab Widya dengan tenang. Dia tidak mau ribut dengan David dan ingin melewati hari ini tanpa ada ribut sedikit pun. Sejak pemberkatan semua berjalan lancar, semoga sampai acara resepsi juga demikian. “Nanti juga gue bakal liat sih,” kata David lalu mendekat ke arah Widya dengan menjulurkan kepalanya melewati pundak sebelah kiri sang istri. Mereka saling bertatapan lewat cermin sekarang. “Ini termasuk biasa saja, tidak terlalu terbuka. Lagi pula gue harus pamerin ke orang-orang kalau istri gue juga cantik dan punya body yang nggak kalah sama cewek lain,” ujar David dengan berbisik. Widya hampir saja menjambak rambut David karena perkataan pria itu. bisa-bisanya berpikir begitu? Memangnya buat apa dipamerkan? Widya sama sekali tidak tertarik untuk menarik perhatian orang. “Saya tidak ingin bedebat sekarang, jadi lebih baik kamu diam saja,” timpal Widya setelah menenangkan emosinya sendiri. “Baiklah.” David mundur tapi tetap berada di belakang tubuh Widya yang telah selesai dirias. Tangan David membenarkan sedikit posisi mahkota yang dirasa kurang seimbang di kepala Widya lalu kedua tangannya kini berada di pundak Widya yang terbuka. “Ayo kita keluar!” aja David. Kegugupan Widya langsung menuju puncak, jika saat proses pemberkatan tadi Widya bisa lebih lega karena yang datang hanya pihak keluarga, berbeda dengan sekarang. Resepsi ini mengundang kurang lebih 400 orang yang sebagian saja merupakan orang penting dan tersohor. Dari pengusaha sampai artis bisa ditemukan di tempat ini. Namun sayangnya ... tidak ada yang Widya kenal. Mereka semua adalah tamu David dan keluarganya. Sedangkan Widya tidak berniat mengundang siapa pun dia memiliki beberapa teman kuliah. Widya hanya tidak ingin membuat geger karena menikah dengan orang kaya di circle pertemanannya. Widya amat takut sebenarnya jika harus menghadapi wajah-wajah yang mungkin akan men-judge nya dengan tatapan tidak suka. Tahu sendiri Widya ini pembantu yang kemudian menjadi anak angkat orang kaya dan dinikahi hanya demi harta. Orang yang tahu latar belakangnya pasti akan berteriak tidak setuju dan mengasihani David karena menikah dengannya. “Kenapa tangan dingin banget?” tanya David pada Widya saat mereka baru saja keluar dari kamar untuk menuju venue. “Gugup,” jawab Widya jujur. Mau berbohong juga untuk apa. Karena bisa saja ada orang yang bisa melihat mereka, maka David dan Widya terus bergandengan tangan kecuali di dalam lift. Widya segera melepaskan tangannya dan menghela napas karena kegugupannya makin tidak terkendali. Dia mendadak takut berada di tengah orang yang tidak dia kenali padahal sebelumnya tidak. Mungkin karena dia akan menjadi pusat perhatian sekarang ini. “Kenapa?” tanya David karena Widya terus menghela napas. Tapi karena Widya tidak menjawab, David pun mendekatinya dan merengkuh Widya ke dalam pelukannya. Tidak sampai di situ, David membisikkan kata-kata untuk menuntun istrinya menarik napas dan mengelanya dengan pelan. tangaan David juga mengusap punggung Widya dengan lembut. “Ada gue, jangan khawatir. Gue nggak akan ninggalin lo di tengah banyak oranng,” kata David setelah pelukan mereka terusai. Namun Widya masih sangsi dengan kalimat David yang rasanya sulit untuk dipercayai. “Beneran?” cicit Widya, dia hampir menangis saking gugup dan takutnya. “Hm.” “Janji?” “Janji.” Untuk pertama kalinya David melihat wajah Widya menjadi sangat imut karena ketakutan. Dan karena fitur wajah Widya yang memang sudah polos, maka seperti anak kecil yang baru saja kehilangan ice creamnya dan meminta ayahnya untuk dibelikan lagi. Dengan sapu tangannya, David mengusap keringat di kening Widya begitu hati-hati karena takutnya merusak make up Widya yang sudah sempurna. Lalu tangan kiri David masih dipegang oleh Widya dan tidak dilepaskan oleh istrinya ini. “Udah ... jangan nangis ... lo udah cantik banget, nanti kalau mascara lo mbleber, pada takut semua,” kata David bergurau. Tapi Widya yang kesal langsung memukul tangan d**a David dan melepaskan tangan pria itu yang dipegangnya sejak tadi. “Menyebalkan!” * * *
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN