Setelah percakapan aneh di dalam lift, David kembali menggandeng Widya dan sampai lah mereka di venue pernikahan mereka. Semua tamu undangan yang telah hadir menyambut dengan tepuk tangan kedatangan kedua mempelai. Tepuk tangan yang meriah itu memacu kegugupan Widya lagi tapi David tetap menjaganya dengan terus memegang tangannya. Bebarapa kali juga akan memberikan usapan lembut dengan ibu jari pria itu.
Tamu undangan diminta menggunakan warna lilac saat menghadiri pernikahan ini dan saat ini seperti lautan warna lilac atau senada dengan itu. David dan Widya yang menggunakan warna ungu gelap pun menjadi yang paling stand out.
Berbeda dengan Widya yang tampak gugup dan beberapa kali menyembunyikan wajahnya di balik buket bunga warna lilac yang ada di tanganya, David justru tersenyum lebar. Pria ini melambaikan tangan pada semua orang tanpa terkecuali saat mereka berjalan di tengah menuju pelaminan berada.
“Tunjukkan wajah lo. Karena lo beneran cantik hari ini,” bisik David di telinga Widya agar istrinya ini percaya diri.
Namun Widya masih ragu, karena bisa saja David berbohong.
Oh ayolah ... di sini adalah banyak artis cantik dengan wajah yang begitu memukau meski memakai pakaian yang simple sesuai dress code. Widya merasa terbanting saja karena dia pikir kalau wajahnya tak secantik itu. Saat bercemin tadi bahkan melihat diri sendiri rasanya aneh dengan pakaian super mewah ini.
“Ck!”
David bercedak karena Widya tak mengindahkan kata-katanya. Dia pun berhenti melangkah di tengah-tengah jalan menuju pelaminan dan itu membuat banyak orang bingung. Semua orang menanti apa yang hendak David lakukan termasuk Widya karena saat ini David menurunkan buket bunga yang menjadi tempat wajah Widya bersembunyi.
“Gue udah bilang kalau lo cantik. Harusnya lo nurut,” kata David dengan sauara berbisik agar tidak ada yang tahu sepasang suami istri ini masih memakai sapaan yang tidak mesra sama sekali.
Dan setelahnya yang terjadi adalah di luar dugaan semua orang.
CUP
David mencium bibir Widya saat itu. Ciuman yang bisa disaksikan oleh banyak orang termasuk pada mantan wanita yang pernah dekat dengan David dan mereka kini mencak-mencak melihat David justru jatuh ke pelukan seorang Widya. Perempuan yang sama sekali tidak mereka pikirkan akan merebut seorang David.
Kedua mata Widya membulat, dia begitu terkejut dengan apa yang terjadi dan makin terkejut karena orang-orang bertepuk tangan.
“Get a room, BRO!” teriak seseorang karena David mencium istrinya di depan banyak orang.
“ANJIR LAH! GUE JADI KANGEN ISTRI!”
“SIALAN! Gue diundang cuma buat liat David ciuman!”
Teriakan protes dan keluhan orang-orang tedengar oleh David yang cuma tertawa, berbeda dengan Widya yang masih bingung beserta wajahnya yang telah berubah menjadi merah, apalagi pipinya.
Mereka telah sampai di pelaminan dan melihat tamu undangan di depan mereka. MC masih berbicara untuk memandu acara resepsi pernikahan ini yang terlihat semarak tapi Widya sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya tengah dia lakukan.
“Lucu, pipi lo jadi merah,” bisik David dengan wajahnya yang masih menunjukkan senyum.
“Berisik!” cibir Widya.
Karena mereka kini di depan banyak orang, maka Widya tidak bisa menendang burung David karena seenaknya menciumnya. Tadi saat pemberkatan David juga sudah menciumnya. Di depan orang tuanya sekali, lalu sekarang?
Jadi selama sehari ini David sudah mencuri ciuman darinya sebanyak 3 kali.
“Hanya hari ini saya mengizinkanmu melakukan itu,” kata Widya.
David menoleh ke arah perempuan yang sudah menjadi istrinya ini.
“Kalau begitu gue akan memanfaatkannya dengan baik,” ujar David dengan wajah penuh senyumnya.
Senyum yang sering Widya lihat jika ini senyum bisnis. Hanya sebagai formalitas saja karena semua orang memperhatikan mereka. Kini Widya juga harus membiarkan lengan kanan David bertengger di pinggangnya dan akan mengusap di bagian itu hingga ke pinggulnya. Terasa geli dan Widya aneh tapi juga bukannnya tidak merasa nyaman.
“Tersenyum,” bisik David di telinga Widya lalu meninggalkan kecupan ringan di sana sebelum menjauh.
Akhirnya Widya yang hendak tersenyum pun tidak jadi dan malah mencubit tangan David yang ada di pinggangnya. Widya melakukan itu sambil ditutupi dengan buket dunga sehingga tidak akan terlihat oleh orang lain.
“Rasakan,” ucap Widya dengan tersenyum yang sama sekali tidak membuat matanya menyipit.
David menerima pembalasan dengandam itu karena dia tadi sudah mendapatkan yang dia mau, yaitu mencium telinga sang sitri.
MC kini meminta David dan Widya untuk maju dan memotong kue pernikahan mereka yang berwarna lilac dengan hiasan bunga warna ungu. Semua warna ini adalah permintaan Widya yang mendadak ingin mewujudkan pernikahan yang pernah dia impikan padahal tadinya dia pasrah saja dan terserah David akan membuat pernikahan yang seperti apa.
Untungnya perubahan saat itu tidak terlalu mepet sehingga pihak WO masih bisa mengubahnya asal ada uang tentu saja. Maka ini semua bisa terlaksana karena David tidak segan untuk membiayai sendiri pernikahannya. Tidak ada dana yang menggunakan milik orang tua atau keluarga besarnya apalagi milik Widya, David murni mengehabiskan uangnya sendiri.
Itu pun cuma terpakai sangat sedikit dari isi rekeningnya.
Setelah memotong cake, acara berpindah dengan teman mempelai mempersembahkan nyanyian untuk memeriahkan suasana sembari beramah tamah dan makan. Semua orang berbaur termasuk mempelai sendiri yang tidak menetap di pelaminan. David membawa Widya untuk bertemu orang-orang.
“Sayang, perkenalkan ini Gery, sutradara yang akan menggarap film di agensi kita,” kata David memperkenalkan Widya pada kenalan David.
Tidak cuma beberapa, tapi setiap mereka berjalan dan David disapa oleh orang-orang, maka David akan memperkenalkan siapa orang itu pada Widya. Lalu orang itu akan diperkenalkan juga pada sang istri. Tangan David juga hampir selalu berada di pinggang Widya, terkecuali kalau David harus bersalaman menggunakan dua tangan saat bertemu orang tua.
Widya jadi merasa terharu karena David benar-benar menepati janjinya untuk tetap membawa Widya ke manapun pria itu pergi dalam pesta ini. Tidak membuat Widya menjadi patung saja dan meminta dirinya untuk sesekali ikut berbicara jika dia tahu tentang topiknya. Alhasil Widya menjadi lebih rileks setelah kurang lebih bertemu 10 orang teman David.
Saat bertemu dengan para pengusaha yang kebanyakan kenalan kedua orang tua David, Widya juga diperkenalkan oleh mertuanya itu di depan mereka. Hal yang kembali membuat Widya makin tersentuh karena meski orang tua David tahu mereka cuma menikah kontrak, tapi Widya tidak serta merta diperlakukan tidak baik.
“Ini mantu saya mau ambil S2 di Universitasmu, jangan dipersulit loh,” gurau ayah David di depan seorang rektor yang kebetulan kenal dekat dengan ayah David.
“Lho iya to? Tapi kayaknya memang kamu kan yang dapat nilai tertinggi waktu upacara wisuda kemaren?” tanya rektor tersebut.
“Betul, Pak,” jawab Widya dengan seyuman.
Dia senang dapat dikenali di lingkungan ini berdasarkan kemampuannya.
“Pinternya mantumu, Bang ... apa bisa buat anak lanangku aja?” tanya rektor tersebut memuji Widya.
“Ndak bisa dong, Pak. Nanti kalau saya nangis ditinggal sama istri gimana? Malam pertama aja belum loh ...” cetus David ikut dalam pembicaraan.
Mereka pun tertawa karena kalimat David.
“Yang langgeng dan saling mencintai dalam suka dan duka, ya? Kalian sangat serasi sampai bikin saya ingat masa muda dengan istri, saya dan istri juga dulu seganteng dan secantik kalian,” kata rektor tersebut lalu mereka tertawa lagi.
David mengajak lagi Widya bertemu yang lainnya. Dan ketika bertemu dengan para Artis, Widya akan mulai merasa gugup kembali karena kadang mereka menatapnya dari atas hingga bawah seolah menilai. Tatapan yang harusnya tidak diperbolehkan karena itu bisa saja menjadi bentuk perbuatan tidak menyenangkan.
“Lo mepet terus sama istri dari tadi, takut digongol maling istri lo?” tanya seorang artis pada David yang sudah memiliki hubungan akrab dengannya.
“Iya lah ... Hari ini dia cantik banget sampe bikin gue ketar-ketir. Biasanya cuma pake kaos doang aja bikin gue panas dingin, malah sekarang jadi jelmaan putri disney,” jawab David menggunakan kalimat yang sama sedang bergurau.
Tapi Widya merasa lebih baik setelah David mengatakan itu di depan orang-orang yang merupakan artis terkenal ini. Setidaknya itu meningkatkan kepercayaan diri Widya.
“Istri lo katanya pernah jadi pembantu, Vid?” tanya seorang artis wanita bernama Cikita yang tampak tenang menanyakan hal itu dengan kata-kata yang sangat tidak pantas.
Widya mengernyitkan keningnya tidak suka karena artis ini bertanya dengan makna kalimat yang merendahkan profesi pembantu. Mereka kalau tidak ada pembantu juga tidak akan mungkin bisa mengurus rumah! Menjadi pembantu itu bukan status yang rendah dan ini profesi yang berharga daripada mengemis mengharap bantuan orang lain!
Tangan David yang ada di pinggang Widya bergerak memberi usapan untuk menenangkan emosi Widya yang bisa saja terpancing.
“Ya, dari mana lo tahu?” balas David tidak terpancing akan pertanyaan salah satu artis yang untungnya bukan dari agensinya.
Kalau iya, maka bisa dipastikan David akan mengeluarkannya dan membuat artis ini sepi job. Dia tidak akan membiarkan orang yang tidak punya sopan santun hidup tenang di agensinya.
“Banyak sumber. Gue kira lo bakal jadian sama si Anggun. Kan dia cantik banget tuh,” jawab Cikita.
“Oh ... berarti lo yang kurang update aja. Istri gue juga cantik makanya gue nikahin dia cepet-cepet setelah dia lulus kuliah,” ujar David yang tentu saja semua itu adalah kebohongan.
“Tapi tetep pembantu sih, Vid ... apa lo ga malu?” Cikita masih saja berkata tidak sopan.
* * *