Karena rencana pernikahannya dengan Widya terjadi dalam kurun waktu 2 bulan sejak kepergian Adara, maka ada banyak hal yang harus diurus oleh David untuk itu. Mengganti jadwal, memajukan atau mengundurkan jadwal yang sudah ada sebelumnya karena agenda besar ini.
Meski David menganggap ini hanya pernikahan kontrak atau pernikahan bisnis, tapi dia juga tidak bisa mengabaikan fakta pernikahan ini akan membuat hidupnya segera berubah. Tidak pernah dalam dewasanya dia berpikir akan menikah tapi demi Minara, dia harus melakukannya. Sepertinya untuk bisa mendapatkan sesuatu yang besar, maka pengorbanan David juga harus sama besarnya.
Anggap saja begitu, David terlalu pusing harus memikirkan tentang pernikahannya sendiri.
Bimbingan pernikahan juga harus diikuti oleh David sambil terkantuk-kantuk. Beberapa kali David akan mendapatkan cubitan dari Widya karena terus tertidur saat sedang dijelaskan oleh pendeta di depan sana. Memang tidak wajib diikuti, tapi demi menjaga citranya, David ingin tetap melakukan itu tapi berakhir dirinya selalu hampir hilang kesadaran.
“Kamu yang maksa ikut bimbingan! Tapi kamu juga yang tidur terus!” tegur Widya setelah membangunkan David untuk kesekian kali.
“Hm ... gue ada kerjaan sampe pagi banget ...” kata David tapi Widya cuma merespon dengan dengusan kesal saja.
Semalam David baru saja mengikuti pesta ulang tahun seorang artis di agensinya. Pesta itu berlangsung hingga jam 3 pagi dan pekerjaan David tidak sampai di situ saja. Dia harus memastikan artisnya yang lain untuk sampai di rumah dengan selamat atau sampai di asrama agensinya tanpa mampir ke tempat lain. Mario juga sudah dia tugaskan untuk mengawasi selama pesta, jangan sampai ada artis mereka yang kelihatan sedang bertransaksi nar koba atau memakainya.
Sejauh ini tidak ada yang kelihatan memakainya. David bersyukur untuk itu maka kadang dia tidak ikut “minum” hanya untuk menjaga orang lain.
Setelah selama 8 jam melakukan bimbingan pra nikah, akhirnya David bisa bernapas lega. Kantuknya menjadi hilang padahal di dalam sana dia sangat mengantuk. Dan besok dia masih ada 1 hari lagi untuk melakukannya.
“Gue antar lo balik,” kata David
Dia hari ini menggunakan mobilnya sendiri tanpa Mario karena asistennya itu sedang menggantikannya ikut rapat. Dan mereka berdua tadi berangkat sendiri-sendiri karena David datang terlambat.
“Tidak usah, saya bisa pulang sendiri,” ujar Widya yang kemudian berjalan lebih dulu meninggalkan David.
Langkah kaki David ikut bergerak ke arah Widya pergi lalu karena langkah kakinya lebih lebar, maka dia bia segera menyusul calon istirnya itu. Setelahnya dia berdiri di depan Widya untuk menghalangi perempuan ini berjalan.
“Ada apa?” tanya Widya langsung.
“Karena gue yang ajak lo ke sini, maka gue harus antar lo balik,” jawab David yang kini terlihat memakai kaca mata hitamnya karena saat ini terik matahari cukup menyengat.
“Sudah saya bilang sebelumnya, tidak usah.”
Widya menghindar dari tempat David berdiri lalu lanjut melangkah, tapi tangannya ditarik oleh David dan bahkan tanpa mau menghiraukan protesan Widya, David terus menariknya.
“Lepas!” protes Widya.
“Jangan berteriak, seseorang mungkin akan mengira kalau gue lagi culik elo,” kata David.
Sepertinya Widya marah pun akan terus diabaikan oleh David. Dia pun memilih diam karena cuaca yang panas sudah terlalu cepat menguras energinya.
David membukakan pintu penumpang di mobil BMW-nya untuk Widya lalu dia masuk dari sisi yang lain. Dan karena Widya jarang naik mobil, dia agak kesulitan memakai seat belt yang racangannya berbeda dari mobil milik Adara di rumah.
Mata David menemukan kendala yang dihadapi oleh Widya dan segera membantunya. Dia melepaskan seat beltnya sendiri lalu mendekatkan tubuhnya ke arah Widya untuk mengambil tali seat belt dan memasangkannya untuk Widya. Tapi setelah seelsai, David tidak kunjung kembali duduk dengan baik di kursinya sendiri, malah menatap pada Widya dalam-dalam.
Terutama bagian lehernya yang terekspos karena Widya menggulung rambut panjangnya agar rapi dan tidak kegerahan.
Obsesi baru David sepertinya adalah leher Widya karena dalam sekali lihat saja dia sudah dibuat salah fokus ke sana. Ingin sekali lagi merasakan sensasi bibirnya ketika mendarat di bagian itu namun dia menahan diri karena Widya pasti akan marah besar. Salah-salah malah nanti perempuan ini minta untuk pernikahan dibatalkan.
Bisa gawat!
“Sudah, kan? Terima kasih dan tolong kembali ke tempat dudukmu,” tanya Widya pada David yang masih terus menjulurkan tubuhnya agar dekat dengannya.
David tersenyum miring melihat Widya menghindarinya dan tidak mau menatap ke arah matanya.
“Lo cantik hari ini,” ucap David dengan santai, tapi berhasil mendapatkan perhatian dari Widya yang akhirnya menoleh ke arahnya.
Saat itu jarak wajah mereka berdua sangat dekat tapi juga tidak sedekat itu. Widya hendak menoleh ke arah lain agar tidak perlu saling menatap dengan David, namun pria itu mencegahnya dengan cara memegangi dagu Widya.
“Gue perhatiin lo hampir selalu pakai topi. Bahkan untuk acara formal begini lo tetap pakai beret,” tutur David yang malah jadi teringat akan kebiasaan Widya yang baru-baru ini dia sadari.
Sudah dikatakan sebelumnya, David itu seseorang yang sering memperhatikan sekitarnya, jadi pasti dia cepat menyadari kebiasaan Widya ini. setiap kali dia bertemu dengan calon istrinya ini, David menemukan banyak jenis topi yang digunakan Widya dan itu menyesuaikan apa yang akan dia lakukan. Seperti topi beret yang masih sopan untuk tetap dipakai di dalam ruangan dalam acara formal.
Topinya ini berwarna hitam dengan dipadukan dress selutut warna moca yang membuat penampilan Widya terlihat anggun. Hari ini David juga menggunakan setelan hitam sehingga mereka seperti serasi.
“Terserah saya,” timpal Widya singkat.
David mengangguk anggukkan kepalanya mengerti. Tapi saat itu fokusnya kembali lagi pada leher Widya yang ingin sekali dia kecup. Dan Widya menyadari itu sehingga dia memundurkan posisi duduknya, pokoknya menjauh dari pria ini meski sudah mentok sampai ke pintu mobil.
“Apa yang ingin kamu lakukan?” tanya Widya merasa waspada.
“Mm ... bagaimana kalau gue bilang ... kalau gue pengen cium leher lo lagi?” tanya David berterus terang.
Widya menggigit bibir dalamnya menahan kesal. Kenapa pria ini menjadi sangat m***m sejak mereka melakukan pemotretan pre wedding? Apakah pria ini masih ingat bahwa tidak boleh ada kontak fisik yang tidak perlu dalam perjanjian?
“Dasar gila!” umpat Widya.
David mendengus geli, dia tidak peduli jika Widya kesal padanya. Karena melihat Widya kesal sudah termasuk dalam kegiatan menarik dalam hidupnya.
“Tapi gue jadi terobsesi sama leher lo, kalau udah nikah maka sah-sah aja, kan?”
“Berhenti berpikir gila!”
David dan Widya kembali saling bertatapan, tapi Widya heran karena David menatapnya dengan tatapan lembut, bukan jahil seperti biasanya. Apa gerangan yang sedang pria ini pikirkan?
“Cepatlah jalan, saya harus kembali ke rumah untuk persiapan tes akademik,” ujar Widya agar dia segera terbebas dari suasana yang cukup aneh di dalam mobil ini.
David menurut, dia langsung duduk kembali ke kursinya sendiri dan segera menekan pedal gas dan meninggalkan lingkungan gereja.
* * *
1 minggu berlalu dan semakin dekat pula waktu pernikahannya dengan David. Dia sudah tidak bertemu lagi dengan pria itu sejak terakhir kali mengepas baju 4 hari yang lalu. David sedang berada di Italia untuk menghadiri festifal film sebagai undangan. Pria itu baru akan kembali 3 hari sebelum pernikahan diselenggarakan.
Pengumuman pernikahan sudah dimuat di publik tapi wajah Widya tidak disebar luaskan. Setiap foto yang dipajang kemudian hanya menampilkan wajah David saat memeluk Widya atau saat mereka dalam jarak dekat, pokoknya tidak ada wajah Widya yang tampak jelas. Keputusan untuk menyembunyikan ini adalah keinginan Widya karena dia masih ingin hidup tenang tanpa dikenali oleh publik.
Terlalu sulit hidup dalam bayang-bayang selalu dilihat dan diawasi oleh orang lain. Apalagi dia masih harus lanjut kuliah dan tidak mau kalau nantinya dikira dirinya memanfaatkan kekuasaan yang dia dapat dari Adara atau pun David nantinya.
Masa lalunya juga bisa dikorek-korek dan akan muncul lah tentang dia yang kabur dari rumah.
Bisa saja David akan kena imbasnya berikut juga agensi Minara.
“Mau pakai rambut palsu yang ini aja?” tanya Lana.
Mereka sedang berada di kamar Widya untuk menjajal rambut palsu yang baru selesai dikerjakan kemarin dan kini dibawa oleh Lana dari rumahnya. Ada 3 rambut palsu untuk digunakan oleh Widya dalam acara pernikahannya nanti. Mengantisipasi jika ada kerusakan atau hal lainnya dan rambut palsu ini dibuat dengan begitu presisi dan teliti sehingga pengerjaannya lama.
“Yang ini lebih nyaman sih dipakai,” tunjuk Widya pada rambut yang tidak terlalu tebal.
Rambut itu sudah dibuat menjadi gulungan yang disesuaikan dengan gaun pernikahan Widya.
“Nggak nyangka kalau kamu duluan yang bakal nikah padahal aku yang udah punya pacar. Bahkan mbak Saras aja belom mau lepas status single,” tutur Lana sembari melepaskan rambut palsu di kepala Widya.
Dengan hati-hati Lana melakukannya karena bisa saja dia mencabut rambut asli Widya yang begitu berharga.
“Aku masih khawatir soal ini ... apakah di rumah kamu juga akan terus pakai topi dan rambut palsu setelah menikah?” tanya Lana.
“Nggak lah ... mbak Saras udah cari tahu kalau David itu jarang sekali pulang ke rumahnya. Dia banyak di kantor atau tidur di hotel tempat yang paling dekat dengan dia selesai melakukan kegiatan. Jadi selama di rumah aku bisa pakai hoddie aja atau topi-topi lucu sebagai alasan,” jawab Widya.
Lana akhirnya mengerti dan bisa bernapas lega.
“Tapi gimana kalau akhirnya David tahu soal kanker otak kamu?” tanya Lana lagi.
Dia sudah ingin menanyakan ini sejak lama tapi selalu terlupakan.
“Nggak papa. Setidaknya sejauh ini aku tahu dia memang tulus ingin membuat Minara pada jalur yang benar. Semisal akhirnya aku ketahuan ... masih ada perjanjian yang mengikat kami berdua,” jawab Widya bijak.
Kalau semisal juga nantinya David tidak terima memiliki istri penyakitan, Widya siap untuk bercerai. Mereka bisa hidup masing-masing dengan kontrak yang tetap berjalan. Setidaknya Widya masih punya uang untuk tetap bertahan hidup dan melakukan kemoterapi sampai 10 tahun ke depan.
Tapi apakah dia bisa hidup sampai waktu itu?
* * *