b***k Cinta

1004 Kata
"Cukup beri saya satu ekor lembu , dan juga empat ekor kambing . Saya akan membuat Nina keguguran dan ia akan terserang penyakit kelamin yang tak kunjung sembuh meski sudah diobati dengan cara apa pun . Sehingga Herman akan jijik padanya , lalu meninggalkannya . Laki - laki akan kuat diuji dengan berbagai cobaan , termasuk menunggu datangnya anak. Tapi kalau sudah urusan 'itu' , pasti nggak akan kuat , deh . Dijamin ." Kamal ikut tertawa nista seperti yang Dukun Damsyik lakukan . Namun menyadari ada yang janggal , Kamal segera berhenti tertawa . " Tapi penyakit kelamin itu akan hilang setelah Herman menceraikan Nina , kan , Mbah ? Setelah menikah denganku , Nina akan kembali seperti semula , kan ? Ya kali saya nikah sama perempuan penyakitan kelamin. " " Tentu saja akan segera sembuh setelah dia terlepas dari Herman. Kamu jangan khawatir, Kamal. Saya tahu apa ya ng kamu mau ." Dukun Damsyik menyeringai . "Baik lah kalau begitu , Mbah. Besok lembu dan juga kambing - kambing sesuai permintaan Mbah, akan datang semuanya ke rumah Mbah . Saya menunggu hasil kerja cemerlang Mbah kali ini. Tapi Awas saja kalau sampai gagal !" Dukun Damsyik memberikan senyum terbaik . "Tentu saja tidak akan gagal. " *** Saya kembali berpindah tempat. Kali ini saya berada di rumah Herman dan Nina. Tiap kali melihat Herman saya merasa benar - benar canggung . Bagaimana bisa kami begitu mirip . Sekarang saya paham kenapa setan perempuan itu begitu terobsesi dengan saya . Tapi tetap saja, apa pun alasannya , tindakan setan itu membuat saya hamil seperti ini , sama sekali tak bisa dibenarkan dari segala macam aspek dan sudut pandang . Di rumah ini sedang diadakan syukuran empat bulanan kehamilan Nina . Saya lega karena nyatanya kandungan Nina bisa bertahan bahkan sampai empat bulan . Sihir yang dilakukan Dukun Damsyik sepertinya tidak berhasil . Pasti Kamal sangat marah pada Dukun Itu. Saya jadi tidak sabar melihat reaksi Kamal . Kira - kira apa yang ia lakukan pada Dukun Damsyik atas kegagalannya ? *** Kehamilan Nina berjalan lancar dan sehat sampai kini usia kandungannya sudah sembilan bulan . Sebentar lagi ia akan melahirkan . Nina bahkan sudah mengambil cuti sejak usia kandungannya delapan bulan . Bayi yang sudah lama dinanti itu begitu disayang semua orang . Kakek dan Nenek dari kedua belah pihak , saudara - saudara, dan pastinya Herman dan Nina sendiri . Mereka rutin periksa ke rumah sakit menjelang persalinan . Segalanya sudah dipersiapkan dengan begitu baik . Bahkan Herman dan Nina sudah membuat satu kamar khusus untuk calon bayi mereka. Kamar cantik bernuansa warna merah muda . Karena jenis kelamin bayi mereka memang perempuan . *** Kebahagiaan itu terancam hilang . Tepatnya semejak saya berpindah tempat lagi . Saya kembali ke tempat yang paling saya benci . Tempat praktik Dukun Damsyik . Pasti akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan . Sial . Kenapa harus di saat Nina sudah hendak melahirkan ? Saat kebahagiaan yang sudah lama dinanti nyaris terwujud . Rupanya sihir Dukun Damsyik sebelumnya memang belum ter laksana . Kamal sendiri yang memintanya . Semua karena Kamal merasa begitu sakit hati pada Herman dan Nina . Jadi jauh sebelum acara syukuran empat bulanan kehamilan Nina dilakukan . Tepatnya beberapa hari setelah Kamal meminta Dukun Damsyik untuk mengirim sihir yang lebih dahsyat pada Nina . Kamal bertemu dengan Herman dan Nina di sebuah restoran . Kamal menghampiri mereka . "Jadi kalian yang sok suci ini juga suka main dukun , ya ?" Kamal bertanya sembari cengngesan . Nina menatap Kamal tak suka . Begitu pula Herman . Herman sudah tahu perihal perasaan Kamal pada istrinya. Karena rasa cinta Kamal pada Nina sudah menjadi rahasia umum . "Maksud kamu apa, Mal ?" Herman yang menjawab. "Berhenti sok suci , Herman ! Aku tahu kamu dan Nina sudah mendatangi dukun agar Nina bisa hamil, kan? Padahal Nina mandul. Jadi sekarang bayi yang di kandung Nina adalah anak setan !" "Bicara apa kamu, Kamal! " Herman meninju pipi kanan Kamal. Pukulannya begitu keras hingga membuat Kamal tersungkur . Kejadian itu menyita perhatian orang - orang lain di restoran . Para pegawai segera berusaha melerai mereka . Kamal bukannya menyesal , justru tertawa terbahak - bahak . Suara tertawanya benar - benar menyebalkan. Membuat Herman dan Nina semakin kesal. "Kalian benar - benar sok suci . Sok alim . Padahal kalian busuk . Kalian juga percaya dukun . Kalian sering minta tolong pada dukun !" "Jaga mulut kamu, Kamal ! Naudzubillah himindzalik, nggak pernah sekali pun kami syirik . Minta tolong pada dukun adalah syirik !" Herman mementahkan tuduhan Kamal . "Halah ... itu hanya di mulut kamu aja , Herman ! Kenyataannya kalian minta tolong pada dukun sakti sehingga Nina hamil. Kamu jangan bohong ! Kamu nggak bisa menutup - nutupi semua dari aku! Aku tahu segalanya tentang kalian." "Hentikan semuanya, Kamal! Sudah cukup, kamu gila! Kenapa kamu selalu mencari masalah dengan kami? Nina kini sudah menjadi istriku. Yang artinya, Allah tidak menakdirkan kamu dan Nina berjodoh. Bersikap lah yang realistis! Kamu harus bisa melanjutkan hidup dengan menerima kenyataan, Kamal. Kamu laki-laki yang mapan, kamu punya segala hal. Banyak wanita di luar sana yang mungkin adalah jodoh kamu. Yang sudah disiapkan Allah terbaik untuk mendampingi kamu. Jadi berhentilah mengejar Nina. Lanjutkan hidupmu dengan baik, dengan pendamping yang baik pula!" Sisi lain diri Kamal terenyuh dengan pernyataan Herman. Namun sisi amarahnya justru tersulut. Mengalahkan sisi baik yang hanya sebagian kecil. Kamal justru merasa terhina dengan ucapan Herman. "Kamu meremehkan aku, Herman! Kamu berani bicara soal takdir Allah, sementara kamu sendiri mengingkarinya dengan pergi ke dukun." Kamal menatap Nina yang berdiri ketakutan di belakang Herman. "Nina, kamu akan menyesal karena sudah pernah nolak cintaku, dan lebih memilih laki-laki sok alim ini. Hidup kamu, hidup Herman, dan jabang bayi itu, tidak akan pernah tenang. Kalian akan selamanya hidup dalam keresahan. Camkan itu baik-baik!" Setelah mengatakan ancamannya, baru lah Kamal bersedia pergi dari sana. Meninggalkan Herman dan Nina, serta semua pegawai dan pengunjung restoran yang mematung menyaksikan semuanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN