"Kenapa Ibuk minta maaf? Ini bukan salah Ibuk. Memang setan itu aja yang nggak tahu diri, Buk. Dia seharusnya nggak boleh bersikap kayak gini. Apalagi manusia dan setan beda dunia. Tenang, Buk. Paklik Hidayat dan Fikri pasti akan segera menguasai ilmu rukyahnya." "Tapi, Le .... Ibuk mohon, kamu tolong jangan berbuat aneh-aneh lagi yang bisa membahayakan nyawa kamu, ya. Ibuk tahu kami risih. Kamu malu. Tapi Ibuk nggak rela kalau kamu sampai celaka." Saya menunduk dalam. Padahal saya sudah merencanakan beberapa hal untuk kembali menggugurkan bayi setan ini. Saya sempat sama sekali tak peduli pada keselamatan saya sendiri. Yang penting bayi setan ini bisa segera gugur. Saya melupakan bahwa saya memiliki orang-orang yang menyayangi saya. Keluarga saya, terutama ibu saya. Andai saja saya mat