Jewelry

1579 Kata
Di gedung perkantoran Theala Enterprises, seorang pria yang memiliki profesi sebagai detektif swasta berdiri dengan punggung lurus menghadap ke arah wanita cantik direktur utama perusahaan tersebut. Elena tersenyum menyeringai begitu informasi yang dia baca mengejutkan dirinya. “Dia benar-benar berani.” “Anda bisa menuntutnya atas pemalsuan dokumen, direktur.” Ujar detektif pria itu memberi nasehat. Detektif itu mengira kalau pria yang ia cari informasinya beberapa hari ini merupakan karyawan di perusahaan Theala Enterprises. Itu sebabnya ia berkomentar seperti itu. Mengusulkan pada Elena supaya menuntut pria pembohong tersebut. “Dia bukan karyawan perusahaan.” Ucap Elena memberitahu sang detektif. Detektif itu pun menggaruk belakang lehernya dengan malu karena salah mengira. Detektif itu memberi ide tersebut tak lain adalah karena sang pelaku yang melakukan pemalsuan dokumen bisa di tindak pidana dengan hukuman penjara enam tahun jika terbukti bersalah. Sebab dalam formulir isian yang perusahaan berikan, terdapat klausul yang menyatakan bahwa sang pelamar kerja – yang lolos – sudah bersumpah telah memberikan keterangan yang benar dan bersedia untuk diperkarakan secara hukum jika kelak terbukti ada data yang tidak benar. Dalam hal ini Damian yang sudah diketahui berbohong, termasuk pelaku pemalsuan dokumen tersebut. Pria itu bertindak tidak jujur atas statusnya, hanya karena demi keuntungan pribadi agar lolos persyaratan yang perusahaan minta – setiap pelamar kerja harus berstatus lajang dan belum menikah – sedangkan Damian tidak demikian. Pria itu nyatanya sudah menikah dan memiliki seorang istri di rumah. Walaupun tidak ada surat pernikahan yang terdaftar di kantor sipil, tapi tetap saja, apa yang sudah dilakukan oleh pria itu merupakan sebuah tindak kejahatan yang dapat merugikan perusahaan. Setidaknya jika Damian resmi diterima oleh perusahaan, Elena dapat mengancam pria itu karena kebohongan yang sudah pria itu lakukan pada perusahaan. Tapi faktanya... Damian bukan termasuk karyawan dari Theala Enterprises. “Sayang sekali.” Bisik Elena yang masih bisa di dengar oleh detektif itu. Andai saja dia tidak bertindak gegabah, mungkin ide dari bawahannya itu bakal berguna. “Kalau aku tahu lebih awal status pria itu yang sebenarnya, mungkin nasehatmu untuk mengancamnya atas pemalsuan dokumen itu akan berhasil. Akan sangat mudah bagiku untuk membuat pria itu menyerah.” “Anda masih bisa memanggilnya kembali untuk diperkerjakan di perusahaan, Direktur. Beri pria itu posisi dan setelah beberapa bulan ia beradaptasi di sini, Anda bisa merealisasikan nasehat yang saya katakan.” Detektif tersebut tak menyerah untuk mendukung Elena. Elena mendengus, tidak setuju, “Butuh waktu lama sampai saat itu dan aku tidak memiliki kesabaran untuk bermain-main dengannya. Dan lagi pula aku bukan orang yang selicik itu.” Katanya tak senang. Detektif itu pun menyerah, “Lalu apa yang akan Anda lakukan?” “Menjebaknya, memangnya apalagi.” Ucapnya santai. Wanita itu kemudian bersandar dengan nyaman di kursi kebesarannya, “Terus awasi dia. Beritahukan padaku jika ada kabar terbaru. Kau bisa pergi sekarang.” Detektif itu pun membungkuk, memberi hormat lalu pergi dari ruangan Elena. “Meghan, ke ruanganku.” Panggil Elena melalui interkom yang terhubung ke meja sekretarisnya di luar. Elena sedang memegang foto Damian yang berdiri di pinggir jalan dengan latar belakang sebuah bangunan konstruksi, alis pria itu berkerut karena kepanasan dan wajahnya yang tampan tertekuk seperti sedang tertekan. Kau lah yang membuat dirimu menderita, Damian. Bukan aku. Meghan masuk ke ruangan Elena dan mendapati direkturnya menatap fokus pada foto di tangan. “Direktur, Anda memanggil saya.” Elena meletakkan foto itu di atas meja, “Bagaimana dengan tugas yang aku suruh padamu?” “Paman Anda menyetujui. Jenderal Golose hanya berpesan ini adalah yang terakhir kalinya beliau bersedia membantu Anda untuk mengawasi seseorang.” “Apakah paman bertanya hal yang lainnya?” “Tidak ada.” Elena tertawa senang, “Bagus. Beritahu pada paman aku akan mengajaknya makan malam nanti kalau dia sedang tidak sibuk.” Mendapatkan bantuan dari pamannya merupakan hal yang penting untuk melancarkan usahanya menahan Damian. Setidaknya, pria itu tak akan bisa keluar dari Bali sebelum ia menarik perintahnya pada sang paman, Jenderal Golose, yang menjabat sebagai Kapolda Bali. Aku tidak akan membiarkanmu pergi ke mana pun. Tidak akan pernah. Kau bilang tak akan takut kan? Damian Galen, aku benar-benar akan melihat sejauh mana kau dapat bertahan. *** Di sisi lain, Damian tidak tahu musibah apa yang akan pria itu temui karena sudah meremehkan ancaman Elena. Tidak bisa bekerja bukanlah masalah besar yang akan membuatnya menyerah. Namun akan berbeda cerita jika kebebasannya ditekan sedemikian rupa hingga melibatkan seseorang lainnya yang berharga buat dia. “Bagaimana sekarang?” “Sudah mendingan.” Jawab Adelia melihat pada kakinya yang tidak lagi keram. Damian memijat kaki Adelia yang bengkak karena kehamilan. Mereka sudah pergi ke dokter kandungan, dan tanggal persalinan sudah di tetapkan. Damian tentu saja sangat bahagia saat dia mendengar bahwa anaknya akan segera lahir ke dunia. Pria itu sangat menantikan bertemu dengan anaknya. Namun Adelia tidak demikian, sejak kepulangannya dari bidan, wanita itu sering melamun dan kadang-kadang terlalu lamban untuk sekedar menjawab pertanyaan dari sang suami. Damian merasa khawatir dengan sikap Adelia yang berubah lesu dan tidak bersemangat. Dia pikir perubahan sikap sang istri dikarenakan ucapan dokter mereka soal biaya persalinan. Jika Adelia terus berada di kondisi buruk mentalnya, kalau Adelia tidak merasa bahagia dan terus tertekan seperti ini, tidak baik juga bagi kandungannya kan. Damian hanya takut sesuatu akan terjadi pada istrinya dan berimbas pada bayi mereka. Damian mencemaskan hal itu, mencemaskan kesehatan Adelia dan juga anaknya. “Jangan terlalu cemas, Del. Aku akan mencari pekerjaan lagi nanti.” Ucapnya menenangkan. Damian kemudian teringat dengan satu-satunya barang berharga yang dia miliki. Sebuah kalung dengan bandul peninggalan dari orang tuanya. Ibu panti yang merawatnya menyerahkan kalung itu pada saat dia sudah besar. Walaupun dia tidak jelas dengan asal-usulnya dan tidak ingat sama sekali dengan wajah kedua orang tuanya, tapi melihat betapa berharganya kalung tersebut, mungkin saat dia jual ke toko emas, akan memiliki nilai yang lumayan. Dia akan mencobanya nanti. Damian melirik ke arah tempat tidur, di mana istrinya sedang tertidur. Ketika dia mengetahui bahwa inilah saat yang tepat untuknya keluar, laki-laki itu kemudian berjalan ke arah lemari. Dia membuka pintu lemari itu secara perlahan, takut jika suara kerasnya pintu lemari yang dibuka akan membangunkan Adelia. “Ini mungkin hanya satu-satunya peninggalan dari orang-orang tuaku...” Damian menatap penuh kerinduan pada kalung di tangannya. Bandul bertatahkan berlian Ruby itu memang memiliki penampilan luar biasa. Sekali lihat pun orang akan tahu jika berlian di kalung tersebut adalah asli. Namun Damian yang tidak tahu tentang nilai sebuah berlian, menganggap benda di tangannya sesuatu yang indah dan sangat bernilai karena itu merupakan kenang-kenangan yang dia miliki dari orang tuanya. “Jika memang benar, maafkan aku ayah, ibu. Aku terpaksa menjualnya demi wanita yang aku cintai. Demi anakku.” Gumam Damian dengan mata sedih pada iris matanya yang berwarna Cerualine. Damian menutup kotak perhiasan berukuran kecil itu, lalu mengantonginya di saku celana. Dia harus mencobanya. Dan semoga saja, benda di tangannya benar-benar dapat membantunya. Pada saat Damian keluar dari tempat kosnya, Adelia yang tertidur kemudian membuka mata. Raut wajahnya yang lembut kemudian berubah tanpa ekspresi. Apakah pilihanku, salah? *** “Dia berada di toko perhiasan emas di salah satu pasar swalayan di dekat kontrakannya, direktur.” Elena sedang duduk di kursi kantornya saat orang-orang suruhannya yang bertugas untuk mengawasi Damian memberitahu berita tersebut padanya. “Apa yang laki-laki itu lakukan di sana?” Elena bertanya bingung. “Kami belum tahu, direktur. Pasalnya, laki-laki itu masih belum pergi.” Jawab pria itu lagi. Sedang apa pria itu berada di toko perhiasan? Bukannya pria itu tidak memiliki cukup uang di rekeningnya? Elena menatap pada dokumen yang mana isi di dalam kertas-kertas itu menampilkan catatan kehidupan pribadi seorang Damian Galen. Dia sudah mengetahui jika pria itu seorang yatim piatu yang tinggal di panti asuhan. Segala pendidikan dan pekerjaan Damian sebelumnya, Elena sudah mengetahuinya. Termasuk, soal perempuan yang sekarang tinggal bersama pria itu di tempat kosnya. Tak mungkin jika Damian pergi ke toko perhiasan untuk membeli hadiah untuk wanita itu. Dengan uang sedikit yang tersisa yang dimiliki oleh Damian, terlalu mustahil bagi pria itu untuk membeli sebuah barang yang tidak berguna. Elena yang disibukkan dengan pikiran di dalam kepalanya dikejutkan oleh nada dering ponselnya di atas meja. Wanita itu kemudian menyentuh layar dan menggesernya ke samping. Sebuah pesan disertai dengan gambar di lihat Elena di sana. “Apa ini?” Wanita itu lalu memperbesar gambar, dan melihat dengan jelas sebuah perhiasan yang baru saja bawahannya kirimkan. Dan pesan yang tertulis di layar itu ialah; Direktur, pria itu baru saja menjual perhiasan tersebut. Saya sudah melihatnya secara langsung dan memperkirakan bahwa berlian merah itu, asli. Elena cukup terkejut mendengarnya. Untuk ukuran seseorang seperti Damian, dia tidak menyangka, jika laki-laki itu memiliki barang mewah di tangannya. “Berapa toko itu membeli berlian tersebut?” Ada sedikit jeda di ujung sana, sebelum suara pria itu terdengar lagi, “Delapan juta, Direktur.” Elena menutupi wajahnya yang tersenyum lebar. Bahkan jika dia sudah berusaha untuk menahan suara gelinya, tawa nyaring itu tetap terdengar juga. Astaga... Damian! Kau benar-benar pria bodoh bukan? Setelah Elena puas dengan tertawanya, wanita itu kembali bicara pada orang suruhannya, “Beli kembali perhiasan itu dengan harga dua kali lipat. Jika mereka menolak, katakan saja bahwa aku akan menjebloskan mereka ke dalam penjara karena penipuan. Perhiasan itu, bagaimana pun, sangat mahal harganya.” “Baik, direktur.” Elena tidak meragukan sedikit pun dedikasi dan kepintaran bawahannya, mereka diterima untuk menjadi kaki tangannya bukan dari perekrutan asal-asalan. Maka tak sulit untuk menebak, apakah perhiasan itu asli atau bukan. Hanya dengan kemampuan spesial dari orang-orangnya, mereka akan tahu, mana barang palsu dan mana barang yang asli.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN