Leyna bangun pagi-pagi sekali. Ia langsung memasak, lalu membangunkan Ken yang masih tertidur di kamarnya. Butuh sekitar lima menit pagi pria itu untuk membuka pintu kamarnya. Ia muncul dengan wajah bantalnya memperhatikan Leyna yang masih mengenakan baju tidur. “Ada apa? Perutnya sakit?” tanya Ken dengan nada cemas. Leyna menggeleng. “Aku mau ambil laptopku. Aku mau menyelesaikan revisianku semalam biar nanti bisa langsung aku konsultasikan lagi ke supervisorku.” Ken menatap jengkel ke arah Leyna. “Kamu bangunin aku cuma buat itu?” “Cuma? Itu bukan cuma. Ini hal serius, Ken. Besok aku harus rapat dan-” “Weekend ada jadwal rapat?” potong Ken dengan tatapan protes. Leyna menggigit bibir bawahnya. Merasa menyesal telah memberi tahu Ken tentang jadwalnya esok hari. Laki-laki itu pasti