Rio makin mendekatkan wajahnya pada Ify, dekat semakin dekat. Ify memejamkan matanya tak berdaya.
Belum juga ke inti, bel rumah berbunyi. Sontak Ify membuka matanya dan merasa lega. Lalu bel rumah berbunyi lagi untuk yang kedua kalinya. Tanpa aba-aba Ify langsung mendorong Rio menjauh dari tubuhnya dan berjalan menuju pintu rumah dengan Rio yang mengikuti dari belakang.
"Iya siapa ya?" Terlihat di hadapannya kini ada seorang kurir lengkap dengan paket yang dibawanya.
"Maaf. Apa benar ini rumahnya pak Umar?" Tanya kurir itu. Rio menghela nafas dan memaki dalam hati, ternyata pria salah alamat ini yang mengganggunya
"Maaf pak sepertinya anda salah alamat."
"Oh, kalau begitu saya minta maaf mbak. Saya permisi." Pamit kurir itu sopan.
Ify pun menutup pintu dengan perasaan was-was. Saat pintu sudah tertutup, tubuhnya dihempaskan ke pintu oleh Rio yang kini tengah meyeringai senang. Rio mendekatkan dirinya kepada Ify. Tangan Rio kini sudah memeluk erat pinggang gadis ini.
Tubuh Ify seakan menegang. Jantungnya sudah berdegup tak karuan. "L-lo mau ap-apa lagi?" Tapi Rio hanya diam tak menanggapinya.
Ify terus berdoa dalam hati. Tiba tiba sesuatu yang kenyal dan basah menyentuh bibirnya. Ify sontak membelalakan matanya Menatap Rio yang tengah mencium bibirnya. Sungguh Ify ingin sekali berontak tapi otak dan hatinya benar-benar tak sejalur. Tubuhnya pun seakan membeku.
Bel rumah berbunyi kembali menganggu Rio. Ify tersadar, otaknya mulai bekerja lagi dengan baik. Dan segera ia mendorong Rio menjauh. Dengan suasana canggung ini, Ify segera membuka pintu yang tadi dibelakanginya.
"Iya, siapa ya?"
"Hai fy!" Sapa Agni dan Shilla bersamaan.
"Eh kalian, ayo masuk." Ajak Ify sambil membuka pintu lebar lebar, setidakya kehadiran mereka berdua dapat menghindarkan Ify dari Rio.
"Ayo duduk." Suruh Ify pada Agni dan Shilla yang tersenyum kikuk. Ify mengernyitkan keningnya menatap kedua temannya yang terlihat kikuk. Ify pun mengikuti pandangan mereka, dilihatnya Rio yang tengah duduk di sofa dengan kakinya diangkat seperti boss besar dan menatap menatap Agni dan Shilla aneh.
Ify memutar matanya jengah. "Udah Shill, Ag, lo pada duduk aja jangan hirauin orang aneh itu." Agni dan Shilla pun duduk di sofa diikuti Ify yang duduk di depan mereka.
"Jadi ada apa kalian kerumah gue?" Tanya Ify pada kedua temannya itu.
"Gini fy, gue sama Agni mau minjem koleksi film korea nih sama lo." Jelas Shilla yang mendapat anggukan dari Agni. Ify ber'o'ria.
"Tunggu ya, gue ambil dulu." Ify berlalu dari ruang tamu dengan persetujuan Shilla dan Agni.
Rio berdehem pelan menarik perhatian dari Shilla dan Agni, "Kalian temannya Ify?" Tanya Rio dengan nada bossy. Shilla dan Agni mengangguk ragu.
"Kalian satu kelas sama dia?" Tanya Rio lagi.
"Iya pak." Jawab Shilla kaku.
"Jangan panggil bapak, terlalu tua. Panggil aja kakak, gue seumuran sama Iel kok." Jelas Rio.
"Ya kak." Ujar Shilla Agni pelan.
"Santai aja kali, jangan tegang gitu. Gue juga mau lebih dekat sama temen pacar gue." Ujar Rio menegakkan tubuh nya. Shilla dan Agni membelalakan matanya dengan mulut terbuka karena kaget.
"Kakak pacaran sama Ify?" Tanya Shilla masih tidak percaya.
"Ya gitu deh." Jawab Rio seadanya.
Ify datang dengan membawa beberapa koleksi film korea miliknya.
"Nih." Ujar Ify sambil memberikannya pada Shilla. Shilla pun segera mengambil alih film itu.
"Makasih ya fy. Nanti kita balikin deh kalo udah selesai nonton ini semua."
"Santai aja kali kapan kapan juga gak papa lo pada mulanginnya."
"Tadi lo pada ngomongin apaan sama cowok ini?" Tanya Ify pada Shilla dan Agni sambil menunjukkan jarinya pada Rio.
"Idih kepo amat sih." Ujar Rio sambil mencubit hidung bangir milik Ify. Ify langsung memukul lengan Rio kemudian mengusap usap hidungnya.
Agni berdehem, ia dan Shilla tidak ingin terlibat lebih jauh dari pertengkaran mereka. "Fy, kak, kita balik ya."
"Lho kok cepet banget sih, biasanya juga sampe sore lo pada disini." Ujar Ify aneh.
"Hehehe kita mau nonton fy." Ify manggut manggut mengerti.
"Wah bener tuh, pasti kalian gak sabar mau nonton." Timpal Rio. Ify menatap Rio sinis, pria ini mendukung sekali pamitnya Agni dan Shilla.
"Yaudah deh fy, kak. Kita pulang dulu ya. Bye." Pamit Shilla dan Agni yang langsung bergegas pergi.
Kini dirumah hanya tinggal mereka berdua saja. Suasana kembali canggung, oleh karena itu Rio berdehem pelan. Ify masih menatap Rio tajam. "Disini tinggal kita berdua lagi nih." Ujar Rio yang berdiri dari duduknya. Ify berjalan mundur. Entah mengapa, tapi ia berjaga jaga.
"Lho ngapa mundur, gue gak akan ngapa-ngapain lo kok." Ujar Rio dengan senyuman nakal.
"Gue tau fikiran lo cowok mesum." Rio terkekeh geli melihat Ify yang gelagapan.
"Gue gak akan ngapa-ngapain kok. Palingan juga ngelanjutin yang tadi tertunda." Ujar Rio dengan seringai nakalnya.
"Gue gak mau kayak tadi, cukup lo ambil first kiss gue. Gak usah ambil lebih." Ucap Ify sebal.
"Oh jadi gue yang pertama dong." Celetuk Rio dengan senyum bahagianya. Tapi di diacuhkan oleh Ify. "Gue juga mau jadi yang pertama nyicipin tubuh indah lo." Ujar Rio yang berjalan mendekati Ify.
"Hey cowok m***m, berhenti disitu atau lo gak bakal ketemu sama gue lagi." Ancam Ify. Tapi tak diindahkan oleh Rio, ia masih berjalan mendekati Ify.
Rio ingin sekali tertawa melihat ekspresi Ify. Tapi ia mencoba untuk menahannya, karena ingin mengerjai gadis yang akan menjadi miliknya ini. Saat Rio sudah tepat berada dihadapan Ify, Ify memejamkan matanya dan menyilangkan tangannya didadanya. Saat itu pun tawa Rio pecah.
"Bwahaha, lo berharap banget sih buat gue sentuh, hahaha." Rio masih tertawa geli. Lain dengan Ify yang sudah memerah menahan amarah.
"Jadi lo ngerjain gue? Hah? Punya nyali lo ngerjain gue lagi!" Rio berhenti tertawa melihat wajah Ify yang berubah menyeramkan.
"Gue cuma bercanda kali, jadi lo jangan marah-marah sama gue sampe teriak gitu." Ujar Rio mengelus puncak kepala Ify. Ify menghempaskan tangan Rio kasar.
"Cih. Gue gak butuh omong kosong lo."
"Oke oke gue salah, lo jangan marah segitunya juga." Aku Rio.
"Mending lo pergi dari rumah gue." Usir Ify. Rio masih tak bergeming, tak mengindahkan kata kata Ify.
"Gue bilang keluar." Ujar Ify masih mencoba bersabar. Rio masih diam ditempatnya menatap Ify dengan wajah datar.
"KELUAR!!" Teriak Ify.
Rio masih diam aja ditempat.
Ify udah gak tahan lagi, emosinya sudah memuncak. Ia pun menarik tangan Rio dengan emosi yang menggebu menuju keluar rumahnya.
Dan sampai diteras di hempaskan begitu saja oleh Ify, Rio tak berkutik dan tak mengelak. Ify menutup pintu rumah dengan keras, hingga suaranya terdengar begitu menyakitkan ditelinga.
Meski hanya bercanda tetap saja Rio merasa bersalah.
Vote and Comment guys!!
HalingLove?