"Kau pikir begitu?" Tanya Darren pada Carl.
Carl mengangguk mengingat kemarin saat dia terakhir kali bertemu Kimmy, "Ya, dia terlihat pucat dan lemas, mungkin dia sakit, karena itu dia tak masuk hari ini." mereka sedang membicarakan mengapa Kimmy tak masuk kelas lagi pagi ini.
Lain dengan Mike yang nampak acuh, Carl dan Darren justru merasa bersalah akhir- akhir ini, bagaimana pun mereka ikut andil dalam kesedihan gadis itu selepas di putuskan Mike.
"Entahlah, harusnya ini tak berpengaruh kan?" Darren menghela nafasnya. "Tapi, aku merasa bersalah," ucapnya penuh penyesalan.
Carl mengangguk, "Ini akan menjadi kenakalan terakhirku," ucapnya. Setelah ini dia akan belajar dengan serius mengingat mereka akan segera lulus.
Mike mengepalkan tangannya, tentu saja dia bisa mendengar ucapan kedua sahabatnya itu sebab keduanya duduk tepat di belakangnya.
Harusnya itu tak menggangunya bukan? tapi, nyatanya sejak tadi dia menatap kursi Kimmy yang kosong hari ini dan kemarin, dan tak bisa di hindari saat benaknya pun bertanya, kemana gadis itu?
Batin Mike berkecamuk, hanya saja dia bisa menyembunyikan emosinya lewat wajah datar dan arogannya.
Kelas di bubarkan tepat pukul tiga sore, Mike mengemas seluruh bukunya lalu menyampirkan tasnya di pundak, sebelum dia mendengar suara Josh "Mike kami akan ke cafe, kau ikut?"
Mike menoleh dan menemukan tiga sahabatnya "No," katanya lalu pergi begitu saja.
Darren mencebik "Apa dia terlihat semakin arogan," desisnya kesal.
Carl menepuk pundak Darren "Ayo pergi." Mike memang begitu, hanya pada orang-orang tertentu dia begitu, sedangkan pada yang lain Mike bisa di bilang tak banyak bicara. Ah, Carl ingat mungkin saat bersama Kimmy dia juga lebih banyak tertawa, meski tak tahu apakah itu senyum palsu atau bukan, sedangkan saat memutuskan Kimmy pria itu tak memiliki emosi sama sekali, seolah itu tak berarti.
Mike memarkirkan mobilnya tepat di depan sebuah toko serba ada, tempat Kimmy bekerja. Matanya melihat ke dalam tanpa berniat untuk masuk. Nampak seorang kasir wanita tengah melayani pembeli dengan senyum ramah yang nampak di bibirnya, tapi jelas dia bukan Kimmy. Jadi, kemana sebenarnya gadis itu? tidak kuliah, bahkan bekerja.
Mike menghela nafasnya "Sedang apa aku disini," gumamnya. Seharusnya jika dia tak peduli, dia tak perlu kesana kan? harusnya tak perlu penasaran kemana gadis itu pergi.
Dengan menutupi kegelisahan hatinya, Mike melajukan kembali mobilnya, padahal dia menunggu hingga malam dan kasir toserba tersebut berganti shift.
Mike tiba di asrama melempar tasnya sembarang, lalu pergi ke pantry untuk menuang minuman dari botol kaca mewah, yang tentu saja itu bukan minuman biasa. Jangan tanya dari mana dia mendapatkannya tentu saja minuman mahal itu tak akan di jual di sembarang toko karena langka dan mahalnya, dan dia mendapatkannya dari mansion orang tuanya kemarin.
Mike menyesapnya pelan, tatapan matanya tertuju pada sebuah benda yang terletak di nakas yaitu fotonya dan Kimmy.
"Ayo berfoto." Kimmy menghampirinya dan duduk si sebelahnya.
"Tidak, mau. Aku tak suka difoto," ucap Mike. Dia bahkan mengelak saat Kimmy mendekat dengan kamera yang dia temukan di kamarnya.
"Kamu punya kamera, tapi tak suka berfoto? lalu untuk apa ini?" tanya Kimmy dengan cemberut, wajahnya merengut kesal, dia bahkan merasa wajah Kimmy sangat imut.
"Lihat saja." Mike mengedikkan bahunya, agar Kimmy melihat foto di dalamnya.
Kimmy mencebik lalu menekan tombol kamera untuk melihat foto siapa saja di dalamnya.
Bibir Kimmy yang awalnya mencebik menjadi senyum dengan pipi bersemu, "Ini aku?" Mike mengangguk "Kapan kamu mengambilnya?" tanyanya tak percaya.
Tentu saja Mike mengambil foto- foto itu untuk membuat Kimmy semakin jatuh hati padanya, Mike sengaja memotret Kimmy diam- diam, dan lihatlah kini gadis itu memeluknya.
"Aku tak percaya kau mencintaiku Mike." Mike mengecup dahi Kimmy membuat Kimmy semakin tersipu.
"Pokoknya kita harus berfoto, akan aku cetak dan aku pajang ... disana," tunjuknya pada nakas yang kini benar- benar terpampang disana foto mereka, bukan hanya satu, tapi ada dua.
Mike melangkah ke arah nakas lalu menelungkupkan foto tersebut dan kembali menyasap minumannya.
Memejamkan matanya Mike mencoba menghapus semua kenangan bersama Kimmy, "Tidak itu tak berarti," ucapnya tegas, tapi tetap saja saat membuka mata Mike melihat bayangan Kimmy di sekitarnya. Bagaimana tidak, Kimmy sering datang dan tentu saja mereka melakukan kegiatan panas itu disana.
Untuk pertama kali, Mike merasakan kenikmatan itu, bahkan merasa gila saat dia menginginkannya lagi dan lagi.
"Mike aku lelah, kau sudah seperti singa buas, kau tahu," ucap Kimmy yang merengek minta ia lepaskan, padahal Mike menginginkan Kimmy lagi, dan lagi.
"Bagaimana lagi kekasihku sangat nikmat, kamu tahu," bisik Mike di telinga Kimmy, hingga Kimmy meremang dan kembali takluk dalam pesonanya.
Mike meremas rambutnya frustasi, saat mengingat itu, di telinganya seolah terdengar jelas bagaimana erangan dan desahan dari bibir mungil Kimmy, bagaimana wajah itu tanpa kaca mata dengan dahi berkeringat dan tatapan mata yang tak lepas darinya.
"Akh, sial." Mike melempar gelas di tangannya, lalu mengusap wajahnya kasar "Harusnya ini berakhir dengan mudah!" serunya kesal.
Bagaimana pun niat awalnya hanya mempermainkan gadis itu lalu meninggalkannya, dan merasa puas dengan wajah terpuruk Kimmy yang selalu menatapnya benci.
Tapi, bukannya puas Mike justru kini terus terbayang bagaimana Kimmy menangis dan menatapnya kecewa.
Keesokan harinya Mike pergi kuliah seperti biasa, di kelas dia sudah melihat Carl dan Darren, tanpa Josh, entah kemana pemuda itu, Mike tak peduli, jadi Mike berjalan ke arah mejanya lalu meletakan tasnya.
Seluruh mahasiswa sudah hadir, tentu saja tanpa Kimmy seperti kemarin. Tinggal beberapa menit lagi dosen akan tiba dan sudah dipastikan Kimmy mungkin tidak akan masuk lagi, sebab gadis itu selalu datang tepat waktu, bahkan jauh sebelum Mike dan ketiga sahabatnya memasuki kelas.
Pintu terbuka membuat suasana yang awalnya riuh menjadi hening, karena berpikir itu adalah dosen.
Namun, tak lama mereka bersorak saat melihat Josh berdiri di pintu.
"Sialan kau Josh, ku kira Mr. Albert yang datang," seru salah satu mahasiswa.
Josh menggaruk tengkuknya sambil terkekeh. Namun seolah teringat kenapa dia bisa datang terakhir, Josh melanjutkan langkahnya ke arah Mike.
"Mike, kau tahu apa yang aku dengar tadi saat melewati ruangan Mr. Regan?" Mike hanya memutar matanya malas menanggapi ocehan Josh.
Carl dan Darren berdiri seolah mereka juga penasaran "Apa?" tanya Carl akhirnya, bagaimana pun info yang di dapat Josh selalu terbukti kebenarannya.
Josh berdecak saat melihat wajah Mike masih seperti tembok, dan tak peduli, padahal dia yakin berita kali ini sangat penting, Josh akhirnya menatap Darren dan Carl dengan serius "Aku dengar Kimmy keluar dari kampus."
"Apa?!" seru Darren dan Carl bersamaan, sedangkan Mike tertegun dan untuk pertama kalinya menoleh.
"Aku dengar Mr. Albert dan Mr. Regan membicarakannya tadi-" di saat yang sama pintu kembali terbuka menampakan Mr. Albert dosen mereka dan Josh pun bergegas duduk di kursinya.
Carl dan Darren saling melirik lalu melihat punggung Mike. Dari belakang terlihat biasa saja, tapi sebenarnya Mike kembali menatap kursi Kimmy yang memang kosong.
"Mungkin kalian bertanya- tanya sejak kemarin kemana Ms. Kimmy, dia sudah mengajukan kepindahannya kemarin," ucap Mr Albert "Sayang sekali, padahal dia mahasiswa berprestasi, dan akan menghadapi kelulusan, tapi kita tak bisa berbuat apa-apa, karena sudah menjadi keputusannya-" belum selesai Mr. Albert berbicara, Mike berdiri dari duduknya dan berjalan ke luar kelas "Mau kemana kau?!" tanya Mr Albert, Mike mengacuhkan, lalu tak lama Carl, Darren dan Josh mengikutinya "Hei, kalian!" Ketiganya tak peduli teriakan Mr. Albert dan mengikuti Mike.