Pertengkaran (7)

2120 Kata
                                                                                            __                                                                             Selamat membaca.                                                                                             __                                                                                     Pergilah kemana yang kamu mau, pergilah kapan pun yang kau inginkan, pergilah sesukamu, menjauhlah semaumu, tapi ingat aku dan cintaku masih berada di sini, untukmu.                                                                                         ----             Andre mengayunkan tangan Aluna yang sedang berjalan bersamanya di sampingnya, di koridor menuju kelas, mereka tengah berjalan bersama menuju kantin, di waktu istirahat, berbaur dengan teman seangkatan atau pun dengan kakak kelas mau pun adik kelas yang beerlalu lalang bersama dengan dirinya. "Malu ih Ndre," desis Aluna lalu menghempaskan genggaman Andre begitu saja, menjauh dari tubuhnya.             Andre tentu shock dengan perlakuan Aluna seperti itu kepadanya, oke Andre mulai mengerti kenapa Aluna bersikap begitu, ini di sekolah, dan Aluna tidak mau gosip yang mengabarkan ia dan Andre berpacaran semakin tersebar, gosip yang sebenarnya benar tapi tidak mau mereka akui, tapi, rasanya ini tidak apa-apa, Andre rasa perlakuannya tiak terlalu berlebihan kepada perempuan itu.             Tapi, ada yang berbeda dari sikap Aluna, sejak kejadian saat Aluna ingin pulang sendiri setelah tertabrak, ternyata Rama tidak benar-benar mengantarkan perempuan itu pulang, Rama memilih untuk membuntuti taksi yang Aluna naiki sampai di depan rumah besar yang Rama yakini itu rumah Aluna, dan melihat Aluna masuk ke dalam rumahnya, Rama saat itu merasa perlakuannya salah kalau ia benar-benar mengantarkan Aluna, oke, Aluna memang membuat dirinya jatuh hati, tapi, siapa pun pasti paham bahwa Aluna dan Andre ada memiliki hubungan, dan Rama tidak mau ia masuk ke dalam hubungan orang.             "Lo marah sama gue?" Andre menarik tangan Aluna, menempelkan perempuan itu ke papan tulis kelas mereka, mentidakpedulikan tatapan anak kelas yang menatap mereka karena melakukan hal aneh seperti itu.             Aluna membelalakan matanya saat Andre memperlakukan dirinya begitu, seumur-umur Andre belum bisa bertingkah begini kepadanya, terlebih ini di depan umum dan parahnya saat ini mereka tengah berada di sekolah, belum lagi tatapan Andre yang menusuk kepada Aluna. "Apa sih Ndre?" balas Aluna sengit, mencoba untuk keluar dari kurungan yang dibuat oleh laki-laki itu.             "Jawab sih Al!" Bentak Andere kepada Aluna, sekali lagi, ya, setelah mereka bertemu kemarin di supermarket, dan pulang bersama, jujur saja hubungan mereka masih terasa aneh, Andre sendiri tidak tahu pasti kenapa, tapi rasanya begitu males saat bertemu dengan perempuan itu, di satu sisi Andre tidak mungkin tidak bertemu dengan Aluna, tidak bersama dengan Aluna.             Aluna semakin menatap Andre dengan tidak suka, dari mana Andre belajar membentaknya? Sudut bibir Aluna terangkat, menyinggungkan senyuman yang tidak biasa Andre lihat dari wajah cantik Aluna. "Iya! Gue marah sama lo!" Jawab Aluna dengan keras, kini keduanya benar-benar menjadi perhatian murid kelas, bahkan Rama yang sedang menyontek tugas Hanna pun menghentikan pekerjaanya melihat adegan yang disodorkan oleh Andre dan Aluna di hadapan mereka.             Andre menggeram saat mendengar apa yang dikatakan oleh Aluna, harusnya sejak Andre meminta ma’af tentang kejadian tabrakan dan perginya ia dengan Gresy, Aluna bisa mema’afkan kan, lagi pula menurut Andre ini semua bukan menjadi seutuhnya salahnya, ada salah Aluna juga di dalam pertengkaran mereka, tangannya hendak sekali menguatkan cengkraman di lengan Aluna, tapi saat melihat wajah Aluna yang semakin memerah, semua itu ia urungkan, ia tidak akan menyakiti perempuan itu lagi.             Andre menarik napas dalam-salam, lalu mengucapkan sesuatu yang membuat kelas X1 IPA 1 sama-sama mengunci mulut mereka. "Oke, mau lo apa sekarang? Gue jauhin lo?" Tanya Andre enteng, menatap dengan menantang perempuan itu.             Aluna mengunci mulutnya rapat-rapat setelah mendengar kalimat yang dikatakan oleh Andre, tidak ..., jangan ..., Andre jangan pergi dari hidupnya kalau Andre pergi menjauhinya, apa jadinya dirinya tanpa laki-laki itu, Aluna sungguh tidak bisa kalau Andre pergi darinya. "Ndre?" Panggil Aluna lembut, sekarang ia menghaluskan suaranya, tidak mau membuat Andre semakin marah, padahal di sini seharusnya Aluna yang marah, bukan Andre, karena Andre benar-benar tengah menyakiti dirinya.             Andre melepaskan cengkraman dari tangan Aluna, lalu pergi meninggalkan Aluna yang masih diam di depan papan tulis begitu saja, menatap kepergian Andre dengan helaan napas yang gusar. Bukan hanya Aluna yang terpaku karena kejadian itu, tapi semua murid yang berada di kelas itu juga diam, tidak ada yang bersuara sama sekali, tidak ada yang berani berkomentar sama sekali.             "Ada masalah?" Tanya Hanna seketika saat Aluna sudah duduk di kursinya, sedangkan Aluna seperti biasa hanya menjawab ada kesalahpahaman sedikit antara dirinya dengan laki-laki itu.             Bukan hanya Aluna yang diam tidak mengeluarkan suara lagi, tapi begitu juga Andre yang berada di Rooftop dengan Hari dan Agus yang berada di sisinya, ke dua teman Andre itu mencarinya dan menemukan laki-laki itu di sini.             "Kenapa sih? Gue baru sekali liat kalian bertengkar sampai di depan umum gitu?" Tanya Hari saat Andre sama sekali tidak mengeluarkan sepatah kata pun selama ia dan Agus menghampirinya.             Andre menatap ke dua temannya lalu mengacak-acak rambutnya sendiri, kenapa ia bisa sampai segitunya dengan Aluna? perempuan yang ia sukai, perempuan yang ia sayangi, kenapa? "Engga tahu," jawab Andre sambil mengangkat bahunya acuh, seolah tidak peduli dengan apa yang terjadi tadi, padahal di dalam hatinya, ia sedikit menyesal, tidak, tidak sedikit, ia benar-benar menyesal sampai melakukan hal itu kepada Aluna, perlakuannya tadi seolah diluar kendari dirinya, karena menurut Andre akhir-akhir ini Aluna begitu menyebalkan, harusnya, kalau mereka ada masalah Aluna mengatakannya, atau kalau Aluna ada mempunyai kekesalan kepada Andre harusnya perempuan itu mengatakan saja kepadanya, Andre sungguh tidak bisa kalau harus tebak-menebak apa yang diinginkan Aluna seperti ini.             Hidup bersama dengan Aluna, bersama dengan perempuan itu bertahun-tahun, tidak membuat Andre bisa mengerti dan mengetahui hati Aluna seutuhnya, dirinya juga hanya manusia yang kadang tidak mengerti apa kemauan perempuan itu, dan saat itu lah harusnya Aluna mengatakan semuanya, agar ia dan Aluna tidak memiliki kesalahpahaman, agar ia dan Aluna tidak mempunyai masalah atas hubungan mereka.             Agus dan Hari saling pandang, mungkin Andre membutuhkan waktu untuk menjernihkan pikirannya sendiri, tapi memang bisa pikiran Andre jernih? Andre kan selalu berpikir jorok. "Kenapa sih?" Ulang Agus saat melihat raut wajah Andre mulai tenang.             Andre menatap kedua temannya itu, Andre tidak seperti Aluna yang apa-apa disimpan sendirian, Andre termasuk laki-laki yang membuka diri, tidak membiarkan masalah bersarang di otaknya sendiri, laki-laki itu selalu membagi keluh kesahnya, entah kepada Aljeno, yang dahulu masih berada di sisinya, atau kepada Aluna, atau kepada dua sahabatnya ini saat ini. "Gue berantem sama Aluna, kejadian pertama itu waktu dia keserempet, dia maksa buat pulang sendiri kan, padahal gue tahu saat itu dia enggak bisa ditinggal sendiri, bodohnya gue enggak ngejar dia padahal gue paham banget sama perempuan itu, malah Rama yang gue suruh buat ngejar Aluna, padahal gue tahu Aluna enggak bakal marah sama gue kalau gue nemenin dia pulang, tapi gue membiarkan apa yang dia mau, ke dua, kemarin, gue jalan sama Gresy dan ya, ketahuan dia," jelas Andre panjang lebar, dan kalimat terakhir yang ia ucapkan memang sedikit mengesalkan, ya dia tahu itu mengesalkan.             Andre paham, perempuan mana yang tidak sebal melihat pcaranya yang tengah jalan dengan perempuan lain, dan itu sama sekali tidak ada kepentingan diantara mereka, ya, Andre dan Gresy memang hanya sebatas jalan, tanpa ada keperluan diantara mereka, dan sebelumnya Andre sama sekali tidak ada berbicara kepada Aluna untuk pergi bersama dengan Gresy, yang akhirnya pasti akan menimbulkan kecurigaan bagi Aluna.             Hari dan Agus kembali saling pandang, mungkin pikiran ke duanya kali ini sama, sama juga dengan kabar yang beredar selama ini antara Andre dan Aluna, "Apakah Aluna dan Andre pacaran?" Tanya Hari dengan nada suara yang dibuat-buat seperti mengintrogasi laki-laki itu.             "Kalian pacaran?" Tanya Hari membantu Agus, karena pertanyaan yang dilemparkan temannya itu sama sekali tidak ditanggapi oleh Andre, mungkin ini sudah pertanyaan yang ke seribu kalinya yang Hari tanyakan kepada Andre mau pun kepada Aluna sendiri, padahal bagi Agus dan Hari kalau mereka berpacaran pun tidak akan ada yang salah, dan tidak akan ada masalah yang mereka perbuat kalau mereka mengakui status mereka.             Andre mengubah posisi kepalanya yang awalnya menatap sepatu hitam berlas putih miliknya, ke langit yang menimbulkan cahaya yang sangat menyilaukan mata, lalu ia menggelengkan kepala pelan, pertanda pertanyaan Hari itu tidak benar, dan lagi-lagi Andre melakukan pembohongan publik kepada dua temannya itu.             "Terus, kenapa Aluna sampai segitu marahnya sama lo saat lo jalan sama Gresy?"             Andre terpaku, mulutnya terkunci lalu, apa yang bisa Andre ucapkan kalau ia dapat pertanyaan begitu? Selain hanya mengatupkan bibirnya rapat-rapat.                                                                                     ***             Tatapan Aluna yang awalnya hanya ke papan tulis pun kini beralih kepada Hanna yang berada di depannya. Aluna mencolek bahu Hanna membuat Hanna segera menolehkan kepalanya kepada Aluna.             "Kenapa Al?" Itulah kalimat pertama yang dilontarkan oleh Hanna saat ia bertatapan dengan Aluna.             "Gue duduk di bangku Putri, enggak apa-apa ya?" Tanya Aluna, sekalian minta persetujuan perempuan itu. Aluna semakin mencengkramkan tangannya ke pinggiran meja yang ada di depannya, Andre baru saja kembali ke kelas, dan itu membut Aluna kembali ketakutan, entah ..., entah apa yang membuat Aluna kini takut melihat Andre.             "Aluna, gue minta ma’af," ucap Andre menahan lengan Aluna yang baru saja berdiri, berniat meninggalkan mejanya dan Andre.             Satu meja dengan pacar ternyata tidak melulu enak, contohnya begini, saat berantem kita susah sekali menjauh. "Iya," jawab Aluna sekenanya, lalu Aluna tetap memposisikan barang-barangnya ke meja Putri, berniat pergi dari mejanya, ya, ia ingin Andre dan dirinya pisah meja dahulu.             Andre kembali menarik pengelangan tangan Aluna kali ini tidak kasar, hanya sebagai peringatan bahwa Andre tidak mau ditinggalkan.             "Ndre," panggil Aluna lirih.             "Al," jawab Andre seadanya. Tatapan mata Andre mengisyaratkan perempuan itu jangan menjauh darinya, Andre tadi hanya emosi saja, dari kemarin ketemu di Supermarket Aluna sama sekali tidak menegurnya, sama sekali menganggapnya seolah tidak ada, dan itu menyakitkan bagi Andre, Andre benci tidak dianggap, Andre benci diperlakukan seperti itu, karena jujur sajan setiap hari dirinya mendapatkan perilaku seperti itu, mendapatkan hal yang tidak enak seperti itu, dan hanya bersama dengan Aluna dirinya dianggap ada, hanya bersama dengan perempuan itu Andre merasa dirinya hidup, jadi, saat Aluna memperlakukan seolah-olah Andre tidak ada bersamanya adalah hal yang sangat menyakitkan.             Flash back On.             "Kamu, marah?" Tanya Andre lalu memposisikan dirinya di kursi yang bertepatan di depan Aluna yang tengah duduk dan menatap lurus ke depan.             Apa perlu Aluna menjabarkan jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan oleh Andre barusan? Apa perlu Aluna mengiyakan, dan menuliskan jawabannya di kertas dan menyuruh Andre untuk membacanya dengan keras? Apa Andre sudah lupa bahwa Aluna itu pacarnya? Aluna sedang dalam mood buruk, kenapa ia sempet saja jalan dengan perempuan lain? Dan lebih menyakitkannya, Andre ketahuan oleh dirinya, dan itu benar-benar menyebalkan bagi Aluna.             Aluna diam, ia tidak mengiyakan atau mentidakan pertanyaan dari Andre, sedetik kemudian bibirnya terangkat, ia bahagia melihat mobilnya berada di depannya. Andre pun ikut-ikutan melihat ke belakangnya karena melihat Aluna yang tersenyum dan berdiri dari duduknya.             "Al," panggi laki-laki itu sekali lagi.             Aluna berjalan maju menuju mobilnya, mentidakpedulikan panggilan dari Andre, yang lama-lama membuat Aluna semakin tidak bisa teguh dengan pendirinya, Aluna hanya ingin Andre sadar dengan kelakuannya, dengan mendiamkan laki-laki itu. Aluna meminta tolong kepada Pak Usman agar belanjaan yang terdapat di dalam trolly segera dimasukan ke bagasi, dan ia lebih dulu masuk ke dalam mobilnya.             Andre yang melihat itu tentu menyusul Aluna yang sudah memasuki mobilnya.             Aluna terkejut bukan main tapi ia juga memang merasa bahwa Andre akan melakukan ini padanya, saat Andre dengan kegilaannya membuka mobilnya dan duduk tepat di sampingnya, Aluna pikir Andre memang tidak akan melepaskannya begitu saja.             "Al," panggil Andre lagi, untuk kesian kalinya juga panggilan itu dihiraukan oleh Aluna.             "Keluar, atau kita benar-benar putus sekarang," jawab Aluna ketus.             Andre tentu melebarkan matanya saat ia mendengar ucapan yang tidak mengenakan keluar dari mulut Aluna, lagi, dan lagi. Putus? Hahaha seenak itu Aluna mengucapkan kata putus kepada dirinya? dan kata itu tidak hanya sekali ini saja keluar dari mulut perempuan itu, Aluna benar-benar sudah kembali seperti dirinya dahulu. Andre membanting pintu mobil itu saat keluar dari mobil Aluna yang dingin, tapi bagi Andre panasnya seperti neraka.             Flash back off.             Aluna mengembalikan barang-barangnya ke meja asalnya, ia mengurungkan niatnya untuk meninggalkan Andre, memangnya Aluna bisa meninggalkan Andre begitu saja? Jelas tidak akan pernah bisa.             Andre tersenyum kemenangan, ia mengaku salah saat seluruh emosinya menguasainya tadi, dan memperlakukan Aluna dengan tidak enak seperti tadi. "Ma’afin aku, ya," pinta Andre saat Aluna kini kembali duduk ke tempatnya semula, duduk di sampingnya.             Aluna menatap Andre, jujur ia juga merasa bersalah, Aluna mengembalikan sifat cemburu dan suka ngambeknya, padahal dulu saat awal pacaran mereka sudah saling berjanji akan selalu terbuka satu sama lain, tentang apa pun itu, kecuali terbuka masalah pakaian sih, mereka berjanji akan lebih baik lagi dan saling menjaga satu sama lain, Aluna juga berjanji, lebih-lebih kepada dirinya agar selalu berada di sisi laki-laki itu apa pun yang terjadi, memahami Andre, membuat hubungan mereka benar-benar harmonis, dan tidak menyalahkan atau melukai satu sama lain. Aluna tersenyum, memposisikan wajahnya menatap mata Andre yang menggangumkan bagi Aluna. "Ma’afin aku juga ya," sahutnya.             Andre kembali mengubah posisinya, membiarkan tangannya menopang wajahnya, memposisikan wajahnya semakin menatap Aluna, dan ke duanya sama-sama tersenyum, mereka benar-benar kembali berbaikan, lagi.                                                                                     ----
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN