__
Selamat membaca.
__
Yang salah bukan rindu dan waktu, hanya saja sepasang manusia yang tidak bisa mengatur waktu saat hatinya yang sedang merindu.
----
Aluna berdiri tepat di samping motor Andre yang tengah terparkir rapi di parkiran sekolah, senyumnya sesekali menggembang saat ia melihat teman-temannya menegurnya untuk pulang terlebih dahulu, dan sangat tidak mungkin kan Aluna tidak membalas senyum mereka, ya walau sejujurnya Aluna tidak ingin.
Andre tadi memang izin untuk ke kamar mandi sebentar, dan jadilah Aluna sendiri di sini, berjalan keparkiran sendiri, tapi yang Aluna benci, kenapa Andre lama sekali di kamar mandi? Aluna menyapu peluhnya yang kembali muncul, cuaca memang lumayan terik hari ini, ia mengalah menunggu Andre yang tak muncul-muncul. Sekali lagi Aluna melihat sekitar, tak ada tanda-tanda akan Andre tiba di sisinya saat ini juga. Aluna menyerah, ia memilih menuju supermarket yang tak jauh dari tempatnya sekarang, lebih tepatnya di seberang sekolahnya.
Aluna berjalan gontai seperti tidak makan empat hari, tanpa menoleh ke kiri dan kanan jalan, tanpa mendengarkan suara klapson dari mobil yang juga sedang melaju lurus, menuju tubuh Aluna yang saat ini tepat di tengah-tengah jalan Raya.
"Awas!!!" Teriak seseorang di belakang Aluna yang kini tengah berlari menuju di mana perempuan sedang terpaku dan menoleh ke arahnya.
Penonton yang ada di sekitar pun tak bisa mengalihkan pandang saat anak laki-laki yang sedang berlari ingin menolong anak perempuan yang tengah terpaku itu, jelas saja, semua orang yang melihat itu bisa merasakan kakunya kaki perempuan itu, seakan tidak bisa bergerak, tubuhnya lunglai seakan mati rasa, dan sama sekali tidak bisa bergerak.
Rama menarik tubuh Aluna untuk ke pinggir jalan, dan sayangnya tubuh Aluna jatuh tepat di bawah tubuhnya saat ia mencoba menjauhkan Aluna dari mobil yang hampir saja membuat Aluna kecelakaan.
"Aduh." Aluna meringis saat kepalanya terbentur aspal, dan tubuhnya tertindih oleh tubuh Rama, teman sebangkunya beberapa hari lalu, kini berada di atas tubuhnya, menolongnya.
Andre yang berada di dekat gerbang sekolah pun tak mampu menahan rasa terkejutnya saat melihat Aluna hampir saja tertabrak mobil, di depan matanya. Kaki Andre sama lemasnya dengan kaki Aluna saat tengah berdiri di tengah jalan sana. Andre hanya bisa terpaku saat melihat Aluna ditarik oleh seseorang, saat Aluna diselamatkan oleh orang lain, bukan dia, bukan sahabat Aluna sejak kecil itu, bukan orang yang mengakui bahwa akan menjaga Aluna seumur hidupnya yang menolong perempuan itu.
Rama mencium aroma farpum yang modern di tubuh Aluna, wanginya tercium wangi, tumbuhan seperti mawar atau levender, Rama tak tahu pasti, tapi yang pasti aroma tubuh Aluna wangi sekali.
"Aluna, kamu enggak apa-apa?" Tanya Andre saat melihat Aluna masih saja berada di bawah tubuh Rama. "Dan lo, bangun sekarang." Andre membantu menarik Rama dari atas tubuh pacarnya itu. Andre beralih dari membantu Rama bediri, ke arah Aluna, Aluna menatap Andre sebal, ia tidak berdiri ia memilih duduk di tempatnya dan memandang laki-laki itu.
"Dek, kamu enggak apa-apa?" Tanya Bapak-bapak yang mengendarai mobil yang hampir saja menghilangkan nyawa Aluna tersebut, Bapak-bapak itu turun dan menanyakan kabar dari korbannya itu.
Aluna akhirnya berdiri dibantu dengan Andre dan juga Hari. Aluna tersenyum dan melihat bagian lengan dan kakinya. "Enggak apa-apa kok Om, saya minta ma’af ya Om, karena saya enggak lihat jalan tadi."
Bapak itu hanya menganggukan kepala, dan menawarkan tumpangan untuk Aluna pulang atau ke Rumah sakit, untuk mengecek keadaan Aluna, dan itu juga ditolak Aluna, karena perempuan itu menganggap dirinya baik-baik saja. Aluna kembali dibantu untuk duduk di depan supermarket dibantu dengan Andre, sedangkan Hari sedang menolong Rama dan membantunya juga ikut duduk bersama Aluna.
Andre memberikan satu air minum mineral kepada Aluna dan juga Rama "Kamu enggak apa-apa?" Andre meraup wajah Aluna dengan lembut, memperhatikan wajah Aluna setiap incinya tanpa terlewat, tanpa berkedip, lalu turun ke d**a Aluna, ke tangan Aluna, dan ke kaki Aluna, bahkan Andre memutari kursi Aluna agar ia mampu melihat tubuh Aluna dari segala sisi.
Aluna menghempaskan tangan kiri Andre yang masih berada dipipi kirinya. "Gue mau pulang,” ucapnya lalu Aluna berdiri, mencoba meraih tas gendongnya yang berada di atas meja di hadapannya.
"Aku anter, kamu tunggu di sini aku ngambil motor." Andre berniat melangkah pergi mengambil motornya, tapi suara lembut yang Andre juga mendengar terselip rasa marah berhasil membuat langkahnya berhenti.
"Gue pulang sendiri."
Andre berbalik badan, menatap Aluna dari tempatnya berdiri.
"Jangan kayak anak kecil, Al," tegur Andre akhirnya, laki-laki itu merasa sedikit kesal, baru saja beberapa saat yang lalu Aluna hampir celaka, tapi perempuan itu seolah bisa segalanya, seolah ia tidak akan kenapa-kenapa lagi.
Aluna tersenyum kecut, nyatanya Andre benar-benar tidak bisa menerima dirinya apa adanya, bukankah cinta harus menerima semuanya dengan lapang d**a, tanpa mau mengubah semua yang sudah ada. "Bahkan gue hampir mati ketabrak karena lo, dan lo masih bilang gue kayak anak kecil?" Aluna tak mampu menyembunyikan rasa kecewanya karena Andre telah mengatainya seperti itu, ya, jujur saja Aluna merasa begitu tersinggung dengan apa yang dikatakan oleh Andre barusan.
Andre tak melepaskan matanya dari kegiatan menatap Aluna dengan tatapan tidak percaya, rasa kekanakan dan egoisnya kembali lagi setelah satu tahun ini sama sekali tidak tampak, ya, Aluna tetaplah perempuan, Aluna itu egois, hanya saja, setelah kejadian yang Andre tahu mengubah semua yang ada di hidupnya, Aluna mendadak tak lagi menampakan kemanjaan juga kengambekannya, tapi, detik ini, perempuan itu kembali lagi.
"Al, aku anter pulang." Andre masih saja kekeh untuk berniat mengantar Aluna pulang, walau bagaimana pun perempuan itu masih saja berstatus pacarnya, Andre juga tidak ingin Aluna kenapa-kenapa lagi, jujur saja, jantungnya sudah hamir berpindah tempat saat melihat Aluna dalam bahaya tadi.
"Enggak atau kita putus," ancam Aluna lalu pergi meninggalkan Andre di tempatnya.
Andre mendadak merasa dirinya kembali tidak bisa bergerak, sedangkan Hari yang melihat dan mendengar semua adegan itu mengetahui satu fakta yang selama ini selalu beredar bahwa 'Aluna dan Andre memang berpacaran' tapi, kenapa mereka menyembunyikan itu semua?
"Kejar dia." Hari mendekati Andre yang tengah menatap Aluna sedang berjalan dipingir jalan.
Andre menggeleng, menanggapi apa yang dikatakan oleh Hari. "Aluna lagi bosan sama gua, kalau gua deketin dia, perasaan dia makin enggak menentu ke gua." Andre tersenyum getir saat mengatakan kalimat itu, lalu ia membalikan badan, menatap Rama yang sedari tadi hanya menonton drama yang ada di depannya.
"Rama, tolong lo susulin Aluna dan antar dia pulang ya?" Andre menatap Rama dengan pandangan meminta tolong, Andre jelas tidak bisa membiarkan perempuan itu pulang sendiri begitu saja, sedangkan Rama sama sekali tidak berniat beranjak dari duduknya. "Gue minta tolong," ucap Andre lagi.
Rama menggeleng lagi, dan itu tiba-tiba menyulut emosi Andre.
"Lo tadi udah cium Aluna kan, Ram?" Tanya Andre tanpa basa basi.
Rama yang mendengarkan itu mendadak bingung apa masalahnya kalau ia mencium Aluna tadi, ah bukan, bukankah itu hanya kecelakaan, ya oke atas kejadian ini kita semua tahu bahwa Aluna memiliki status dengan Andre, tapi tadi kecelakaan, dan Rama tidak bisa tidak menolong temannya itu hingga membuat bibirnya menempel ke pipi Aluna saat mereka tadi jatuh. "Gua suka sama Aluna." Rama menatap Andre, tapi Andre sama sekali tidak mengeluarkan reaksi apapun, wajahnya masih biasa saja, seakan ucapan Rama sama sekali tidak memberikan efek ketakutan bagi Andre. "Kalau gua ngejar Aluna, lo siap-siap aja bakal benar-benar kehilangan Aluna." Rama berdiri dan memilih untuk menyusul Aluna yang entah sudah di mana sekarang.
---