Kebusukan [3-F]

1007 Kata
Dari balik layar, Kanon mengamati semua aktifitas Shun penuh rasa curiga. Dan ia kembali pada aktifitasnya sendiri. ... Rinji membentuk badan rahasia di luar pemerintah yang bertugas mengatur kekuatan Sar wilayah dalam Fair Fire Wall Saitama. Ketuanya adalah Shun. Dan mereka menjamin keselamatan sesama Sar. Bayu tak habis pikir pada cara Shun meyakinkan Sar bahwa ia akan melindungi mereka. Padahal ia sendiri bukan Sar. Beberapa hari setelah satuan bernama Sar Anticipation Committee, disingkat SAC, itu didirikan, seorang anggotanya menangkap pergerakan Calmanac mencurigakan dari tubuh seseorang. Mengarahkannya ke dalam Fair Fire Wall. Di dalam Fair Fire Wall itulah ia menemukan kebenaran. Seorang pemuda tengah asyik mengutak-atik mesin pendistorsi gangguan keamanan Fair Fire Wall Saitama. Mengubahnya dari melindungi menjadi penyebab masalah. “Begitulah ceritanya,” kata Yukiko enteng saat Rinji, Shun, Kanbara dan Bayu menunggu cerita aksi heroiknya dalam mengungkap identitas SEA. “Eh, cewek tengil, kamu itu niat cerita apa enggak?!” kata Bayu sambil mengangkat kerah Yukiko. “Gantung banget. Jadi sebenernya SEA itu siapa?” “Benar,” lanjut Kanbara, “Hanya karena masalah selesai, bukan berarti keresahan warga usai.” SEA merupakan seorang Sar. Kemampuannya adalah mengendalikan rasionalitas Calmanac seseorang (atau beberapa). Yukiko menjelaskan tujuan gilanya melakukan semua itu untuk membuktikan keunggulan ras Sar dan menyatakan hanya Sar yang mampu menyelamatkan dunia. “Karena mengeluarkan Calmanac-nya sepanjang waktu, ia mengalami overdose (istilah ausnya pembuluh Calc. seseorang),” terang Yukiko. “Bukankah Calc. seorang Sar itu berjumlah sangat besar?” tanya Rinji. Yukiko mengangkat jemari telunjuknya. “Hanya sebanyak bintang di langit. Walau kecil kemungkinan, seorang Sar juga bisa mati karena kehabisan Calc.. Saat seorang Sar mati karena overdose, tubuhnya akan berubah jadi debu. Kupikir tak ada gunanya membesarkan masalah ini.” Masalah SEA selesai di tempat. Tapi Shun merasakan keanehan dari laporan Yukiko. Sepertinya ada yang janggal. Memang benar ia berhasil menemukan SEA. Selebihnya, ia tak melaporkan apa pun. Yukiko menyembunyikan identitas SEA yang sebenarnya. Karena besok libur,trio kwek-kwek kita sepakat beli banyak minuman kaleng untuk dipakai begadang sampai pagi. Sekalian menguji kemampuan Shogi Bayu. Saat itulah ketiganya melihat Yukiko tengah bercengkrama dengan seseorang. Yang tak lain dan tak bukan adalah Kanon. Mereka berbincang cukup lama. Kanon terlihat marah pada Yukiko. Dan Yukiko berusaha menenangkannya. Mereka terlihat sangat dekat. Bahkan Shun sendiri tak tahu Yukiko mengenal Kanon, rival sehidup sematinya. “Apa yang mereka bicarakan?” tanya Kanbara dalam persembunyian, “Mereka pacaran?” “Kayaknya Yukiko nggak mungkin mau pacaran sama cowok yang hampir bunuh kakaknya.” Sebenarnya Shun tak begitu yakin dengan ucapannya sendiri. Yukiko adalah tipe yang akan melakukan apa pun sesukanya. Terlebih, dadanya sendiri terbakar melihat pemandangan itu. Bayu mengepalkan tangannya dengan perasaan bimbang. Langsung dibalik tubuhnya, “Sebaiknya kita kembali.” Berulang kali Kanon menanyakan pada Yukiko alasannya melindungi SEA. Ia sudah lelah dan berharap semua terkuak saja. Para Sar disatukan oleh benang hubung yang tak terlihat. Satu sakit semua sakit. Satu mati semua mati. Hanya ada seorang Sar di dunia ini yang tak bisa tersentuh oleh Sar lainnya. Bayu merangkul pundak kedua sohib baiknya itu. “Udahlah, lupain semua masalah. Malam ini kita having fun!” Seseorang berada dalam tekanan terberatnya karena tak bisa memilih mana yang harus dicintai ataupun dibenci. ... Suatu pagi Bayu terbangun seperti biasa untuk menunaikan sholat Subuh. Ia berada di kediaman keluarga Shinosaki sebagai seorang pelayan. Dan ia menyadari sesuatu paling mencolok dari dirinya telah berubah. Kepala keluarga Shinosaki marah besar. Meski masalah SEA berhasil diselesaikan, dua orang yang tak terdaftar sebagai pegawai memasuki Fair Fire Wall. Itu mulai terendus pihak keamanan kota. Kita tak tahu siapa mereka. Mengapa mereka memasuki Fair Fire Wall. Dan apa saja yang mereka lakukan di dalam Fair Fire Wall. Sekalipun masalah SEA telah lewat, kita tentu tak bisa membiarkan lahir SEA-SEA selanjutnya. Yang dicurigai adalah putra tunggal pemimpin grup konglomerasi Shinosaki. Siapa pun ia, warga sipil tak memiliki hak memasuki Fair Fire Wall. Sampai terbukti Kanbara adalah penyusup itu, ia bisa diperkarakan pengadilan kota. Jinzou menampar wajah putranya. Ia benar-benar tak habis pikir. Apa yang Kanbara pikirkan sampai melakukan hal yang bisa merusak pamor keluarganya sendiri. Bukan hanya pamor, bisnis mereka bisa hancur. Yang terparah mereka bisa diusir dari dalam dinding. Jinzou segera paham. Penyebab kerusakan putra yang selalu ia banggakan karena pergaulan tak sehat dengan pelayan dan orang dari keluarga biasa. Merekalah yang harus bertanggung jawab. Benar? Malam itu di bulan Februari tahun 2053. Wajib militer telah berakhir dan dianggap sukses. Walau sebenarnya tak semulus itu. Para siswa selepas wajib militer kembali ke kehidupan sekolah mereka. Semua terasa hampa. Kedamaian itu menyenangkan. Tapi setelah melewati berbagai macam masalah, semua terasa palsu dan memuakkan. Lebih baik berperang seumur hidup daripada sebentar tenang sebentar perang. Perang untuk kehidupan Kanbara pun takkan pernah usai selama ia masih menyandang nama besar Shinosaki. Nama besar yang sebenarnya ingin ia lipat-lipat saja lalu dimasukkan dalam toilet. Nama sebesar apa pun tak berarti jika ia tak bisa mendapatkan hati wanita yang ia cintai. Selama kita hidup, perang takkan pernah berakhir. Yang berbeda hanya skala dan prioritasnya saja. Kita hidup dalam perang. Sampai-sampai semua orang nyaman dengannya. Enggan keluar dari lingkaran setan itu. Tak usai debat Kanbara lancarkan demi melindungi dua sahabat terbaiknya dari amuk murka sang ayahanda. Bayu beranjak ke depan cermin. Melihat rambutnya menghitam dalam satu malam. Takut-takut ia mencoba, “Activate Calc. Program behind nameBayu Adiputra!” Tidak ada. Cahaya biru yang biasa keluar setelah ia mengatakan kalimat aktivasi itu tak muncul. “Aku kehilangan Calmanac Barbara?” Duk! Tubuhnya terjatuh ke lantai. Ia tak bisa percaya. Ia kehilangan kekuatan terbesarnya justru saat ia sedang sangat membutuhkannya. Di telepon genggamnya, nomor Pak Wiyoko, Panglima Militer Indonesia tak henti menghubungi. Sekarang ia sudah tak memiliki keberanian untuk mengangkat. Tanpa Calmanac Barbara, masih seberapa kuatkah dirinya? Walau menduduki peringkat tinggi selama wajib militer, di sekolah formal ia hanya anak biasa. Kemampuannya menyesuaikan bahasa baru dengan materi pelajaran juga baru terasah. Bergabung ke SMA seperti mengembalikan trauma masa lalu. Keinginan memiliki banyak teman selalu ditentang oleh suatu pandangan. Pandangan seseorang yang tak pernah bisa lepas dari pikirannya. Berakhir menjadi bagian dari pikirannya sendiri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN