Kebusukan [3-E]

1234 Kata
Yang buat ia makin kesal sendiri saat ini, ada banyak teman mereka memuji penampilan dari Bayu. Pakai bilang, kawaii… kawaii… Kawaii... nee... nee... ndasmu! Bayu tak tahan memiliki penampilan seperti itu tapi suaranya laki-laki. Ia keliatan kayak banci taman Lawang gila. Untung saja mukanya nggak ada kumis. Pesta malam ini akan ditutup dengan pawai dansa yang sebenarnya dan telah lama dinanti. Semua murid mengambil bagian di lantai dansa yang luas dan menawan itu. Mereka mulai berdansa mengikuti alunan musik. Waltz memang masterpiece untuk momen seperti ini. “Aku itu sama sekali nggak bisa berdansa pakai langkah cewek. Kamu pikir aku cowok macam apa, hah? Dan lagi aku juga nggak mau dansa dengan kamu,” sewot Bayu menatap anak remaja laki-laki di depannya “Hidiih, mana ada juga cewek yang punya tubuh besar seperti kau. Aku mau minum sesuatu saja deh di beranda,” ujar Shun beranjak menjauh. Tetapi di perjalanan mereka masing-masing, kedua anak remaja laki-laki itu bertemu dengan seorang gadis. “Shinyou chan, apa kamu nggak dansa?” tanya Bayu. “Aaahh… Sou kana. Omae wa hontou ni kawaii!” katanya dengan logat aneh. Gadis itu menelisik sekujur tubuh Bayu dengan berlebihan dari ujung kaki sampai ujung kepala. Bayu langsung menyambar sebuah tuxedo yang kebetulan saja tersampir di bangku dekat situ. Ia ulurkan satu tangannya, “ Bersediakah kau berdansa dengan aku?” Bayu menggiring tangan gadis itu menuju lantai dansa. Untung saja Jepang negara yang biasa sama hal seperti ini. Tak ada yang melihatnya aneh atau tak jelas. Meski berpenampilan kurang macho, ia melangkah dalam langkah laki-laki, berpasangan dengan Shinyou. Di tengah lantai dansa ia bertemu dengan Shun yang juga sedang asyik berdansa dengan Akako. Semuanya tampak sangat bahagia dan ceria malam ini di mana keesokan harinya, mereka akan sudah siap untuk kembali berperang melawan kenyataan yang tak selalu b sesuai dengan harapan. Tak peduli bagaimana yang seorang manusia inginkan. ... Dua hari sejak diadakannya pesta untuk para taruna dan taduni Shihara Gakuen. Keadaan di luar camp memburuk. Berbagai macam tulisan yang memenuhi langit kota mulai bervariasi. Terakhir, SEA membocorkan diadakannya pesta di camp wajib militer Shihara Gakuen. Memancing respon tidak senang dari sebagian besar warga. Walau dinamakan wilayah elit, yang tinggal di Saitama tentu tak hanya ada orang kaya saja di sana. Di bawahnya ada golongan yang menggerakkan roda kehidupan. Seperti pedagang dan pekerja kantoran. Golongan inilah yang paling banyak menuai protes. Oleh karena itu, Shun yang ditunjuk sebagai kapten pasukan oleh Rinji menyebar beberapa anggota golongan kedua di masyarakat. Tujuannya menemukan celah provokator itu. “Apa tidak pakai golongan pertama saja?” tanya Kanbara sebelum naik ke kendaraan yang akan mengantarnya melaksanakan tugas. “Sampai berhasil menemukan target bisa terjadi perlawanan. Kita tak tahu kekuatannya. Lebih baik pakai golongan kedua yang pergerakannya dipimpin golongan ketiga,” jelas Shun. Bayu yang baru kembali dari ruangan Rinji menghampiri Shun dan Kanbara di lapangan. “Shun san, kukuliti kau sampai Kanbara sama tergores sedikit saja,” ancam Bayu sambil memasang glare. Mau bagaimana lagi? Bukan Bayu yang ditugaskan dalam misi kali ini. Mizuno menghampiri Shun dan teman-temannya yang tengah bercanda mempertimbangkan warisan Kanbara sampai dia gugur di lapangan. Dengan wajah sengak, ia menunjuk ke kendaraan yang akan membawa mereka, “Truk-nya sudah mau berangkat, tuh!” Kanbara lantas membalik tubuhnya beranjak ke truk sambil melambaikan tangan. Yang membalas lambaian itu hanya Shun. “Oozaki san, kuharap kau tak besar kepala hanya karena kau memimpinku kali ini,” kata Mizuno bernada tinggi. “Orang itu sifatnya jelek banget,” cemooh Bayu setelah Mizuno pergi. “Ia hanya berusaha menjadi yang terbaik. Menurutku semangat itu bagus juga,” bela Shun sambil memandang kepergian truk. Wajib militer sesi ketiga akan menjadi akhir wajib militer sebelum kembali sekolah biasa dan naik ke kelas tiga. “Apa yang dikatakan Rinji san?” katanya lagi. “Ia tak ingin aku melakukan apa pun. Kejadian seperti ini terjadi juga di beberapa negara. Pelaku menggunakan julukan yang berbeda. Gara-gara itu, United Earth mencurigai keterlibatan Sar,” terang Bayu lesu. “Benar juga. Tokoh masyarakat yang mampu melakukan ini dengan mudah dan tanpa diketahui hanya para Sar. Apa yang mereka incar?” gumam Shun serius. “Orang-orang United Earth sudah kehabisan akal sampai menggunakan pandangan sesempit itu. Memangnya kau tahu siapa dan apa saja yang dilakukan orang yang bekerja dalam dinding?” Kemungkinan SEA merupakan orang dalam dinding sendiri memang besar. Jika ingin menyembunyikan pohon, sembunyikanlah dalam hutan. Takkan ada yang curiga jika orang dalam sendiri yang melakukannya. Masalahnya, bagaimana orang dengan Calc. berbahaya seperti SEA bisa berada dalam lingkup dinding yang berkeamanan tinggi? Pesawat yang Bayu gunakan untuk masuk dalam Fair Fire Wall tak terdeteksi. Saat itu Fair Fire Wall belum secanggih sekarang. Sejak ditemukan Archipelagia, dinding mengalami rekonstruksi besar-besaran. Dipastikan tak ada hal asing yang bisa masuk lagi. Pikir Shun, SEA adalah orang yang telah berada dalam dinding sejak awal. Besar kecurigaan akan langsung mengarah para Sar. Jika hal seperti ini terjadi, bisa jadi SEA malah bukan Sar sama sekali. Kemungkinan bahwa SEA adalah Sar juga masih ada. Untuk itu ia harus tahu siapa saja Sar di Fair Fire Wall Saitama. Mungkin bantuan seseorang dibutuhkan. “Yukiko chan, aku membutuhkan bantuanmu,” kata Shun di telpon. Malam begini biasanya ia sedang nonton Tv. “Akan kubantu kalau memang bisa,” jawabnya datar. “Datanglah ke camp malam ini juga. Aku ingin mendata tipe dan warna Calc. dari teman-teman sekolahku,” alasannya. “Kau mencurigai pelaku insiden ini Sar, begitu?” simpulnya langsung. “Kau lupa kalau adikmu ini Sar juga? Tak bisa dibayangkan kalau aku dicurigai keluargaku sendiri.” “Walau sesama Sar, kalian tentu tak sama. Aku harus mempersempit kemungkinan kecurigaan United Earth mengarah pada para Sar,” dalihnya. “Tak ada gunanya, Onii chan. Dinding menggunakan Panopticon untuk mengawasi penghuninya. Begitu ada perintah United Earth, setiap Fair Fire Wall akan melakukan penyaringan indeks data penduduk. Para Sar adalah yang paling dirugikan karenanya. Tak ada gunanya kami lakukan itu,” terang Yukiko. Shun mengepalkan tangannya yang berkeringat, “Sampai saat itu tiba, tak bisakah kita lakukan sesuatu?” “Pikirkanlah sendiri, Shun kun. Orang itu berada di dekatmu,” kata Yukiko sebelum memutuskan sambungan. Sama sekali tak terbayang jika teman sekolahnya sendiri adalah SEA. Lagipula yang mengetahui acara itu ada banyak. Pesan itu jadi berdampak hiperbol karena efek yang SEA berikan. Kemungkinan SEA bisa menyerang siapa saja. Seperti Mizuno, Rinji, Pak guru Hijiri, Kanon, Akako, Touki, atau siapalah. Yang jelas Shun takkan membiarkan orang yang berarti untuknya dicurigai. Tiga hari kemudian. Kelompok yang ditugaskan keluar camp telah kembali. Rinji dan Shun tak sabar menunggu hasil yang mereka bawa saat berhadapan dengan Kanbara, pemimpin pasukan misi kali ini. “Ia adalah hantu yang identitasnya tak tercantum dalam indeks warga penghuni Fair Fire Wall,” beritahunya. Rinji dan Shun kompakan saling menatap. “Maksudku, ada kemungkinan dia penumpang gelap yang sama seperti Bayu. Aku tak mau mencurigai teman sendiri. Tapi kuharap kita bisa meminta keterangan bagaimana ia melewati dinding.” Rinji terlelap pada pemikirannya sendiri. Bagaimana ia harus menyikapi keunikan Bayu di hadapan dua taruna ini? Bagaimana ia menyikapi Bayu sebagai dirinya sendiri? Shun menengok lembut ke arah Rinji yang terdiam kebingungan. “Rinji san, kami mohon bantuannya.” Ucapan Shun memantapkan pendirian Rinji. Ia langsung menyebarkan pengumuman ke seluruh penjuru kota. Dengan bantuan Shun dan grup Shinozaki, saling bahu-membahu mereka berusaha untuk terus mencari identitas di balik figur SEA yang sebenarnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN