TAK BISA DI PHK

1034 Kata
“Papi sangat kecewa. Jujur Papi benci dan marah pada kelakuan dia secara personal, tapi kalau urusan pekerjaan, Papi tidak mau gegabah. Kita nggak bisa keluarkan dia begitu saja. Rekanan pasti akan komplain kalau tiba-tiba kepala proyek diganti. Mereka tidak mau memulai dari nol lagi dengan kepala proyek yang baru. Dan kepala proyek baru juga belum tentu kualitasnya menyamai Ridwan, apalagi melebihinya. Jadi untuk ini kamu harus pilah-pilah antara urusan pribadi dan urusan kantor,” Hersa Pratama, orang tua Megawati Pertiwi atau Mega tak berani ambil resiko perusahaannya gulung tikar bila semua rekanan mundur. “Papi dukung kamu kalau kamu mau urus cerai. Silakan saja. Secara personal Papi akan dukung apa pun keputusanmu. Tapi kalau untuk pekerjaan, sekali lagi mohon maaf kita semua banyak bergantung pada otaknya. Bukan cuma kita berdua, bertiga dengan Tya anakmu. Tapi semua mulut karyawan perusahaan ada di tangan dia. Kalau dia di PHK atau diganti orang baru, semua proyek bisa gagal berantakan dan kita nggak tahu harus kasih makan apa keluarga karyawan,” Hersa memaparkan fakta pada putri tunggalnya. “Aku mengerti Pi. Tapi aku mau minta tolong sama Papi, cari alamat dan nomor kontak istri pertamanya. Aku mau minta maaf. Aku benar-benar enggak menyangka kalau aku ini adalah istri kedua Kang Ridwan. Karena dia bilang dia yatim piatu dan tidak punya anak istri.” “Aku nggak enak juga kalau disalahin bahwa aku pelakor. Waktu kenal dia bilang bujang kok. Benar-benar aku nyesel Pi. Aku tidak mau terluka oleh perempuan lain, jadi aku juga tidak mau melukai perempuan.” “Itu yang harus diketahui oleh istri pertamanya. Aku akan minta cerai. Apa pun alasannya aku tidak mau mengganggu rumah tangga dia, walau seandainya istrinya juga sudah minta cerai. Karena kemarin istrinya bilang dia tidak mau melanjutkan pernikahan dengan pembohong seperti Kang Ridwan. Kalau pun istrinya sudah minta cerai, aku pun tidak mau bertahan dengan penipu seperti dia. Tidak Pi, aku tidak mau,” ungkap Mega. ≈≈≈≈≈ Ridwan tiba di rumah, tapi rumahnya kosong. Rumah terkunci pengasuh Raffa juga tidak ada. “Nyonya kan pergi sama Den Farhan sejak kemarin Tuan,” kata penjaga rumah. “Dan sampai saat ini belum kembali. ‘Dia sudah meluncur empat jam lalu. Kenapa belum tiba di rumah ya? pikir Ridwan. ‘Apa dia tidak pulang? Dia masih di Bandung dan mengikuti aku sampai ke rumah Bandung untuk mengacak-acak Mega?’ ‘Aku bodoh, kenapa aku langsung ke sini? Tapi mau ke mana aku cari? Ponselnya nggak aktif,’ Ridwan bingung sendiri. Ridwan juga mencoba menghubungi nomor Farhan, ternyata nomornya juga tidak bisa dihubungi. “Coba kamu telepon nomornya,” kata Ridwan pada satpam lingkungan rumahnya, bukan satpam pribadinya. Satpam punya tanggung jawab terhadap semua rumah kosong. ”Iya kenapa Pak Usman?” kata Wintha yang dihubungi oleh pak Usman, satpam lingkungan rumahnya. “Ibu di mana ya Bu?” tanya satpam. “Ada apa dengan rumah saya Pak? Saya masih di Bandung nih. Kami lagi nginep di Bandung. Mungkin sampai dua hari lagi kami di Bandung,” kata Wintha. “Oh ya sudah kalau begitu Bu. Kirain Ibu di mana, soalnya waktu Ibu meninggalkan rumah kan bilang memang mau ke Bandung. Takutnya nanti kalau ada yang tanya saya salah ngomong,” kilah pak Usman. “Tidak Pak. Saya memang masih di Bandung sampai dua hari lagi. Mungkin mau tambah nih liburannya asyik di sini. Bertemu teman-teman dan teman-teman ngajak liburan panjang. Entah mereka mau ke mana, sampai saat ini belum ada keputusan,” kata Wintha. “Oh iya Bu. Nanti kalau ada yang tanya saya akan bilang bahwa ibu sedang ke Bandung.” “Iya pak Usman. Terima kasih ya,” kata Wintha. Wintha tahu yang menghubungi pasti Ridwan karena nomor dia sudah diblokir juga oleh Farhan. Jadi pasti Ridwan mencari ke rumahnya padahal dia masih di Bogor di rumah kedua mertuanya. ≈≈≈≈≈ Ridwan malas masuk rumahnya, toh Wintha dan anaknya tidak ada. Sebenarnya dia masih satu minggu jadwal di Bandung, baru dia akan berangkat ke Batam. Kemarin dia baru tiba di Bandung. Sekarang Ridwan bingung mau ke mana mau kembali ke Bandung masalah dengan Wintha belum selesai. Stay di Jakarta juga percuma, Wintha bilang baru akan pulang dua hari lagi. Lalu dia mau ngapain di rumah sendirian? “Apa aku ke Bogor saja ya?” kata Ridwan. “Iyalah ke Bogor saja. Iseng-iseng setidaknya aku bisa menginap dua hari di Bogor sambil menunggu Wintha datang. Aku hanya ingin mencari dan menyelesaikan masalah dengan Wintha. Urusan dengan Mega gampanglah itu. Kalau pun harus cerai aku tak peduli. Tapi aku yakin kalau soal pekerjaan tak semudah itu. Aku akan menyelamatkan proyek-proyek itu dulu baru aku akan resign. Rasanya bekalku untuk Wintha sudah cukup. Tinggal bagaimana aku mendapatkan maaf dari Wintha. Tapi kalau aku jelaskan alasanku dengan jujur, alu yakin Wintha akan memaafkanku walau butuh waktu.” Ridwan percaya diri Wintha sang kekasih hati mau menerimanya kembali. Ridwan pun langsung pergi ke Bogor dia tidak tahu apa yang akan dihadapi di Bogor. ≈≈≈≈≈ “Kamu mau ini?” tanya Adit. Dia mengambilkan sedikit nasi untuk Raffa, lalu diberi udang asam manis yang dia pesan. “Apa dia sudah bisa makan sendiri?” tanya Adit pada Farhan. “Sudah bisa Mas. Dia sudah biasa makan sendiri, walau sesekali masih kita pantau. Tapi dia sudah bisa karena sejak sekolah juga dia memang wajib makan sendiri bila di sekolah,” jelas Farhan tentang keponakannya. Adit memakan kepiting bumbu padang yang pedas, dia juga mengambil gulai cumi. Hanya udang asam manis yang diperuntukkan untuk Raffa. “Ini ambil lho ya, jangan saya sendirian. Habiskan. Cukuplah ini buat bertiga tambah dengan lauk yang kalian pesan,” Adit menyorongkan lauk yang ada. “Ya Mas, santai saja. Kami nggak malu kok,” kata Farhan dia memang tadi mengambil kepitingnya. Wintha sesekali membantu Raffa, tapi dia tetap tidak mau bicara dengan Adit. Sungguh dia takut kalau Adit menilai yang salah tentang dia. Dirinya belum janda, tapi akan segera menjadi janda. Untuk itu dia tidak berani berperilaku menegur seseorang seperti dulu. Dia biasa menegur orang lain dengan ramah, tentu sekarang berubah. Dia harus menjaga harga dirinya. Tak ada sakit hati, dia sudah biasa saja. Yang pasti hatinya sudah beku. Dia tak menyangka Ridwan yang dicintainya dan bilang sangat mencintainya ternyata telah mendua sedemikian lama.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN