“Akang mau cerita apa? Silakan!” kata Mega. Kejadian dengan Mega ini masih di hari Sabtu saat akan habis kejadian dengan Wintha.
Kalau tadi kejadian Wintha di Banjarmasin sudah 3 hari ke depan. Saat ini kita flashback saja buat mengetahui apa yang terjadi dengan Mega dan Ridwan.
“Aku nggak tahu harus bilang apa. Waktu kita kenalan saat itu anak aku baru lahir. Namanya Raffa. Sebenarnya aku tidak ingin menyakiti istriku, aku juga tidak ingin selingkuh darinya.”
‘Aku hanya ingin mendapat uang lebih banyak untuk anak dan istriku tercinta,’ tentu kalimat ini tak Ridwan ucapkan, hanya ada di batinnya.
“Tapi lama-lama aku nyaman sama kamu, sehingga akhirnya kita menikah. Tapi aku tetap mencintai istriku, tapi aku juga menyukai kamu,” ucap Ridwan membuat Mega panas, dia hanya disukai, sedang istri tuanya Ridwan katakan dia cintai!
“Artinya kamu nggak cinta kan sama aku?” Mega menegaskan apa yang dia dengar barusan.
“Kalau cinta yang aku rasakan seperti pada Wintha istriku, tidak. Aku hanya nyaman saja bersama kamu. Tapi bukan aku tidak menyukai kamu, dan aku mencintai Tya, anak kita,” ungkap Ridwan jujur. Dia sadar kalau harus memilih dia akan memilih Wintha istri pertamanya. Untuk itu dia jujur tak mencintai Mega. Karena sejak kenal dia juga tak pernah menyatakan cinta baik terucap mau pun tidak. Dia hanya memperlihatkan attensi, hanya bilang suka, sayang pun tak pernah dia katakan pada Mega sejak mereka kenal hingga saat ini.
“Jadi apalagi kebohongan yang Akang mau katakan? Apa benar Akang yatim piatu?”
“Tidak. Aku punya dua adik dan orang tuaku masih sehat, ada di Bogor,” jawab Ridwan jujur.
“Astagfirullah. Seperti itu kebohongan yang kamu lakukan? Kamu menganggap orang tuamu sudah mati dengan mengatakan kamu yatim piatu. Aku dan papi serta keluarga besarku kamu tipu? Kamu sangat kelewatan Kang,” ucap Mega dengan penuh sesal.
“Aku bisa menebak, kamu nyaman dengan aku karena harta papiku kan?”
Ridwan diam sesungguhnya, dia sama sekali tidak menyukai Mega. Boro-boro mencintai. Dia hanya mencintai Wintha. Dia mau menikah dengan Mega hanya karena bila menikahi Mega anak tunggal pengusaha pemilik perusahaan, tentu jabatannya dia akan tinggi dan dia akan selalu stabil posisinya. Dan harta yang akan dia dapat hanya untuk Wintha dan anak-anaknya dengan Wintha. Bukan dengan Mega.
Ridwan sama sekali tak pernah mencintai Mega walau Mega cantik dan pintar. Tapi dia tidak tertarik pada Mega. Tetap saja sebagai suami dia menggauli istrinya. Wajar dong punya anak dari Mega. Masa punya istri dianggurin kan enggak mungkin.
“Kamu tak perlu takabur. Sekarang juga kamu laporkan pada papimu, aku dipecat tanpa pesangon pun aku tidak gentar!” jawab Ridwan, dia tak mau dipandang rendah oleh istri keduanya itu.
Ridwan tidak pernah kesulitan mengatur waktu dengan dua istrinya. Semua itu mudah baginya.
Kantor proyeknya di Batam. Jadi hari ini dia berangkat dari Bandung tempat Mega istri keduanya berada, Mega akan mengantarkannya ke bandara dengan tiket pesawat ke Batam dan dia memang benar-benar ke Batam. Pada Mega tentu saja waktu yang dia berikan adalah tiga minggu kerja di kantor.
Sesampai di Batam dia kerja hanya satu minggu, lalu dia pulang ke Jakarta tempat Wintha istri pertamanya, dan Wintha akan menjemput di bandara dengan pesawat dari Batam. Jadi tak ada kebohongan karena memang dia pulang dari Batam.
Dua minggu di Jakarta, Wintha akan mengantarnya ke bandara untuk keberangkatannya ke Batam kembali. Dia bekerja di Batam dua hari lalu selanjutnya dia terbang ke Bandung. Di bandara Bandung dia dijemput oleh Mega. Di Bandung satu minggu, dia akan kembali ke Batam diantar Mega ke bandara, begitu seterusnya.
Jadi tak pernah ada yang curiga. Karena memang kedua istri mengantar dan menjemput di bandara dengan tiket dari Batam.
Jadwal yang sangat rapi. Sayangnya dia kemarin lupa ketika Wintha bilang mau reuni di Bandung dan saat itu Mega ingin belanja bulanan di mall sehingga tragedi di mall kemarin bisa terjadi, kebohongannya selama dua tahun pernikahannya dengan Mega harus terbongkar.
“Di mana dia tinggal?” tanya Mega.
“Namanya Wintha, dia tinggal di Jakarta,” Ridwan tak suka Mega menyebut DIA, itu sebabnya dia beritahu nama istri tercintanya.
“Lalu bagaimana Akang bisa membagi waktu? Sedangkan selama ini Akang kerja di Batam dan bagaimana dia tidak curiga selama satu minggu Akang bersama aku di Bandung saat libur dari proyek?” kata Mega.
“Aku memang kerja kok.” Ridwan lalu memberitahu kalau Mega dia beri waktu satu minggu, kantor satu minggu dan dua minggu milik Wintha.
“Kamu licik ya Kang, sangat licik. Sebaiknya sekarang kita menyepi dulu. Aku tidak mau ketemu kamu beberapa saat,” ucap Mega lirih. Dia sangat tahu dibanding istri tua dia tak ada artinya. Buktinya dia hanya satu minggu saja. Dan memang selama satu minggu kadang mereka hanya satu kali saja melakukan hu-bungan badan, maksimal dua kali. Walau mereka pengantin baru sekali pun. Tak seperti yang dia dengar, kalau suami istri LDR pasti tiap malam bahkan tiap saat akan melakukan hal itu.
“Baik, aku juga memang akan pamit. Karena aku butuh ke Jakarta. Aku tak ingin istriku marah,” kata Ridwan tanpa penyesalan. Yang dia pikir hanya perasaan Wintha. Ridwan segera membereskan barang-barangnya, dia langsung mengambil baju untuk pulang ke Jakarta tentu dia tidak akan bawa mobil Bandung karena itu milik Mega. Dia akan naik travel atau bus atau kereta yang penting dia keluar dulu dari rumah ini untuk menyelesaikan masalah dengan Wintha.
“Aku tak menyangka, aku ternyata istri kedua! Tapi aku bukan pelakor karena aku sama sekali nggak tahu kalau statusku istri kedua. Aku juga bukan merasa simpanan kok. Lalu statusku apa dong?” kata Mega lirih saat tanpa pamit seperti biasa Ridwan keluar dari rumah mereka. Seakan Ridwan marah padanya, padahal yang punya masalah adalah Ridwan.
Mega bingung dengan statusnya, karena Ridwan memang suami orang. “Berarti aku pelakor?” kata Mega.
Dia benar-benar tak percaya menjadi duri dalam sebuah rumah tangga. Dia ingin mencari Wintha. Ingin meminta maaf dan memberi penjelasan bahwa dia sama sekali tidak tahu kalau suaminya atau suami mereka telah membawa dia masuk arus lingkaran sesat ini.
Mega bertekad harus mencari alamat dan nomor telepon Wintha. Mega langsung mengambil kunci mobil, dia minta baby sitter untuk mengurus putrinya dan dia akan lapor pada papinya. Dia sangat kecewa. Papinya pastinya harus tahu.