MAEM DAN BOBO MAUNYA SAMA AYAH

1051 Kata
”Hai, siapa namamu?” sapa Adit. “Appa!” jawab lelaki kecil tersebut. Tak lama Adit melihat seorang perempuan berjalan membawa tas kecil perlengkapan anak ini di ujung pintu masuk. “Maaf ya Pak. Terpaksa kami bawa Raffa, namanya Raffa, selama ini kalau di Jakarta Raffa tak pernah ikut mamanya kerja kok. Hanya karena sedang berada di sini maka terpaksa kami bawa. Sebenarnya tadi Mbak Wintha juga nggak ingin ikut pertemuan. Tapi Raffa rewel minta ikut berangkat. Jadi terpaksa Mbak Wintha ikut. Padahal tadi Mbak Wintha maunya stay saja di mess di perusahaan,” jelas Farhan. “Dia apa tidak sekolah kok dibawa-bawa ke sini?” tanya Adit. Walau anak usia tiga atau empat tahun, sekarang sudah pada sekolah kan? “Sebenarnya dia sudah mulai playgroup. Cuma kemarin ada sedikit tragedi. Sehingga terpaksa kakak saya pergi ke sini. Kemarin dari Jakarta kami ke Bandung dan di Bandung kakak saya melihat suaminya bersama perempuan lain. Suaminya sedang menggendong anak perempuan usia belum satu tahun. Itu membuat kakak saya membawa anaknya ke sini, agar anaknya tidak diambil oleh sang suami atau sang papa karena dia ingin mengurus surat cerai dengan suaminya yang ternyata sudah memiliki anak dari perempuan lain. Anak tersebut sekitar satu tahunan.” “Maaf kalau saya membuat Anda jadi harus tidak enak dengan cerita ini. Oke kita akan bicara berdua kan? Tidak perlu dengan ibu Wintha jadi ibu Wintha biar bebas dengan Raffa saja,” ujar Adit. “Ya saya rasa kita bicara berdua saja, biasanya memang saya kok yang tangani proyek-proyek itu. Jadi tak masalah,” balas Farhan. “Sekarang Raffa sama mama dulu ya. Om mau kerja sama Om Farhan,” kata Adit sambil berlutut agar sejajar dengan Raffa. “Tidak. Aku tidak mau sama paman Farhan. Aku mau sama ayah aja,” tolak anak tersebut. “Raffa sini sama Mama Nak, jangan ganggu Paman Farhan ya. Dia mau bicara sebentar. Nanti habis itu kita akan jalan naik kapal seperti yang kamu mau,” bujuk Wintha. “Tidak, aku mau di sini saja sama ayah,” balas Raffa. “Ayah?” tanya Wintha. Dia benar-benar tak percaya Raffa putranya memanggil seorang laki-laki asing dengan sebutan ayah. “Kita pesan es krim yuk,” ajak Wintha pada Raffa. “Endak mau, aku mau sama ayah. Maem es krim sama ayah, maem nasi sama ayah, bobok juga sama ayah,” ujar Raffa. “Oke nanti maem es krimnya sama Ayah. Sekarang Mas Raffa sama mama dulu. Ayahnya mau kerja sama paman Farhan,” ucap Farhan. Adit yang masih bingung mengapa dia yang dipanggil ayah sedang kemarin bocah kecil itu mencari-cari papanya. Rupanya dia sadar Adit bukan papanya jadi dia ubah panggilannya menjadi ayah. “Enggak mau. Aku mau sama ayah saja,” tolak Raffa. “Sudah, biarkan saja.” Adit mengangkat tubuh lelaki kecil itu. Dia membawa tas laptop lalu mereka duduk di meja yang sudah dia pesan. “Kamu duduk diam di sini Om kerja sama Paman ya,” ucap Adit mendudukkan Raffa di kursi sebelahnya. “Bukan Om, tapi AYAH,” orotes bocah lelaki tersebut. “Whatever you want, sekarang kamu duduk manis di sini. Om mau kerja,” Adit lalu menyalakan power laptopnya. Dia langsung membuka iklan-iklan yang dia buat untuk program kerja sama kali ini. ”Ini saya sudah buat gambaran kasarnya seperti ini, saya minta iklan ini dibuat untuk para pengusaha yang dikirimkan seperti pesan berantai atau bagaimana lalu ….” terus mereka bicara berdua dan anehnya Raffa duduk diam memperhatikan Adit tanpa berkedip. Wintha yang duduk di meja terpisah jadi tak enak sendiri, dia tak mau ikut campur masalah pekerjaan karena selama ini yang menghandle memang Farhan. Tentu tidak enak dia ikut langsung masuk. Kalau bukan lelaki itu, mungkin nunggu dia mau masuk. Tapi karena Adit yang ada di sana dia merasa rikuh sendiri. Dia tak enak karena anaknya memanggil Adit dengan sebutan ayah. Dia takut nanti Adit mengira kalau dirinya sengaja menyuruh anaknya tersebut. Untuk itulah Wintha berusaha menjauh. “Oke deal ya. Kalau untuk masalah harga kan waktu kemarin sudah dibahas sebelumnya jadi kita nggak urus kesesuaian harga lagi. kita cuma bahas waktu tayang dan durasinya.” “Waktu penayangan sudah oke, durasi oke, nanti mungkin ada selisih berapa detik misalnya 30 detik atau 1 menit mungkin itu yang akan kita bahas lagi,” ungkap Adit. “Sepertinya kalau hanya beberapa menit nggak jadi masalah kok, tapi ya usahakan pas dengan durasi yang sudah kita sepakati saja biar nggak dipotong,” saran Farhan. “Kalau dipotong sih enggak. Mungkin ada yang saya edit, sehingga menjadi berkurang 30 detik atau 40 detik. Tapi kalau untuk lebih enggak,” kata Adit. “Oh ya sudah, kalau berkurang itu tidak masalah. Tapi kalau lebih dari yang sudah tertera yang sudah kita tentukan itu akan berimbas pada pengiklan lain. Sayanya sih nggak perlu komplain, tapi kan pengiklanan berikut jadi terganggu. Kalau berkurang tidak apa-apa, kami tidak akan komplain,” kata Farhan. “Ayo kita pesan makan,” ajak Adit sambil mematikan ponselnya. “Lah kamu dikasih makan apa ini? Saya nggak ngerti,” kadang Adit melihat Raffa. “Dia sudah bisa makan apa aja kok. Yang penting nggak pedas. Tapi pedas juga sudah mulai bisa kok.” “Oke kalau begitu kita pesan udang asam manis ya. Juga makanan ikan lainnya. Kayaknya enak-enak nih,” kata Adit melihat menu yang tertulis. “Ya, dia suka dengan segala macam ikan dan dia nggak ada pantang.” “Eh itu kakaknya ajak ke sini dong. Suruh makan biar kita makan bareng. Sekalian kamu tambahkan pesanan kalian, ini pesanan saya ya.” “Mbak gabung kene wae,” panggil Farhan sambil melambai pada Wintha. Wintha pun menghampiri meja tersebut. “Mbak mau makan apa ya mbak? Ini Mas Adit sama Raffa sudah pesan. Mbaknya mau pesan apa?” “Raffa kenapa dipesankan sendiri? Sudah nanti sama aku aja,” ujar Wintha. “Dia gabung sama Mas Adit kok. Kata Mas Adit enggak apa-apa sama dia,” balas Farhan. “Yo wis, aku pesankan menu pedas kalau begitu,” kata Wintha. Adit melihat wajah cantik itu masih bersedih. Dia yakin perempuan di depannya sangat terluka ketika mengetahui suaminya sudah punya istri bahkan ada anak umur setahun. Berarti perselingkuhan suaminya sudah berlangsung lama dan sangat menyakitkan ketika dia mengetahui hal itu. Jadi dia tidak mau mengganggu perempuan cantik di depannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN