“Papaaa … Papa …,” teriak seorang anak lelaki berusia sekitar tiga atau empat tahun. Adit tak jelas berapa usia anak tersebut, tapi anak itu terus meronta-ronta, dari gendongan seorang lelaki muda yang membawa ransel di punggungnya. Tangan anak itu menggapai seakan-akan ingin minta pindah ke seseorang lainnya.
Di sebelah lelaki muda itu ada seorang perempuan muda manis dengan kacamata di atas kepalanya, sling bag di bahunya dan dia juga menatap cemas anak lelaki tersebut.
“Papaaaaaaaa!” teriak anak tersebut dan seakan-akan ingin minta gendong pada Adit. Tentu saja aneh melihat anak tersebut ingin menggapai dirinya. Dia seakan ingin menolong anak tersebut lalu dihampiri dan meminta izin pada lelaki muda yang menggendong anak tersebut
“Kenapa anaknya Kak? Bisa saya bantu?” tanya Adit. Anak tersebut terus menjerit saja.
“Papaaa …!”
“Sini yuk ikut Om,” ajak Adit. Dia tidak membawa apa pun di tangannya. barusan ponselnya sudah dia masukkan ke saku celana, hanya ada satu ransel yang agak gembung dengan pakaiannya karena memang dia tidak membawa koper.
Lelaki kecil tersebut langsung pindah tangan, dia langsung memeluk Adit. Dia suruk kan kepalanya di leher Adit.
“Papaa,” teriak lelaki kecil tersebut.
“Kalau sudah sama Om, jangan teriak lagi. Cukup nangisnya ya. Cukup ya Sayang,” bujuk Adit membujuk bocah lelaki tersebut. Dia tepuk-tepuk punggung lelaki kecil tersebut. Juga dia usap punggungnya agar bisa lebih nyaman. Tak lama bocah kecil tersebut mulai diam dan lama-lama tertidur. Membuat lelaki muda yang tadi menggendongnya juga perempuan di sebelahnya agak tenang.
“Terima kasih ya Pak, telah menolong saya,” ucap lelaki tersebut.
“Tak apa, hanya kebetulan saja,” jawab Adit.
“Silakan ambil anak ini, saya akan melanjutkan perjalanan.”
“Eh kenalkan dulu, saya Farhan Akbar Pak,” lelaki muda tersebut mengulurkan tangannya dan disambut oleh Adit. Tentu dia tidak menolak berkenalan dengan papa si anak. Adit menganggap lelaki itu papa anak lelaki kecil tersebut.
“Biar sini langsung di gendongan saya saja Pak. Saya ibunya,” kata perempuan manis itu meminta agar Adit memberikan anaknya kepada dirinya. Tanpa keberatan Adit pun memindahkan bocah kecil pada sang ibu.
“Maaf dengan Pak siapa? Saya Wintha,” perempuan itu mengulurkan tangan kanannya.
“Saya Adit. Panggil saja Adit,” kata Raditya Syahreza Pratama atau Adit.
“Baik Pak Adit, sekali lagi saya sampaikan terima kasih telah menolong keponakan saya,” kata si lelaki muda.
“Loh dia keponakan kamu? Saya pikir dia anak kamu,” Adit sadar ternyata dia salah duga.
“Tidak Pak di anak kakak saya. Saya hanya menemani mereka saja,” jawab Farhan Akbar.
“Oke saya lanjut,” kata Adit. Dia sudah ditunggu oleh team-nya Kia.
Raditya adalah seorang pengusaha bidang desain iklan, dia yang membuat iklan-iklan itu menjadi sangat menarik dan membuat product yang dia iklankan melonjak penjualannya. Dia manager produksi di PH Rizkia Shahzada milik kakak iparnya.
Rizkia Khairana Arnawarma atau Kia kakak ipar Adit adalah gadis asli Banjarmasin pemilik tunggal tambang BINTANG RIZKY SATU, BINTANG RIZKY DUA dan BINTANG RIZKY TIGA. Pemilik pabrik kosmetik KHAIRANA BEAUTY, pemilik DAY CARE BUNDA RIZKIA. Juga pemilik PH RIZKIA SHAHZADA, PT RIZKIA PRATAMA, juga sebuah resto yang diberi nama DAPOER SYAKIRA.
Kakak iparnya meminta Adit untuk membuat iklan tambang batubara yang dia miliki sehingga Adit harus ke Banjarmasin kali ini.
Sebagai eksekutif muda atau EKSMUD, mapan dan tampan tentu membuat Adit banyak dipuja oleh banyak gadis atau pun perempuan. Selain melihat tampan dan kemapanannya tentu mereka juga berharap hidup nyaman karena akan langsung mendapat suami yang tajir seperti Adit. Tapi Raditya belum punya pilihan pasti, dia sedang mengejar cinta dokter Lingga ( baca di kisah BUKAN CINLOK BIASA ) tapi sayang dokter Lingga punya banyak penggemar selain juga dia harus bersaing dengan adik kandungnya sendiri yaitu Maheswara Gumilar Pratama atau Hessa yang diserahi tugas menjadi CEO PT Rizkia Pratama oleh sang kakak ipar.
Buat pembaca baru, Anda bisa lihat di kisah tentang Adit dan Hessa serta Lingga di n****+ berjudul CINLOK BUKAN CILOK dan juga BUKAN CINLOK BIASA, di sana Anda bisa lihat gambaran tentang Adit dan Hessa serta Lingga juga tentang Rizkia Khairana Arnawarma dan suaminya Danendra Shahzada Pratama atau Hendra yang asli Cirebon.
≈≈≈≈≈
“Pak, barusan bu Kia bilang, Bapak tambah satu tugas lagi yaitu Bapak makan di tempat yang sudah bu Kia tunjuk. Bapak harus teliti apakah layak resto tersebut diambil alih oleh bu Kia, baik peralatannya, lahannya, pemasarannya dan semua aspek. Semalam katanya bu Kia lupa mengatakan hal ini pada Pak Adit,” ucap seorang crew yang menjemput Adit di bandara kali ini.
“Oke, siapa takut,” jawab Adit.
“Tapi saya minta satu atau dua orang akan jadi model saya ya. Tentu bukan model sebenarnya. Saya hanya akan berpura-pura memotret Anda di resto tersebut, padahal saya ingin mencuri detail di sana untuk bahan laporan saya. Kalian tidak akan saya pajang kok. Foto kalian tidak akan ada di hasil jepretan saya,” ungkap Adit menerima perintah tambahan dari sang kakak ipar.
“Baik Pak, kami mengerti. Kami tentu bersedia,” jawab ku yang Kia kirimkan untuk Adit.
≈≈≈≈≈
Sesuai dengan tugas yang Kia berikan Adit membuat banyak foto di resto tersebut. Tentu dia juga tidak mau tugas yang diberikan oleh kakak iparnya tidak dia kerjakan dengan baik. Adi tahu resto ini akan diambil alih oleh Kia mungkin untuk membuka cabang Dapoer Syakira,
dan Adit yakin pasti bukan sang mama yang akan menghandle cabang di sini. Karena bila hanya manajemen mungkin Syakira dan Kia hanya butuh satu atau dua kali datang tapi tidak akan mungkin tiap bulan. Adit yakin resto ini hanya Kia buat agar sang mama tak jenuh dengan rutinitas. cinta Kia pada sang mama mertua atau mama kandung Adit.
≈≈≈≈≈
Hari ketiga Adit ada di Banjarmasin, hari ini dia akan bertemu dengan perusahaan perwakilan dari Akbar Advertising atau PT AA, pengiklan yang akan dikontrak oleh production house ( PH ) Rizkia Shahzada yang Kia miliki.
Mereka akan bekerja sama, jadi iklan yang sudah dibuat oleh Adit akan ditayangkan melalui Akbar Advertising.
“Loh Anda?”
“Lho Bapak?”
Dua kalimat serupa itu diucapkan oleh dua orang muda yang kaget bertemu. Ternyata mereka sudah bertemu sebelumnya. Hanya tak tahu kalau sosok calon rekanan yang akan mereka temui adalah orang yang pernah berpapasan dengan diri mereka.
“Jadi Anda orang dari Akbar Advertising?” tanya Adit.
“Benar Pak, kemarin saat di bandara saya sudah katakan kan nama saya Farhan Akbar,” jawab lelaki muda yang kemarin pernah bertemu dengan Adit di bandara.
“Jadi Anda pemilik Advertising yang akan bekerja sama dengan perusahaan saya untuk mengiklankan materi yang sudah saya buat?” Adit butuh kejelasan.
“Saya bukan pemilik perusahaan Pak. Saya hanya pelaksana harian. Perusahaan ini dibangun oleh papa saya yaitu Khairuddin Akbar. Sebenarnya CEO-nya adalah kakak saya yaitu Mbak Dewintha Kesumastuti Akbar atau Wintha yang kemarin Bapak sudah kenalan.
“Oh begitu,” jawab Adit. Mereka pun berjalan bersisian untuk masuk ke ruangan yang sudah disewa oleh Adit untuk pertemuan kali ini.
“Usia kita tak terpaut jauh, jangan panggil bapak lah, kita saling sebut nama saja biar akrab,” pinta Adit.
“Saya akan panggil Mas saja ya, orang tua saya asli Klaten. Tak sopan rasanya saya langsung menyebut nama pak Adit dengan Adit saja. Saya panggil MAS Adit saja,” ucap Farhan.
“Oke lah kalau itu mau mu,” balas Adit.
“Ayaaaaaaaaaah,” teriak seorang anak kecil umur empat tahun dan berlari menghampiri Akbar dan Adit. Bocah lelaki itu bukan menghampiri Akbar sebagai sang paman, tapi dia malah lari memeluk lutut Adit.
Adit dan Farhan Akbar kaget akan tindakan yang anak itu lakukan lebih-lebih panggilan AYAH untuk Adit yang sama sekali tidak mereka duga.