CHAPTER 13

1495 Kata
Yang harus San lakukan adalah memundurkan langkah dan memalingkan wajah dari Jungkook yang kini menahan lengan kanannya. Pemuda itu jelas sadar bahwa San akan lari lagi darinya.             Dan memang selalu itu yang disukai San. Melarikan diri.             "San, berhenti main-main denganku, bisa?" Jungkook sudah menuruti semua permintaan gadis itu, apa kurang cukup? Selama ini Jungkook memerankan dirinya yang diinginkan San dengan sangat baik. Jungkook kira gadis itu akan melihatnya.             Namun San sudah berulang kali juga memasang topeng tidak tahu andalannya. Dia akan melakukannya lagi.             San menaikkan alis untuk seluruh ucapan serius yang dilayangkan Jungkook. "Apa maksudmu, sih? Lepaskan aku."             "Berhenti meminta sesuatu yang aku tidak mau." Genggaman itu semakin erat. "Kau bertanya apa maksudku? Kau tidak mengerti kalimat tetap di sini bersamaku, Sanayya?"             "Aku—"             "Perlu aku tunjukkan?" desak Jungkook.             "Aku akan menamparmu!" Suara San bergetar—tak tahu mengapa. Sudah benar-benar kehilangan kalimat ketika Jungkook menatapnya. "Lepaskan aku. Kau tidak sopan!"             San merasa panik sekali, tidak mau Jungkook menyentuhnya seperti ini. Atau sentuhan-sentuhan lain yang bisa merobohkan seluruh tembok yang sudah San bangun dengan susah payah.             "Aku masih sopan, yang tidak sopan itu seperti ini...," Jungkook mendekatkan wajahnya pada San, melenyapkan seluruh pergerakan gadis itu dengan sebuah tatapan. "Aku tinggal menaruh tangan  kananku pada lehermu dan menariknya mendekat. Melakukan sesuatu yang bisa membuat napasmu tidak beraturan. Kau mau aku—ah, kita melakukan itu agar kau mengerti ucapanku?"             San mematung.             "Aku bisa melakukannya tapi aku tidak mau jika kau menolak." Jungkook melepaskan genggaman itu bersamaan dengan suara ketukan pada pintu kamar hotelnya. Hal itu dipakai San untuk segera mundur beberapa langkah dari Jungkook. Mengusap lengannya yang sempat digenggam sangat kuat oleh pemuda itu.             "Jungkooh-ah!" Suara Vantae. Dia membuka pintu dan tatapannya berubah bingung, tapi itu hanya sebentar. "Bagus San juga ada di sini karena RM-hyung membeli pizza dan kita akan makan bersama sambil bermain sesuatu!"             "Tentu, hyung. Ayo makan!" seru Jungkook.             San terus diam, bahkan tidak membalas sapaan Vantae. Keluar begitu saja dari kamar hotel Jungkook. Vantae langsung bertanya pada Jungkook apa yang terjadi sebelum dia membuka pintu.             "Kookie, kau berdebat lagi dengan San? Atau dia memarahimu?" Vantae ingin tahu. "Wajah San merah sekali."             Jungkook mengangkat bahu. "Mungkin jika V-hyung tidak membuka pintu, wajah gadis itu akan semakin memerah."             Vantae tidak mengerti. Karena baginya, tidak ada yang salah dari membuka pintu.             Lalu, untuk alasan apa ekspresi kesal Jungkook itu?   (*)               Mereka menikmati waktu lenggang di sela-sela jadwal konser dengan cara kulineran, dilanjutkan bermain truth or dare.             Botol air mineral yang menjadi media siapa yang harus dihukum kini berhenti tepat di depan Yuga. Pemuda yang irit bicara itu ditanya oleh Jimmy hukuman apa yang Yuga ingin pilih.             "Truth," kata Yuga, tanpa berpikir dua kali.             "Hyungnim, kali-kali pilih dare!" rengek Vantae dan Jimmy bersamaan.             Hoobi mengangkat tangan, kode ingin bertanya. "Dosa apa yang sudah hyung lakukan pada member lain?"             Tangan Yuga yang sejak tadi berada di sekitar dagu dan bibirnya bergerak sedikit sebelum menjawab, "Aku meminum s**u pisang Jungkook yang tersisa satu dan Jungkook waktu itu memarahi San karena berpikir San membuangnya. Maaf." Yuga berkata tanpa nada. "Aku langsung tidur waktu itu jadi tidak tahu ada perang dunia."             "Yuga-ya, berdosa sekali kau membuat dua anak manusia bermusuhan!" Seokjun geleng-geleng kepala, member yang lain juga heboh jika harus mengingat kejadian waktu itu. Jungkook sampai tidak mau mendengarkan penjelasan San hanya gara-gara hilangnya satu s**u pisang di kulkas dorm. Ternyata tersangkanya Yuga.             San diam saja mendengar ucapan Yuga. Bukan karena marah, melainkan tidak mengerti mengapa untuk hal-hal seperti itu Jungkook bisa kekanak-kanakan sekali padanya.             "Tapi Jungkook langsung panik saat San pergi ke mini market untuk membeli s**u pisang jam sebelas malam." Joonie menambahkan, sesuai kenyataan. "Dia terus meracau padaku mengapa aku membiarkan San pergi."             "Lalu Jungkook memarahi San lagi setelah gadis itu kembali ke dorm." Vantae tidak mau lupa.             "Ya, berakhir dengan meminum s**u pisang bersama lalu marathon nonton film Twilight seolah mereka tidak pernah bertengkar. Geez, kalian berdua ini aneh." Sekarang Hoobi yang berbicara.             San masih diam. Tersadar lagi tentang perlakuan Jungkook padanya. Kekanak-kanakan, khawatir, menyebalkan, selalu ingin dituruti, dan hal lainnya yang bisa berubah dengan sangat cepat. San tidak bisa menebak jalan pikiran Jungkook—dan ia tidak mau melakukannya. Jungkook hanya seorang idol yang harus dia urus karena San bekerja sebagai manajer TTS.             Ya, tidak lebih dari itu.             "Jika kalian sudah selesai bermain, sebaiknya kalian tidur sekarang." San mengintrupsi sebelum banyak kalimat lain yang keluar tentang Jungkook—tunggu, mengapa ia harus tidak nyaman?             "Sekali lagi, San!" Jimmy masih ingin bermain, semua member nampaknya sama dan pemuda dari Busan itu langsung memutar botol.             "Wohooo, Jeyke!" Seokjun bertepuk tangan heboh. "Dare or Dare?!"             "Hyung?!" Tentu saja Jungkook ingin protes. Sejak kapan ketentuannya berubah seperti ini?             Seokjun tidak mendengarkan keluhan si bungsu. "Siapa yang mau memberikan dare untuk maknae kesayangan kita?"             "Cium satu orang di ruangan ini yang paling kau sayangi." Joonie tidak pernah berbicara sembarangan dan mungkin kalimatnya kali ini bukan hanya sebuah dare. Dia—semua member, ingin memastikan sesuatu. Karena, kapan lagi? Waktu yang tepat tidak pernah datang.             Semua member—selain Jungkook—tentu saja mengangguk setuju. Jika Jungkook harus memilih satu member yang akan dia cium, mereka tidak akan keberatan. Lagi pula Joonie hanya memberi dare 'cium seseorang' tapi tepat di mana didaratkannya ciuman tidak diinfokan dengan spesifik. Itu berarti Jungkook bisa mencium seseorang di mana saja. Pipi, kening, bahkan telapak tangan sekali pun.             San mendengar permintaan Joonie dan sudah bisa menebak siapa yang akan dicium Jungkook. Pemuda itu sangat dekat dengan Vantae, mungkin si Gucci boy yang Jungkook pilih. Atau Seokjun? Joonie? Dan bisa saja member lain. Intinya, San sudah tidak aneh dengan kebiasaan mereka dalam berkontak fisik. Saling berpelukan erat pun itu sudah sering terjadi, mereka saling menyayangi layaknya keluarga sungguhan.             Namun saat Jungkook meliriknya, San kehilangan pikirannya sendiri. A-apa?             "San, kau bisa membunuhku setelah ini, tapi sekarang aku akan menciummu." Jungkook mengatakan itu bersamaan dengan tangan hangatnya menyentuh bagian belakang leher San, menariknya mendekat sampai bibir mereka menempel. Jungkook menutup matanya, berbeda dengan San yang sudah lupa caranya bernapas.             Jungkook mencium San di depan semua member.             “YA AMPUN!” Hoobi melongok di tempat, Jimmy kehilangan kata-katanya bahkan Vantae melotot kaget. Seokjun menepuk-nepuk bahu Joonie, meminta penjelasan dan Yuga diam saja.             Tapi itu hanya bertahan selama beberapa detik karena San langsung mendorong d**a Jungkook menjauh dan mendaratkan satu tamparan pada pipi Jungkook. Pemuda itu meringis dengan tatapan mengapa. Karena Jungkook merasa semua ini benar.             "One sided? Bisa aku duga. Sejak dulu hanya aku yang menginginkanmu," ujar Jungkook tanpa harapan sama sekali.             San terlihat sangat marah, bahkan jari telunjuknya yang berada di depan wajah Jungkook seolah akan melukai pemuda itu. Beruntung karena San masih bisa mengontrol nada suaranya. "Aku akan memaafkanmu untuk kali ini, Jungkook." Dan San pergi dengan cepat setelahnya.             Jungkook melirik Joonie, sorotnya tak terbaca. "Puas, hyung?" katanya.             Sang tokoh utama sudah melangkah pergi dan ruangan menjadi sangat canggung.             "Joonie—" Seokjun tidak tahu bagaimana cara merespons hal yang baru saja terjadi. "Mereka berdua akan bertengkar."             Joonie menjawab tenang, "Kita tahu San itu penting untuk Jungkook. Tidak terbantahkan, San segalanya bagi Jungkook. Semua orang mengetahui fakta itu, kecuali San. Dan, bukannya akan sangat melelahkan jika untuk selamanya San tidak tahu soal perasaannya sendiri?"             Tidak ada yang bersuara.             "Kim Seokjun, aku melakukan hal yang sangat benar kali ini," tambah Joonie dan dia percaya diri.   (*)               Jungkook mengejar San. Ya, karena memang selalu gadis itu. Dengan sigap tangannya meraih lengan San agar langkahnya terhenti.             "Aku benar-benar akan membunuhmu, Kim Jungkook." San ingin Jungkook mengerti bahwa apa yang pemuda itu perbuat—semuanya—atas diri San, mengatas namakan apa pun, itu semua adalah salah.             "Kau akan membunuhku?" Jungkook mengerutkan kening. "Dengan cara membalas ciumanku?"             San mengusap wajahnya dengan satu tangan yang bebas dari cekalan Jungkook. "Aku tidak melakukan itu."             "Aku lelah dengan semua kebohonganmu, San." Jungkook pantas berkata seperti itu.             "Aku tidak menciummu!" San berteriak, "aku tidak melakukannya!"             "Kau bahkan menutup matamu, membalas ciumanku dan yang aku dapatkan adalah teriakan?"             Konyol.             "Lalu apa yang kau mau, Jungkook?!" Baiklah, lagi pula San sudah tidak bisa bermanis-manis dengan Jungkook. Pemuda itu tidak akan mengerti.             "Apa kau menginginkanku?" tanya Jungkook dengan sorot serius. Menyiapkan segala kemungkinan terburuk.             "Tidak."             Pembohong. "Katakan itu ketika tadi kau tidak membalas ciumanku, San."             "Aku tidak membalas ciumanmu, Jungkook!" Astaga, sulit. "Dan jika aku melakukannya, mungkin itu karena aku tidak sengaja!" jawab San cepat. Sekarang bahkan dia berkeringat untuk sesuatu yang bahkan San coba yakini.             Sesemu itu? Tidak sengaja? Jungkook jelas tidak percaya.             "Aku menginginkanmu." Dan, memang itu yang Jungkook rasakan pada San."Kau tahu itu. Kau sengaja mengabaikannya. Kau membuatku patah beberapa kali dan kau terus melakukannya."             Seharusnya Jungkook tidak perlu repot mendeklarasikan sebuah degup gila yang dia rawat sejak lama. Segalanya hanya berpengaruh pada satu sisi saja; dirinya.             Seharusnya San mengerti Jungkook. Semuanya untuk gadis itu. Tapi sampai kapan pun San tidak akan pernah menginginkannya. Perasaannya adalah omong kosong.             "Berhenti main-main, Kim Jungkook." San ingin pemuda dengan sorot mata indah itu diam sekarang juga. Tidak mau mendengar apa-apa lagi. Sudah cukup. "Lepaskan aku."             Lalu Jungkook hanya bisa menjawab, "San, kau akan menyesal jika aku benar-benar melakukan itu. Melepaskanmu."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN