Di babak ketiga ini, Seika dan Homura terus mendapatkan jawaban yang benar. Kemudian dalam waktu yang bersamaan mereka berdua memperlihatkan jawabannya, dan di atas lembar kertas itu tertulis jawaban yang sama. Berarti tidak diragukan lagi kalau jawaban mereka berdua benar.
Reporter yang meliput nilai sempurna mereka mulai memanas karena merasakan kompetisi di antara kedua murid itu.
Tetapi tidak dengan Michiru. Wajahnya langsung berubah ketika melihat apa yang ada pada layar di depannya. “Akari, tunggu aku di sini sebentar!” katanya singkat, dan langsung berlari keluar dari ruangan itu.
Bahkan aku tidak sempat memanggil namanya untuk bertanya ada apa! Tetapi, setelah mataku kembali melihat layar yang ada di depan sana. Entah kenapa sepertinya aku mengerti.
Di layar, Seika dan Homura sama-sama berdiri memperlihatkan jawabannya. Namun kali ini sepertinya Homura lupa menyimpan penanya karena terburu-buru, sehingga pena yang ia gunakan terlihat di layar.
Seketika kata-kata Michiru sebelumnya teringat olehku. Dia berkata kalau seseorang terlihat menggunakan pena yang tidak asing menurut Michiru. Jangan-jangan, pena yang dimaksudkan itu adalah pena yang saat ini digunakan oleh Homura?
Karena juri melihat kalau mereka berdua mengangkat kertas secara bersamaan, akhirnya juri memutuskan untuk memberi mereka bulat hijau. Di sini, wajah Homura terlihat tidak menyenangkan. Awalnya aku ingin langsung mengejar Michiru yang kemungkinan pergi ke ruangan perlombaan itu. Tetapi ketika mengingat kalau selain panitia atau guru pendamping tidak boleh mendekati ruangan olimpiade itu.
Aku hanya bisa diam memerhatikan keadaannya melalui layar yang ada di depanku ini. Meski Michiru sudah menemukan pena yang kemungkinan memiliki kutukan yang selama ini ia cari, sepertinya Homura masih belum dikendalikan oleh kutukan itu.
Babak ketiga terus berjalan tanpa terlihat ada sesuatu yang berbahaya menurutku. Seika dan Homura terus menerus bergantian mendapatkan poin. Kali ini sudah pertanyaan yang ke tiga puluh. Nilai Seika lima belas, sedangkan Homura empat belas. Jika di babak ini Homura lebih cepat, berarti nilai Seika dan Homura akan sama lagi. Kemudian juri yang menilai akan memberikan pertanyaan yang lain.
Sepertinya peserta selain Seika dan Homura sudah menyerah, aku bisa melihatnya dari reaksi mereka ketika pertanyaan diperlihatkan, tetapi selain Seika dan Homura, peserta lainnya hanya diam seperti tidak mengerjakan soal itu. Dari wajah mereka, aku bisa menduga kalau mereka lebih tertarik melihat Seika dan Homura yang terus bersaing untuk mendapatkan poin dari pada mengerjakan soal yang diberikan oleh juri.
Seperti yang diduga, Homura yang mendapat poin di pertanyaan ini. Kemudian juri membuat pengumuman, jika salah satu dari Seika dan Homura mendapat poin dua kali berturut-turut, juri akan memutuskan dialah pemenangnya.
Ruangan tempatku berada langsung dipenuhi oleh suara gaduh, sepertinya mereka mendapat topik yang menarik untuk ditulis di artikel mereka. Aku mengirim pesan pada Michiru menanyakan bagaimana keadaannya, tapi pesan itu belum dijawab juga.
Aku kembali memerhatikan olimpiade yang kemungkinan masih lama berakhir ini …
Sekarang, pertanyaan yang diberikan oleh juri sudah sampai pertanyaan ke empat puluh dua. Pertanyaan sebelumnya, Seika yang mendapat poin.
Mengingat ada pena yang kemungkinan memiliki kutukan dari iblis itu di tangan Homura, aku tidak tahu harus berharap apa. Jika Seika mendapat poin benar, berarti Seika yang akan memenangkan olimpiade tahun ini. Lalu, Homura yang memiliki pena itu akan melakukan apa?
Di sisi lain, jika Homura yang memenangkan olimpiade tahun ini, kira-kira permintaan apa yang akan diminta oleh Homura yang memenangkan taruhan itu? Sepertinya jika Homura menang atau kalah, rasanya sama saja bisa membahayakan Seika …
Kemudian, aku mengingat Seika yang mengigau tadi pagi ketika aku berusaha untuk membangunkannya. Dia mengigau kalau Homura menusuknya dengan pena karena ia mengabaikannya …
OH! Apa ini suatu pertanda kalau Homura akan menyakiti Seika? Ah, Michiruuu! Cepat beri aku kabar! Tetapi kabar itu tetap tidak datang.
Sampai akhirnya, pertanyaan selanjutnya ditayangkan di layar. Dengan cepat Seika mengangkat selembar kertas berisi jawaban di sana, kali ini Homura sedikit terlambat.
Dengan bunyi yang sudah didengar berkali-kali, Seika mendapat poin karena jawabannya benar. Akhirnya, olimpiade tahun ini selesai, dan dimenangkan oleh Seika dengan mendapatkan total poin terbanyak. Dari babak satu sampai babak ketiga ini, nilai Seika hampir mendekati sempurna. Apa lagi nilai yang ia dapat di babak pertama, ia mendapatkan nilai 98! Sedangkan Homura mendapat 97, sangat tipis.
Seika tersenyum pada kamera yang langsung disiarkan di layar yang ada di ruanganku. Bunyi klik dari kamera yang dibawa oleh reporter langsung memenuhi ruangan. Dengan cepat aku kembali mengirimkan pesan pada Michiru sekali lagi, tapi masih belum mendapat balasan juga.
Akhirnya aku memilih untuk pergi menuju aula. Di sana, para peserta yang masuk ke babak ketiga akan diberi penghargaan. Pemenang olimpiade tahun ini adalah Seika, sedangkan Homura juara kedua.
Sepertinya para reporter itu memiliki ide yang sama denganku, karena mereka juga langsung pergi ke arah aula. Sebelum meninggalkan ruangan itu, aku sempat melihat ke layar yang menampilkan Seika yang sedang membereskan barang-barangnya. Di sampingnya, Homura hanya menatap mejanya dengan tatapan kosong.
Melihatnya yang seperti itu, aku lebih khawatir dari pada ketika melihatnya yang menatap tajam seperti dendam kesumat pada Seika.
Karena olimpiade sudah berakhir, aula yang digunakan untuk memberikan penghargaan kepada para peserta akhirnya dibuka untuk umum. Tidak hanya para reporter yang meliput yang boleh masuk, aku juga akhirnya diperbolehkan masuk ke dalamnya.
Aula itu sudah dipenuhi oleh reporter, setengahnya lagi dipenuhi oleh peserta yang gugur di babak pertama dan kedua olimpiade itu. Di depan ruangan itu sudah disediakan panggung dengan delapan buah kursi, kemungkinan kursi itu akan diduduki oleh peserta yang lolos ke babak akhir.
Dari jauh, aku melihat rambut pirang milik Michiru berada di dekat sebuah pintu yang ada di samping panggung. Kemungkinan pintu itu akan digunakan untuk peserta yang akan naik ke atasnya.
[Seika, aku tahu kau akan memenangkan olimpiade ini! Jika Homura pergi menemuimu dengan niat untuk mendengar permintaanmu karena menang dari taruhan itu, tunggu aku! Jangan pergi menemuinya sendirian!]
Aku mengirim pesan pada Seika, berharap kalau Seika membacanya dan mengikuti keinginanku. Karena sebagian kursi yang ada di dekat panggung sudah penuh, aku memilih untuk berdiri di dekat sana. Kalau ada sesuatu yang terjadi, setidaknya aku bisa berlari cepat ke arah Seika.
Aku merasakan getaran dari ponselku, kukira pesan yang kukirim pada Seika akhirnya dibalas, tetapi ternyata pesan baru yang masuk adalah pesan dari Michiru.
[Jangan gegabah seperti sebelumnya. Jika ada sesuatu yang terjadi, lebih baik kau menjauh dari ruangan ini. Mengerti?]
Aku langsung melihat ke arah terakhir kali aku melihat Michiru. Dia masih di sana, memegang ponsel dengan sebelah tangannya, tetapi tatapannya tertuju padaku.
[Pastikan Seika tidak terluka!]
Ponselku kembali bergetar dengan cepat.
[Tentu saja.]
Aku melihat balasan dari Michiru. Sekali lagi, aku mengirim pesan pada Seika untuk tidak mendekati Homura, kali ini dengan alasan aku ingin melihat wajahnya yang kalah darinya sekali lagi, kemudian memberi tahunya pada Kazuyoshi. Tetapi pesan itu tetap tidak dibalas.
Tetapi sepertinya Homura belum melakukan apa pun, karena Michiru masih berada di sana. Mungkin Seika sedikit sibuk di belakang panggung menerima arahan untuk mendapatkan penghargaan.
Setelah kurang lebih sepuluh menit berlalu, akhirnya aku melihat tiga orang yang menjadi juri di babak terakhir naik ke atas panggung. Karena terlalu khawatir pada Seika, aku tidak memerhatikan apa yang dikatakan oleh juri itu.
Ketika juri ketiga selesai berbicara, akhirnya aku melihat Seika yang keluar dari pintu belakang panggung. Michiru kemudian mengikutinya, tetapi tidak bisa ikut naik ke atas panggung karena dia bukan guru pembimbing Seika.
Selanjutnya, Homura dan guru pembimbingnya yang naik ke atas panggung. Karena ia juara kedua, berarti ia akan duduk di sebelah Seika. Dari jauh aku masih melihat kalau wajah Homura tidak memiliki ekspresi apa pun. Kemudian enam peserta lainnya yang lolos ke babak akhir dan guru pembimbing mereka naik selanjutnya.
Seika menerima sebuah sertifikat, piala, dan juga hadiah utama olimpiade itu. Kemudian ia berfoto dengan ketiga juri dan Yuno-sensei yang ada di sebelahnya. Kemungkinan dari jauh ia melihatku, karena setelah selesai berfoto, ia melambaikan tangannya ke arahku. Aku membalasnya, kemudian berkata selamat tanpa suara.
Setelah menerima semua itu, Seika kembali duduk di kursinya. Selanjutnya, Homura yang akan menerima hadiah dan berfoto dengan juri. Guru pembimbing yang berdiri di belakangnya membisikkan sesuatu, kemudian masih tanpa ekspresi di wajahnya, Homura berdiri dari duduknya.
Tetapi bukannya berjalan menuju juri yang akan memberinya penghargaan, ia malah membalikan tubuhnya ke arah Seika.
Seika menatap Homura dengan bingung, tetapi wajahnya langsung berubah ngeri ketika melihat tangan Homura yang terangkat tinggi di depannya.
Aku tidak bisa melihat dengan jelas karena terlalu jauh dari panggung. Tetapi kemungkinan sebuah pena berada di tangannya yang terangkat itu.
Terlihat Seika yang sedikit memiringkan tubuhnya untuk menghindari tangan Homura yang semakin lama mendekat ke arahnya itu.
Sedikit panik aku berlari ke arah panggung sambil meneriakkan nama Seika. Tetapi tiba-tiba semuanya menjadi gelap gulita. Suara panik langsung terdengar di mana-mana. Tetapi sedetik kemudian semua suara itu hilang, dan terdengar suara seperti benda jatuh di seluruh tempat.
Aku hanya bisa terdiam berdiri di tempat. Apa Michiru baru saja menggunakan sihir untuk membuat ruangan ini menjadi gelap? Apa Michiru melakukannya agar kejadian yang ada di atas panggung tidak terlihat oleh siapa pun?
Kalau benar begitu … Apa kejadian terakhir yang kulihat sebelum ruangan ini menjadi gelap gulita adalah Homura yang akan menyerang Seika?
“Michiru … Michiru!” aku hanya bisa meneriakkan nama Michiru di dalam kegelapan itu. Jika pemikiranku benar, berarti saat ini Homura sedang dikendalikan oleh kutukan dari iblis itu, ‘kan?
Sebelumnya, benda yang memiliki kutukan itu tiba-tiba ada di sekolah. Karena Michiru menemukannya sebelum benda itu mengendalikan seseorang, Michiru dapat dengan mudah menghancurkan benda itu.
Tetapi kali ini, benda itu sudah mengendalikan Homura … apa mungkin kali ini lawannya akan lebih sulit dari pada sebelumnya?
Aku sedikit kesal karena tidak bisa melakukan apa pun karena tidak bisa melihat apa-apa. Terlebih lagi, aku sangat khawatir apa yang terjadi pada Seika! Kemudian ruangan ini tiba-tiba sepi, rasanya hanya ada aku di dalam kegelapan ini.
Apa yang terjadi, Michiru?