15 - Ponsel Baru~

1328 Kata
            Untung saja lonceng yang menandakan kelas selanjutnya akan dimulai sedikit menghentikan gosip itu untuk tersebar luas. Masih belum sadar dengan gosip yang beredar, aku dan Michiru langsung pergi ke meja masing-masing.             Dari ujung mata, aku bisa melihat dan merasakan pandangan Kirishima padaku. Untung saja perasaan itu menghilang ketika Seika yang duduk di sebelahku datang. Terima kasih, Seika! Kau menjadi tamengku dari tatapan murid pindahan itu!             Seika yang merasa pandangan penuh pujian itu langsung membalasnya. “Kenapa, Akari?”             Aku hanya tersenyum tipis. “Aku merasa beruntung bisa duduk di sebelahmu, Seika.”             Kening Seika berkerut. “Kenapa kau jadi aneh tiba-tiba?”             Aku hanya tertawa pelan dan mulai menyiapkan buku dan peralatan tulis lainnya untuk kelas berikutnya.             .             .             Ketika kelas akhirnya berakhir, Takamura-sensei tiba-tiba memanggilku dan Kirishima untuk bertemu dengannya.             “Kumo, bisa kau ajak murid pindahan ini berkeliling di sekitar sekolah? Kau pernah melakukannya untuk Michiru, ‘kan? Berarti kau memiliki pengalaman yang lebih baik dari orang lain.”             Karena merasa alasan yang dikatakan oleh Takamura-sensei itu ada benarnya, aku jadi tidak bisa menolaknya.             Dengan senyuman cerah Kirishima menatapku sambil berterima kasih karena bersedia untuk mengantarnya mengelilingi sekolah.             Merasa ada yang tidak beres, setelah Takamura-sensei tiba-tiba Michiru muncul di belakangku. “Apa kau diminta untuk jadi kelinci percobaan Takamura-sensei, Akari?”             “Hah! Jika Takamura-sensei memintaku hal itu, apa kau pikir aku masih bisa tenang seperti ini?”             Michiru terkekeh pelan. “Tidak mungkin sih. Kalau begitu, ayo kita pulang? Kau berjanji hari ini akan menemaniku membeli ponsel baru, ‘kan?”             Aku langsung menepuk keningku. Karena kejadian semalam, aku sampai lupa janji itu dengan Michiru. Belum sempat aku bicara pada Michiru, tiba-tiba Kirishima menarik tanganku. “Maaf, Akari sudah memiliki janji denganku,” katanya penuh ambigu.             Melihat wajah Michiru yang sedikit seram, dengan cepat aku berkata, “Ah, begini … Takamura-sensei memintaku untuk mengantar Kirishima berkeliling sekolah karena dia murid baru di sini! Kau ingat, ‘kan saat pertama kali kau datang ke sekolah ini juga?”             Untung saja setelah mendengar hal itu wajah menyeramkan Michiru jadi sedikit menyeramkan sekarang. “Kalau begitu aku yang akan melakukannya!”             Aku hanya bisa mendesah panjang. Setidaknya dengan adanya Michiru, jika benar orang bernama Kirishima ini seorang penyihir, aku bisa lebih merasa aman.             Dengan mendedikasikan pikiranku secara penuh untuk menjalankan tugas yang diberikan oleh Takamura-sensei, waktu yang dibutuhkan untuk memperkenalkan gedung sekolah pada Kirishima sangat singkat. Hal ini juga karena Michiru yang berkata kalau Kirishima tidak perlu mengetahuinya.             Meski begitu, aku merasa sedikit bersalah pada Kirishima. Jika orang ini bukan penyihir, aku harus berkata apa untuk menjelaskannya?             Untung saja Kirishima sepertinya tidak terlalu memikirkan hal itu. Dengan senyuman pada wajahnya dia mendengar perkataanku tanpa memotongnya sekali pun. Hmph! Sangat berbeda dengan Michiru!             “Lalu ini gedung kegiatan club. Jika kau tertarik, kau bisa memeriksanya lain hari. Sayang sekali karena hari ini hari sabtu, kegiatan club tidak sampai sesore ini,” kataku menjelaskan.             Kirishima mengusap dagunya, kemudian berkata, “Bagaimana denganmu, Akari? Apa kau bergabung pada sebuah club?”             “Oh, aku bergabung dengan club astronomi.”             “Apa aku boleh ikut bergabung? Sepertinya terdengar menyenangkan.”             “Tidak!” jawab Michiru cepat.             Kirishima sedikit mengerutkan keningnya. “Dengan alasan apa kau menolak ketertarikanku?”             “Karena aku ketua club astronomi!” jawab Michiru sambil melipat tangannya di d**a.             Aku hanya bisa tersenyum masam. “Sayang sekali, Kirishima. Sebelumnya karena ada banyak murid yang ingin bergabung dengan club astronomi dengan alasan yang tidak masuk akal. Takamura-sensei yang menjadi pembimbing club astronomi langsung menutup pendaftaran anggotanya …”             Wajah Kirishima langsung terlihat sedikit sedih. “Kalau begitu sayang sekali. Mungkin aku akan memikirkan untuk bergabung dengan club yang lain.”             “Tentu. Kau bisa memeriksa kegiatan club lainnya hari senin. Bagaimana?”             Wajah sedih Kirishima menghilang ketika mendengar perkataanku. “Tidak masalah. Apa kau bisa mengantarku nanti?”             Michiru memutar kedua bola matanya. “Kita lihat nanti, ya?” kataku cepat sebelum Michiru yang menjawab perkataan itu.             Sekali lagi, Kirishima hanya tersenyum untuk menjawabnya.             “Sudah selesai, ‘kan? Kalau begitu semoga harimu menyenangkan, murid pindahan!” kata Michiru pada Kirishima, kemudian menarik tanganku dan pergi menjauhi Kirishima.             “Michiru, bagaimana kalau Kirishima bukan seorang penyihir? Aku harus mengatakan apa untuk meminta maaf pada sikap tidak sopanmu itu!?”             Wajah Michiru sedikit manyun. “Aku bisa merasakan kekuatan sihir darinya!”             Kedua alisku langsung terangkat. “Benarkah? Apa dia penyihir yang mencari benda terkutuk itu? Atau …” pertanyaan itu sengaja kugantung. Karena jika Kirishima bukan penyihir yang akan membantu Michiru untuk mencari benda itu, berarti pilihan lainnya adalah Kirishima seorang Dark Witch …             “Aku masih belum yakin. Dia sangat mahir menyembunyikan kekuatannya.”             Mendengar itu aku hanya bisa mendesah panjang. Setidaknya, Michiru melakukan hal itu juga untuk menjauhkanku dari bahaya, ‘kan?             Memikirkan kemungkinan itu membuat ujung bibirku sedikit naik. “Karena sudah selesai mengantar Kirishima berkeliling, bagaimana kalau kita mencari ponsel untukmu sekarang?”             Michiru ikut tersenyum ketika mendengarnya. “Ayo kalau begitu!”             “Kau yang bayar, ‘kan?”             Michiru dengan cepat mengeluarkan dompetnya yang terlihat masih tebal. “Jika aku tidak punya uang, aku bisa membuatnya sendiri.”             “Ey, itu tindakan kriminal!” kataku cepat. Ternyata dia berpikir untuk melakukan hal yang illegal!             .             .             Mata Michiru berbinar cerah melihat kotak ponsel yang baru saja dibelinya. Padahal, ia memiliki ponsel yang lebih canggih dari pada ini!             “Akari! Bagaimana untuk membuka aplikasi ini?” tanyanya untuk ke sekian kalinya.             “Kau harus buat akun e-mail terlebih dahulu. Untuk menjalankan aplikasi ini kau butuh akun,” jawabku masih sabar.             “Oh! Berarti aku bisa kirim e-mail padamu, ‘kan?”             “Mmm,” jawabku mulai singkat.             “Kalau ini? Apa benar menjalankannya seperti ini?”             “Mmm.”             “Wah! Ponsel dari Merqopolish, tidak ada fitur seperti ini! Apa semua ponsel di dunia ini memilikinya?”             “MMMMMMmmmm.”             “Eiy ayo dong ajarin aku!”             “Beliin es krim lagi,” kataku singkat.             “Ya ampun, kenapa kau tiba-tiba gembul begini, sih? Lihat semua menu yang kamu makan!”             Saat itu baru aku berapa banyak piring kosong yang ada di depanku. “Hmph, salah sendiri kamu ajak aku ke restoran keluarga dan mainin ponsel kamu terus!”             Michiru tertawa geli mendengar alasanku. “Yaudah, satu es krim lagi. Setelahnya kita pulang, ya?”             “Hmph! Terserah!”             “Yaudah ga jadi pesan kalau begitu.”             “Ah! Lelaki macam apa yang narik kata-katanya lagi?”             Kali ini akhirnya Michiru tertawa terbahak-bahak. “Aku bercanda. Kamu yang pesan, aku mau ke toilet sebentar.”             Haha … karena dia ke toilet, berarti aku bisa pesan yang lain, ‘kan? Dengan semangat aku memanggil pelayan dan memesan es krim serta beberapa menu ringan lainnya.             Ketika menunggu pesanan baru itu datang, tidak sengaja aku melihat Kirishima yang terlihat sedang memainkan ponselnya. Lalu tiba-tiba seseorang menabraknya, membuat ponselnya jatuh ke atas tanah, orang yang menabraknya juga ikut terjatuh.             Dengan senyum lebar Kirishima membantu orang itu untuk berdiri. Ia mengatakan beberapa hal lalu ikut menolong orang itu mengambil barang-barangnya yang terjatuh.             Hmm … sepertinya tidak ada yang aneh dari Kirishima. Tetapi entah kenapa aku tidak bisa menghilangkan perasaan aneh ini tentangnya.             Setelah diperhatikan baik-baik, ternyata orang yang menabrak Kirishima itu Asuka! Teman sekelasku yang tadi tidak masuk sekolah, ‘kan? Kudengar dia ada urusan keluarga.             Setelah Kirishima membantu untuk mengambil barang-barang milik Asuka yang berjatuhan, bagian bawah kantung yang menjadi tempat untuk menyimpan barang-barang yang dibawanya robek. Semua barang yang sudah diambil itu kembali terjatuh ke atas tanah.             Dari sini aku bisa melihat kalau Asuka hampir saja menangis. Tetapi dengan senyuman bak matahari, Kirishima kembali membantu Asuka untuk mengumpulkan barang-barangnya yang berjatuhan.             Mungkin karena barangnya cukup banyak, dan Asuka tidak memiliki kantung dan tas yang cukup besar untuk membawa barang-barang itu, akhirnya Kirishima membantu Asuka untuk membawa barang-barangnya.             “Ada apa, Akari? Kenapa kau melihat keluar dengan tatapan seperti terpesona pada seseorang begitu? Kau lihat orang yang lebih tampan dari padaku?”             Hidungku sedikit mengernyit ketika mendengar perkataan narsis dari Michiru itu. “Iya, aku lihat orang yang lebih tampan darimu!”             Michiru tersenyum meledek. “Mana mungkin~”             Sedikit kesal, aku hampir berkata secara spontan kalau orang yang kulihat itu adalah Kirishima. Tetapi, karena menu pesanan tambahanku sudah datang, akhirnya aku mengurungkan niat itu.             Kedua alis Michiru terangkat setelah melihat menu tambahan itu. “Akari … apa kau benar-benar ingin membuatku melakukan tindakan kriminal menggandakan uang?”             Aku hanya tersenyum tipis. “Ga masalah. Kita bisa jadi rekan dalam kejahatan ini, ‘kan?”             Michiru mengusap keningnya sambil menggelengkan kepalanya. “Anak ini … cepat sekali berubah pikirannya!”             Aku hanya terkekeh pelan dan melanjutkan kesibukanku untuk menikmati es krim gratisan ini. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN