26 - Tujuh Dosa Besar Manusia

1421 Kata
            “Ngomong-ngomong,” kata Michiru tiba-tiba dengan mulutnya yang sedikit penuh dengan makanan. “Sepertinya kau mengetahui beberapa hal tentang iblis, Akari?             Mendengar pertanyaan itu, aku sedikit memiringkan kepalaku bingung. “Err … maksudmu?”             “Kemarin saat Homura mendapat kutukan dari Leviathan yang merupakan salah satu iblis yang menggambarkan tujuh dosa besar manusia. Kau mengetahuinya kalau Leviathan adalah iblis yang menggambarkan perasaan iri.”             Aku memasukkan Karaage ke dalam mulutku, kemudian mengunyahnya terlebih dahulu sebelum menjawab. “Hm? Kau ingin bertanya aku mengetahui hal itu dari mana?”             Michiru menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaanku, wajahnya terlihat lebih serius dari pada biasanya.             Aku hanya terkekeh pelan kemudian menjawab, “Aku mengetahuinya karena aku membaca sebuah artikel yang ada di Gu*gle! Di perpustakaan sekolah juga ada buku yang menggambarkan tentang iblis yang melambangkan tujuh dosa besar manusia. Bahkan ada animenya juga.”             Michiru mengedipkan matanya beberapa kali kemudian mengeluarkan ponsel dari sakunya. Ia memainkannya sebentar dan tiba-tiba ia mengusap keningnya. “Terkadang aku kagum dengan imajinasi yang menjadi kenyataan orang-orang yang tinggal di bumi …”             Aku hanya tertawa mendengarnya. “Yah, aku juga tidak tahu siapa yang ‘menemukan’ tentang iblis yang melambangkan tujuh dosa besar manusia pertama kali. Entah memang orang itu mengetahuinya karena sebuah cerita, imajiasi, atau dari teori buku lama.”             “Bahkan orang-orang di bumi juga menggunakan teori dan elemen dasar dalam ilmu sihir …” Michiru tertawa miris. “Menurut kalian, mungkin semua itu hanya imajinasi atau dongeng. Tetapi ketika seseorang yang mengetahui bahwa iblis yang melambangkan tujuh dosa besar manusia itu nyata, bahkan teori dan elemen dasar mengenai sihir yang sering digunakan dalam cerita fiksi atau game.”             “Hm, mungkin ada hubungannya dengan beberapa cerita keagamaan, mukjizat atau teori tentang masa ketika zaman kerajaan roman atau apalah itu yang menceritakan tentang penyihir itu benar-benar ada. Sayangnya, para penyihir itu mulai punah karena sekelompok orang yang mengaku sebagai pemburu penyihir.”             Michiru tersenyum miris mendengarnya. “Untung saja aku tidak tinggal di bumi …”             Aku tertawa geli ketika mendengarnya. “Mungkin juga karena kelompok pemburu penyihir itu benar-benar ada, penyihir yang tinggal di bumi membuat dimensi lain dan pindah ke sana. Sekarang, kau menjadi turunan dari para penyihir itu!”             Padahal aku niatnya bercanda, tetapi ketika melihat wajah serius Michiru yang benar-benar menganggap kalau perkataanku kemungkinan tepat, aku jadi sedikit takut dengan perkataanku tadi.             “Ya-yang jelas! Karena aku tahu beberapa fakta tentang iblis yang melambangkan tujuh dosa besar manusia, mungkin aku bisa membantumu untuk melenyapkan benda yang memiliki kutukan dari mereka dengan mudah, ‘kan?” kataku berusaha mengalihkan pembicaraan.             Michiru yang sepertinya masih sibuk membaca artikel tentang iblis yang melambangkan tujuh dosa besar manusia. Kemudian dia tiba-tiba berkata, “Karena Kirishima sebagai salah satu anggota dari organisasi Penyihir Hitam ada di Jepang, kemungkinan besar benda kutukan itu masih banyak tersembunyi di sekitar sini …”             “Hoo,” jawabku singkat.             “Kemarin kita baru saja melawan Leviathan yang melambangkan perasaan iri pada manusia. Karena iblis pertama yang kita lawan pada malam hari di sekolah waktu itu masih terlalu lemah, aku tidak terlalu yakin benda itu mendapat kutukan dari siapa …”             “Hooo,” gumamku lagi.             “Anggap saja masih ada lima benda lagi yang tersebar di Jepang. Berarti di antaranya—”             “Pride atau Kebanggaan, dilambangkan oleh Lucifer!” potongku cepat. Michiru akhirnya melihat ke arahku, setelah tersenyum tipis aku melanjutkan, “lalu ada Greed atau keserakahan, Lust atau nafsu, Gluttony atau kerakusan mungkin bisa diartikan dengan ketamakan …”             Michiru menganggukkan kepalanya. “Lalu?”             Setelah mendapat persetujuan dari Michiru, aku menambahkan, “Slot atau Kemalasan, dan yang terakhir Wrath atau Kemarahan! Lalu kita sudah mengalahkan Leviathan yang melambangkan Envy atau Iri hati …”             “Dan juga satu lagi benda dengan kutukan yang tidak terlalu kuat sehingga aku tidak begitu yakin siapa yang memberi kutukan itu,” lanjut Michiru.             “Hmm. Apa kira-kira ada kemungkinan kalau benda yang dikutuk oleh Leviathan akan muncul lagi? Maksudku, kau bilang ada sepuluh benda yang terlempar ke dunia ini. Berarti akan ada dua benda dengan kutukan dari iblis yang sama, ‘kan?”             Michiru sedikit mengerutkan keningnya. “Jika hal itu sampai terjadi, kemungkinan benda dengan kutukan dari iblis yang sama akan bergabung dan kutukannya akan semakin kuat.”             “Ah … kalau begitu kita harus cepat-cepat mencarinya, ‘kan?”             Michiru menatap kosong ke arah piringnya, kemudian berkata, “Sebaiknya aku harus cepat-cepat mencarinya.”             Aku mendesah panjang. Aku mengerti kenapa Michiru mengatakan hal itu, karena dia tidak ingin membuatku mendapat masalah. Tetapi, bukankah setidaknya aku bisa membantunya sedikit dengan mengetahui masalahnya itu?             “Apa kira-kira kutukan yang diberikan oleh iblis pada benda-benda itu mencerminkan sifat dari mereka?” tanyaku.             Michiru memiringkan kepalanya sedikit bingung dengan pertanyaanku. “Aku tidak yakin jika pena bisa melambangkan perasaan iri seseorang …”             “Hm, bagaimana dengan lentera merah? Benda dengan kutukan iblis pertama yang berhasil kau kalahkan itu lentera merah,’ kan?”             Michiru menganggukkan kepalanya. “Jika apa yang kau bilang tentang benda yang mencerminkan sifat iblis itu sendiri … mungkin lentera merah itu melambangkan Lucifer …”             “Lucifer? Iblis yang melambangkan Pride atau Kebanggaan?” tanyaku ketika mengingat betapa menyedihkannya iblis itu dikalahkan oleh Michiru dengan replika Soumin Shourai milik Kazuyoshi.             Michiru yang melihat wajahku berubah aneh langsung mengerti. “Haha! Iblis yang melambangkan kebanggaan seperti itu tidak mungkin dapat dikalahkan miris seperti itu, ‘kan?”             “Tapi karena kutukan itu tidak terlalu kuat, ‘kan? Kau yang sendiri yang bilang begitu!”             Michiru mengusap-usap dagunya. “Lalu jika memang apa yang Akari perkirakan itu benar, apa mungkin  Mammon yang melambangkan Greed atau Keserakahan itu memberi kutukan pada uang? Maksudku, manusia menjadi serakah karena uang, ‘kan?”             “Mmm, aku tidak bisa menyangkalnya. Tapi bagaimana jika benda dompet atau tas?” kataku.             “Sepertinya uang juga tidak mungkin, sih. Karena mata uang Merqopolish dan dunia itu berbeda …”             Aku mengusap keningku bingung. “Berarti memang tidak ada cara lain selain mencarinya satu persatu, ya?”             Wajah Michiru langsung tidak senang. “Ah! Bagaimana bisa Kirishima mendapat benda dengan kutukan Leviathan begitu mudah!” sahutnya kesal.             Aku tersenyum tipis. “Mencari delapan benda terkutuk lainnya di sekitar Jepang. Hehe, hati-hati kau mulai botak karena kesulitan untuk mencarinya!”             Dagu Michiru langsung berkerut dengan wajah yang tidak menyenangkan. “Ah, aku harap penyihir lain yang dikirim ke bumi menemukan benda-benda … di Jepang saja sudah ada dua.”              Aku menaikkan kedua bahuku. “Siapa tahu di Jepang ada tujuh benda lainnya!”             Michiru langsung mendesah panjang. “Jika hal itu benar-benar terjadi, mungkin aku harus memanggil penyihir lain yang ditugaskan di bumi untuk mencari di sekitar Jepang saja …”             “Kenapa tidak kau lakukan saja? Mungkin jika dibantu dengan penyihir lain, tugasmu akan cepat selesai?”             “Hmmm, sepertinya tidak ada salahnya untuk mencoba. Mungkin nanti aku akan mengirim pesan pada yang lainnya …” Michiru sedikit menggantungkan kata-katanya. “Atau … mungkin aku hanya perlu membuntuti Kirishima tujuh hari dua puluh empat jam?”             Aku sedikit memiringkan kepalaku bingung. “Dan untuk apa kau melakukannya?”             Michiru mengangkat kedua bahunya. “Dia yang menemukan benda dengan kutukan Leviathan. Mungkin nanti dia juga akan menemukan benda dengan kutukan dari iblis yang lain, bukan?”             “Ah … bukankah akan terlambat jika kau melakukannya?”             Michiru mulai mengacak-acak rambutnya sendiri. “Argh! Apa ada sebuah cara untuk mengetahui lokasi benda dengan kutukan itu berada di manaa!?”             “Err, karena dia anggota dari organisasi Penyihir Hitam? Mungkin ada alat pendeteksi atau semacamnya …”             Michiru terkekeh pelan mendengarnya. “Mungkin selanjutnya aku harus menangkap Kirishima hidup-hidup lalu menggeledah seluruh barang bawaannya. Mungkin saja memang ada alat pendeteksi kutukan iblis seperti yang katakan itu, Akari.”             Entah kenapa ketika Michiru mengatakan hal itu, aku sedikit kesal padanya. “Ah ngomong-ngomong, karena besok sekolah akan tutup selama tiga hari, mungkin sebaiknya aku ke sekolah untuk mengambil tasku sebelum terlalu malam,” kataku setelah melihat jam dinding yang menunjukkan pukul tujuh malam.             Michiru ikut melihat jam dinding, kemudian tiba-tiba ia menghabiskan makanannya dengan cepat dan berdiri dari duduknya. “Aku saja yang ke sekolah. Kau lebih baik istirahat.”             “Hmm, kalau begitu aku yang akan membereskan piringnya! Cepat pergi, sebelum penjaga sekolah pulang dan menonton Drama Korea!” kataku cepat-cepat mengusir Michiru keluar rumah.             Michiru terkekeh pelan. “Baikk, baikkk. Ingat, jangan pergi ke mana-mana! Periksa juga keadaan Kazuyoshi.”             “Siap!” kataku sambil memberi Michiru hormat.             “Teriakkan namaku sebanyak tiga kali jika tiba-tiba kau merasakan sesuatu yang berbahaya!”             “Lalu, jika aku meneriakkan namany sebanyak tiga kali, apa kau tiba-tiba akan muncul?”             Michiru tersenyum tipis. “Telepatiku cukup kuat!”             Aku tertawa geli mendengar jawaban Michiru. “Cepat kalau begitu! Hush!”             Michiru langsung mengeluarkan Flying Gear miliknya dan naik ke atasnya. “Ingat, jangan ke—”             “Iya aku tahu!” kataku sambil mendorong Michiru, membuatnya sedikit oleng di atas papan luncurnya.             “Mmm, kalau begitu tunggu sebentar. Mungkin hanya butuh waktu lima sampai sepuluh menit!” katanya kemudian langsung terbang menembus langit malam.             Aku langsung menyebar pandanganku ke kiri, kanan, atas untuk memastikan tidak ada Kirishima di dekat sini. Kemudian dengan cepat aku masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu depan. Hm, apa dengan mengunci pintu ini bisa menghalangi Kirishima yang datang menyerang …?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN