Bab 117 Ternyata adalah Suami Posesif dan Pencemburu

1824 Kata
Casilda merasa seluruh energinya pagi ini telah disedot habis. Arkan, sang suami aktornya benar-benar kejam memperlakukannya subuh tadi. “Apa ini?” tanya Arkan dingin begitu melihat sarapan pagi yang telah dibuat oleh Casilda untuknya. Di ruang tamu kecil rumah sewa itu, Arkan dengan wajah tampan dan pakaian kasual putih sederhana yang terlihat mahal, duduk melipat kaki dalam posisi pongah melirik sinis isi nampan berisi gorengan dan segelas teh hangat. Casilda sendiri hanya memakai daster dengan wajah bengkak parah, lebih mirip seorang pembantu rendahan ketimbang wanita yang baru saja menikah dengan sang aktor kemarin pagi. Bagian pribadinya sangat tidak nyaman, perih dan terasa bengkak. Mau duduk saja dia jadi ragu. “Hanya ini yang bisa saya buat cepat sebelum Tuan Arkan pulang. Anda bisa lanjut sarapan pagi saat tiba di mansion, kan? Tidak ada bahan makanan yang cocok di rumah ini yang sesuai dengan selera Anda. Takutnya nanti malah sakit perut,” balas Casilda lirih, berdiri lesu tidak jauh dari tempat duduk sang suami. Ya. Arkan menyuruhnya memanggilnya ‘Tuan Arkan’ di saat sudah mode sebagai asisten pribadinya, dan hanya boleh memanggilnya suami atau namanya saat dia mengizinkannya. Tidak ada bedanya sebelum mereka jadi suami istri. Casilda mengerutkan kening dalam melihat aksi Arkan menatap dingin isi piring di atas meja. Jangan bilang dia mau melempar sarapan buatannya seperti adegan klise drama ikan terbang? “Baiklah. Pesan makanan pagi-pagi begini, belum tentu ada satu pun rumah makan cepat saji yang buka. Kalau Anda bisa menunggu 1-2 jam, saya akan membuatkan makanan yang cocok dengan selera Anda, tapi saya harus ke pasar dulu,” terang Casilda dengan suara lemah dan masih lirih, berjalan sedikit tertatih untuk mengambil nampan yang masih utuh itu. “Siapa bilang aku tidak mau?” cegat Arkan posesif, menggertakkan gigi menatap Casilda sembari mencengkeram tangan sang istri untuk mencegahnya mengambil sarapan sederhananya. Casilda terbodoh sesaat. “Menunggu 1 sampai 2 jam itu terlalu lama. Aku tidak punya banyak waktu luang sebanyak itu untuk dihabiskan. Cepat mandi dan berkemas! Aku akan menemanimu ke rumah sakit bertemu adikmu itu.” Arkan menampar tangan Casilda kesal dari atas nampan, lalu meraih sebuah gorengan yang langsung meluncur ke dalam mulutnya. “Kenapa masih berdiri di situ? Apa kamu sebagai istri saja tidak becus mendengar ucapan suami sendiri? Belum genap 24 jam jadi istri, sudah mau durhaka?” Dalam hati, Casilda menggerundel kesal mendengar ocehan pagi-pagi suami jahatnya. Durhaka? Bukankah yang durhaka itu adalah dia? Durhaka kepada istri sendiri! Suami mana yang tega menyakiti wanita yang dicap sebagai istri, dan menghinanya berkali-kali? Pria super jahat! Casilda hanya diam, lalu perlahan membalikkan tubuhnya untuk bergegas bersiap-siap ke kamar mandi. Tapi, cara jalannya yang sedikit tertatih itu membuat kening Arkan mengerut kesal. “Sudahlah. Jangan sok dramatis begitu. Kamu, kan, tidak aku masuki sampai akhir? Jangan bersikap sok jadi perawan yang sudah jebol di situ. Menjijikkan,” ledek Arkan malas, mengunyah gorengannya dengan wajah cuek. Casilda meliriknya penuh dendam, menggertakkan gigi marah. Namun, hanya menghela napas pelan sebelum akhirnya pasrah dengan mulut jahat suaminya. Apakah dia tidak tahu kalau bagian pribadi wanita itu meski hanya digesek-gesek seperti yang dilakukannya selama ini tetap akan lecet dan perih? Walau tidak jebol, tetap saja yang dilakukan Arkan kepadanya adalah permainan yang sudah mengoyak harga dirinya dengan berbagai macam cara? Tangan, mulut, dan benda pusaka sialan di bawahnya itu sudah menyentuhnya dengan berbagai macam keliaran darinya sebagai seorang playboy super. Bagaimana bisa dirinya yang hampir berjam-jam dinikmati dengan sangat kasar tidak akan jadi seperti sekarang ini? Rasa-rasanya, bahkan tulang pahanya mau patah karena dibuka lebar terus menerus tanpa henti sepanjang malam! Suami sialan! Playboy berengsek! Casilda menggertakkan gigi berang, tapi hanya bisa menggerundel kepada diri sendiri berjalan menjauhi suami aktornya. Begitu Casilda menghilang dari pandangan, Arkan yang sok angkuh dan arogan sebelumnya, segera mengubah posisinya dan menatap hidangan sarapan di depannya dengan mata berbinar-binar. Teh hangat segera diraihnya, dan tersenyum-senyum bangga seperti orang bodoh memikirkan kalau dalam genggamannya ini adalah minuman pertama buatan Casilda sebagai istri sahnya. Pria ini merasakan hal menarik yang sulit dijelaskan dengan kata-kata memenuhi seluruh aliran darahnya, membuatnya jadi sangat bersemangat! Tanpa pikir panjang, dia segera meminum teh itu, tapi rasa panas menyengat segera hadir menggigit lidahnya, membuat sang aktor meringis kesakitan. Tidak sangka kalau tehnya akan sepanas itu! Karena kaget dengan rasa panasnya, tidak sengaja pria ini menjatuhkan gelas tersebut, dan tidak sengaja pula menyambar piring di atas nampan saking paniknya, hingga semuanya jatuh berantakan ke lantai. “Apa yang terjadi?!” teriak Casilda panik mendengar suara pecah di ruang tamu, buru-buru keluar dari kamar dengan hanya memakai handuk, mengekspos kulit Casilda yang putih dan penuh dengan hickey pemberian Arkan di mana-mana. Karena gengsi dan tidak mau Casilda mengetahui kekonyolannya, Arkan segera berdiri angkuh dari duduknya, wajah gelap penuh amarah. “Apa-apaan itu? Rasanya tidak enak! Tehnya bahkan sangat manis! Apa kamu bisa tanggung jawab kalau sampai merusak tubuhku ini, hah? Dasar istri tidak becus!” Akting Arkan yang sedang marah-marah ini, nyaris saja buyar begitu menyadari betapa seksi istrinya sekarang. Tubuhnya yang berisi dan kulit putih berhias hickey darinya menggoda melambai-lambai untuk dicicipi, membuat jakunnya bergerak gelisah. Dia ingin sekali menariknya masuk ke kamar sekarang juga. Sayangnya, dia sedang sibuk dengan kontrak baru, dan selain itu hukumannya subuh tadi sebenarnya sangat kejam sampai ada rasa bersalah hadir di hati nuraninya. Membuatnya tadi sengaja menyindir Casilda untuk melarikan perasaannya yang kacau akibat perbuatannya yang sangat bringas sebagai suami di pagi pertama mereka. Sungguh mengherankan Casilda masih punya pesona yang melebihi semua wanita yang pernah ditidurinya selama ini. Bahkan tubuhnya yang berisi itu, sangat empuk dan membuatnya lebih bahagia menyentuhnya ketimbang wanita seksi manapun. Squishy pribadinya yang sangat menggemaskan! “CEPAT BERESKAN! MAKANAN SAMPAH SEPERTI ITU, JANGAN BERIKAN KEPADAKU LAGI!” koar Arkan tinggi, meledak marah hingga membuat Casilda tertegun kaget. Tuh, kan, piringnya dilempar juga.... 'SUAMI BERENGSEK!' maki Casilda membatin dengan perasaan sakit hati, tapi seketika kembali tenang. Apa, sih, yang diharapkan dari suami seperti dia itu? Sialan! *** “Akhirnya kamu datang juga, ya?!” Sebuah suara mengagetkan Casilda, dan sepasang tangan menutupi matanya dari belakang. Jarak si penyusup ini sangat dekat sampai Casilda bisa merasakan kalau dirinya sedang dipeluk dengan sengaja. “Do-dokter Archer?” gagap Casilda gelisah, menebak si penyusup itu dengan sangat tepat. “Tadaaa! Tebakanmu sangat benar,” balas dokter Archer riang dan elegan, kini memeluk Casilda mesra, membuat sang wanita kaget bukan main hingga mematung kehilangan kata-kata. Ratu Casilda Wijaya baru saja tiba di rumah sakit, dan dia sekarang berada di depan apotek kecil di tempat itu untuk menebus obat yang sempat dititipkan oleh orang tuanya. Tidak sangka malah akan begini! “Do-dokter Archer?” gagap Casilda gelisah, mendongak menatap wajah tampan sang dokter yang sedang tersenyum ramah kepadanya. Senyum itu sangat lebar dan menggoda! “Kamu ke mana saja selama ini? Sampai tidak hadir saat adikmu menjalani operasi pentingnya. Aku pikir kamu sudah tidak mau bertanggung jawab kepadanya?” “Bu-bukan begitu, dokter. Ada masalah yang harus saya tangani dulu waktu itu.” Casilda makin keringat gelisah, karena sang dokter makin posesif memeluknya, tidak peduli ada banyak mata yang mengarah ke sini. Arkan sang Top Star alias suami Casilda, baru saja selesai memarkirkan mobilnya dan masuk ke dalam setelah berhasil melakukan penyamarannya agar tidak dikenali oleh orang-orang. Tapi, betapa syoknya pria ini! Sang aktor membeku seolah disambar petir tepat di wajahnya ketika melihat istrinya malah dipeluk-peluk mesra di depan umum oleh seorang dokter tampan bertubuh tinggi semampai. Darahnya langsung mendidih hingga ke otak! “Lepaskan dia!” teriaknya berang, langsung maju ke sana dan menarik lepas Casilda yang sudah sibuk digoyang-goyangkan dalam pelukan romantis dokter Archer. Sang dokter super kaget, dan kontan saja melepas pelukannya, kedua tangan berada di udara bak seorang tersangka kejahatan. “Maaf. Aku tidak melakukan apa pun kepadanya. Hanya memeluknya saja karena rindu. Apakah kamu pacarnya?” tanya sang dokter penasaran, seketika terlihat linglung dan waspada. Di depannya, sekarang berdiri seorang pria dengan pakaian khas seorang eksekutif tampan yang santai. Kemeja putih lengan panjang dilapisi sebuah vest hitam, dan celana jeans biru panjang menawannya menonjolkan kaki jenjangnya yang seksi. Gaya rambut hitamnya sedikit formal, tapi di wajahnya terpasang kacamata tipis dan sebuah masker medis. Membuat visualnya tidak terlihat jelas, namun dokter Archer bisa menebak kalau pria yang baru datang ini sangatlah tampan melebihi dirinya. Dengan hati penuh emosi mengingat pelukan tadi, dan baru sadar dokter di depannya ini memiliki wajah di atas rata-rata, Arkan segera membuka masker medisnya, memperlihatkan wajah tampan garangnya yang menyisakan sebuah kacamata tipis. Langsung protes dengan nada suara tinggi: “Berani sekali kamu memeluknya di depan umum seperti ini? Pacar? Aku bukan pacarnya, aku adalah su—” Belum sempat Arkan sang Top Star menyelesaikan kalimatnya, Casilda langsung menginjak kakinya diam-diam, dan menyikut perut pria itu yang tengah memeluknya menggunakan tangan kanan dari belakang. “Su-sumber mata pencaharian saya, dok! Dia ini adalah sumber mata pencaharian saya! Alias bos baru saya! Saya sedang bekerja sebagai asisten pribadinya. Alasan saya tidak sempat hadir waktu operasi adik saya itu, karena harus ikut bekerja mendampinginya di luar kota,” lanjut Casilda cepat-cepat, keringat gelisah mengabaikan suaminya yang kesakitan di belakangnya sambil masih memeluknya posesif. “Apa yang kamu lakukan, Gendut?!” geram Arkan berbisik murka di telinga sang istri. Wajah sudah menggelap kesal. Casilda menyikutnya lagi, dan tertawa kepada dokter Archer sedikit canggung, “maaf, dok. Bos saya ini tidak suka kalau bawahannya tidak serius dalam bekerja. Sepertinya tadi dia salah paham melihat Anda memeluk saya.” Dokter Archer untungnya tidak terlalu memikirkan keanehan kedua orang itu, tapi malah fokus mengamati wajah tampan pandatang di depannya. “Arkan?” sahutnya dengan nada setengah heran. Suami istri di depan dokter Archer itu tiba-tiba terdiam kaget. “Benar, kan, kamu Arkan Quinn Ezra Yamazaki? Dokter muda berbakat yang dulu sempat diagung-agungkan oleh beberapa professor di kampus?” lanjut dokter Archer lagi. Wajah sang dokter yang sempat bingung dan linglung beberapa saat lalu, kini tampak berseri-seri seperti baru saja mendapatkan harta karun berharga. Arkan mengerutkan kening, “bagaimana kamu tahu siapa aku?” Dokter Archer menunjuk dirinya sendiri, tersenyum bangga, mata melengkung bak bulan sabit indah, “ini aku, loh! Seniormu waktu kuliah dulu! Archer Alnair Azkara!” “Archer?” ulang Arkan, kening bertaut dalam, masih memeluk Casilda dengan otak berputar memikirkan kenangan beberapa tahun silam. “Benar. Archer. Yang dulu selalu mencoba mengajakmu ikut lanjut ke Amerika. Ingat, tidak?” Arkan seperti mendapat hidayah, lalu mendengus geli sangat jahat. “Ah... aku ingat. Orang aneh yang selalu membawa alat peraga jantung ke mana pun dia pergi, kan?” ledek Arkan dengan senyum sinisnya. Dokter Archer mengedutkan bibirnya kesal, tersenyum dipaksakan kali ini, “memang aku seaneh itu di matamu? Apa salahnya membawa alat peraga ke mana-mana untuk dipelajari lebih mendalam, hah?” Casilda mendongak bingung menoleh ke arah Arkan, “kalian saling kenal?” Arkan menurunkan pandangan, menatap sang istri dalam pelukannya, mata masih terlihat menahan kekesalan dan rasa cemburu, “ya. Dia adalah seniorku yang sangat aneh dan menyebalkan. Kenapa kamu bisa kenal dengannya, Gendut?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN