Bab 103 Ternyata adalah Calon Suaminya

2080 Kata
*** WARNING: RATE 21 PLUS *** BIJAKLAH DALAM MEMBACA! SEMUA INI HANYALAH IMAJINASI DAN KARANGAN AUTHOR. YANG J E L E K DAN BURUK, JANGAN DITIRU! MOHON MAAF ATAS KETIDAKNYAMANANNYA! ---------------------------------------------- Selama beberapa detik, adegan itu membuat semua orang tertegun syok! Tiba-tiba, ketika sang pria misterius tampan ini meraih tubuh Casilda untuk semakin dipeluknya, dan memperdalam gerakan bibirnya, suara pintu yang terbuka keras kontan saja mengagetkan semua orang. “Maaf mengagetkan tiba-tiba seperti ini, tuan-tuan yang terhormat! Tapi, sepertinya—“ Yang muncul adalah Elric, sang pemilik klub dengan senyum cerah dan cerianya. Tapi, begitu matanya fokus kepada 2 tubuh dalam keremangan di sofa sana yang terlihat mesra dan intim, wajah pria ini seketika memucat hebat seperti baru saja melihat kematian! Mampuslah dia! Arkan pasti akan membunuhnya! “AMBIL KEMBALI BABI ITU DARI MEREKA! JIKA SAMPAI ADA HAL YANG AKU BENCI TERJADI, KLUB MALAM ITU AKAN AKU RATAKAN DENGAN TANAH! JANGAN PANGGIL AKU ARKAN QUINN EZRA YAMAZAKI JIKA TIDAK MELAKUKANNYA, ELRIC SEBASTIAN CHEN!” Peringatan keras sang aktor melalui sambungan telepon kembali terngiang di otak Elric, membuatnya jadi keringat dingin dan gugup di saat yang sama. Niatnya ingin mengerjai aktor playboy itu, sekaligus menguji dugaannya, malah bernasib apes begini! Keringat dingin menuruni punggung Elric, salah tingkah hingga kehilangan kata-kata karena jelas tahu apa yang sedang Casilda lakukan dengan pria berkuasa di depan sana. Yang jadi masalah dan membuatnya heran, dia sama sekali tidak menyangka kalau pria yang merupakan pemilik casino paling terkenal di Batam itu, dan juga sangat kejam dalam berbisnis, kini malah merangkul dan tengah mencumbunya? Wanita itu? Dengan dandanan dan riasan konyolnya? Mereka bermesraan layaknya pasangan lupa daratan? Kebingungan menghinggapi otak Elric. Sorot matanya linglung melihat Casilda di dalam keremangan yang tampak kikuk menundukkan kepalanya sembari mengelap bibirnya menggunakan punggung tangan. 'Ya, ampun! Casilda! Kenapa kamu sampai terjerat dengan pria itu!' batin Elric dengan perasaan ngenes, karena jelas dia yakin sekali kalau Casilda yang tidak seksi dan cantik itu sudah pasti bukanlah selera mereka selain jadi bulan-bulanan semata. Tapi, apa yang didapatinya sekarang? Itu jelas-jelas adalah ciuman basah yang sangat panas! “Hei, apa kamu tidak punya sopan santun? Kenapa masuk seperti itu? Meski pemilik klub ini, tetap saja harus tahu bagaimana cara menghormati tamu, kan?” omel salah satu bawahan pria misterius itu, memecah keheningan aneh yang terjadi secara mendadak saat ini. Elric menoleh ke arahnya, sudut bibirnya berkedut-kedut pelan dengan wajah pucat, lalu kembali ke arah Casilda yang sudah menciut dalam rangkulan sang tamu istimewa. Wow! Siapa yang menduga kalau pria terhormat itu kini malah semakin memeluk Casilda? Sangat posesif dan begitu agresif! Tibat-tiba saja Elric langsung pusing! “Ma-maaf, tuan-tuan sekalian. Tapi, waktu kerja wanita itu sudah mencapai batas waktunya. Saya akan menggantinya dengan beberapa wanita top di tempat ini. Gratis! Kalian tidak perlu memberi biaya tambahan apa pun!” jelas Elric yang sejurus kemudian mencoba menjaga ketenangannya, karena tahu pria di depannya saat ini, dengar-dengar adalah seorang mafia tersembunyi di luar negeri. Itu baru hanyalah rumor. Tapi, rumor yang membentuk reputasinya yang mengerikan saat ini, jelas bukan hal yang bisa dianggap enteng oleh siapa pun, bukan? Hening. Usai mendengar ucapan Elric, pria misterius berwajah tampan tadi, menatap Elric dengan gaya dinginnya, elegan dan super tenang. Detik berikutnya, menoleh ke arah Casilda yang bingung dan malu usai pertemuan bibir dan lidah mereka yang panas dan liar beberapa saat lalu. “Apa kamu ingin keluar dari ruangan ini?” tanyanya pelan, berbisik mesra di telinga Casilda. Jantung Casilda memburu cepat, gelisah dan keringat dingin. Diakuinya, kalau French Kiss singkat mereka tadi terasa sangat luar biasa dan manis. Lidah sang pria bermain sangat lembut dan manja meski terkesan liar dan agresif di dalam mulutnya, tapi Casilda paham kalau itu tidak ada artinya sama sekali selain hanya berupa kesenangan yang sedang dicari oleh pria aneh yang tengah memeluknya ini. “Tu-tuan... saya harus mematuhi aturan yang ada, bukan? Ini adalah tempat kerja saya. Saya harap tuan-tuan sekalian terhibur dengan penampilan saya,” jelas Casilda lirih, merasa gugup dan risih, karena masih berada dalam pelukan pria itu. Kepalanya menunduk menahan malu, takut wajah memerahnya kelihatan. Seharusnya, dia memperlihatkannya saja wajah merah ini agar pria itu terhibur, sudah membuat wanita yang menyerah dengan cinta bisa merasakan hal manis seperti ini, bisa dianggap sebuah hiburan kecil melihatnya penuh harap, bukan? Ciuman tadi sangat lembut dan terlalu rumit dijelaskan dengan kata-kata. Sangat singkat, tapi sangat bermakna di hatinya. Beda sekali dengan ciuman aktor sialan itu yang sangat kasar dan penuh paksaan, meski sama-sama membuat jantungnya deg-degan parah. Mendengar pengakuan Casilda, pria itu tampak mengelus puncak kepala sang wanita, tersenyum dingin dalam keremangan. “Bukankah kamu sangat butuh uang?” Casilda tertegun. Benar. Dia butuh uang. Tapi, kalau Elric sudah muncul begini, pasti ada alasan khususnya, bukan? “I-itu benar, tuan... tapi, tuan Elric adalah pemilik klub ini, dan saya adalah pekerjanya. Mau seperti apa pun saya menginginkan uang dari Anda, saya harus tetap patuh kepadanya.” Gerakan pria itu tiba-tiba mendekat ke wajahnya, lalu berbisik serak nan seksi, membuat Casilda membeku kaget, mata membesar. “Ciuman tadi baru pemanasan. Kalau tidak selesai, mana bisa dapat 5 milyar, bukan? Jika kamu bisa menyelesaikan ciuman tadi tepat di depan bosmu sekarang, uang itu akan segera jadi milikmu malam ini. Apa kamu tidak mau?” Hah? Kegilaan macam apa lagi dari pria ini? Menciumnya di depan Elric? “Jika mendapat uang 5 milyar, bukankah kamu bisa berhenti dari klub ini dan bersenang-senang?” Dagu Casilda dinaikkan penuh keintiman, menatapnya tajam dan dingin dalam keremangan. Jarak wajah mereka sangat dekat. Riasan konyol Casilda di wajahnya kini terlihat tidak ada artinya sama sekali, malah membuatnya jadi terlihat sangat tegang dan serius dengan ucapan menggoda sang pria. “I-itu benar adanya, tuan... tapi... saya tidak ingin bersikap kurang ajar. Jika tuan Elric menyuruh saya sesuatu, pasti ada alasannya, bukan?” Pria dingin misterius itu terdiam. “Aku pikir kamu ini mata duitan. Tidak sangka ternyata sangat patuh. Untuk apa bekerja di tempat ini jika tak menginginkan uang banyak? Apa yang kamu lakukan dengan uang yang kamu hasilkan dari tempat kotor seperti ini, um? Benar-benar membingungkan, tapi sangat menarik.” Melihat sang tamu menginterogasi Casilda, Elric yang makin was-was dalam akting ketenangannya, tersenyum kikuk dan mencoba menginterupsi, “Casilda? Ini sudah lewat jam kerjamu. Lain kali, aku akan lebih hati-hati lagi menyuruhmu menemani tamu. Ok?” Suara Elric membuat sang tamu pria misterius menoleh dingin ke arahnya. “Aku sedang berbicara dengannya. Apa Tuan Elric bisa tidak ikut campur sejenak?” Suhu udara tiba-tiba turun beberapa derajat, membuat punggung sang pemilik klub malam menegang dingin. Tidak boleh macam-macam dengan Alexander! Ya! Dia adalah Alexander Zain Armaga! Julukannya yang paling populer adalah The Lucky! “Itu... Tuan Alex...” balas Elric pelan, mencoba mempertahankan senyumnya, tapi keringat dingin mulai membasahi telapak tangannya. “Ratu... Casilda... Wijaya...” bisik Alex mesra dengan suara seksi seraknya di telinga sang wanita. Nama asli lengkapnya yang disebut secara tiba-tiba itu membuat Casilda terkejut dalam diam, mata membola syok. Loh? Memang dia sudah memberitahu nama aslinya kepada mereka? Rasanya sepanjang acara menghibur di ruangan ini, sama sekali tidak ada yang membahas soal nama lengkapnya di depan mereka, bukan? Atau dirinya yang salah ingat? Casilda sangat bingung, karena pria misterius yang seksi dan tampan bernama Alexander itu tiba-tiba saja tahu nama aslinya. Seingatnya, dia hanya menyebut dirinya sebagai Cas. Sama sekali tidak menyebutkan soal nama lengkap meski hanya sekali. Apa yang terjadi di sini? Ataukah Elric yang sudah memberitahukannya? Tapi, mereka setuju untuk tidak mengungkapkan nama aslinya selama bekerja. Ataukah ini adalah kasus yang spesial sehingga Elric memberitahu identitas aslinya? Menyadari Casilda termenung dengan wajah bingung bodohnya, membuat Alexander tersenyum tipis dengan perasaan gemas. Dagu Casilda dinaikkan kembali, bibir mereka dimajukan seolah-olah akan bertemu untuk kedua kalinya. Napas mint pria itu menggoda iman Casilda, membuatnya merendahkan bulu matanya lembut dengan denyar aneh penuh damba ke arah bibir sang pria, seolah-olah tengah terhipnotis oleh pesona berbahaya itu. “Katakan... apa yang menjadi alasan utamamu ingin bekerja di klub malam seperti ini? Bahkan sanggup melakukan apa pun demi uang melebihi para wanita yang haus uang dan menjajakan tubuh mereka. Katakan kepadaku, Casilda sayang....” Jantung Casilda berdetak kencang semakin tidak tenang, dan wajahnya memerah dengan uap sudah mulai naik di wajahnya, merasakan keintiman pria berbahaya itu seperti berada di wahana roller coaster, mengerikan dan serasa menantang oleh candu yang aneh. “Casilda?” tegur Elric waspada, pelan dan dalam, sangat hati-hati. Senyuman dipaksakan di wajah tampannya, mata melengkung menahan kesabaran luar biasa untuk segera bisa memisahkannya dari pria itu. Elric gugup bukan main. Arkan menuju ke tempat ini dalam keadaan marah besar. Dia bisa memprediksi kalau aktor itu sudah pasti melajukan mobil melebihi 120 km per jam. Tentu saja dia tahu temperamen Arkan sebagai tamu yang sudah dilayaninya sekian lama, juga sebagai teman yang terbilang cukup dekat. Jarak tempuh 1 jam, dia yakin bisa saja ditempuhnya kurang dari 30 menit jika dia sudah kehilangan akal! “Casilda?” kali ini suara halus dan menggoda mesra milik Alexander. “Tu-tuan...” balas Casilda gugup, mendorongnya pelan agar bisa lepas dari pelukannya, lalu mencoba meliriknya takut-takut dari balik poninya yang berantakan, melanjutkan lagi dengan suara gugup gemetar, “saya harus patuh kepada Tuan Elric. Saya memang butuh uang. Sekali lagi seperti yang saya bilang, tidak boleh kurang ajar. Uang yang Anda tawarkan memang sangat menggiurkan. Tapi, mungkin saja belum rezeki saya. Mohon agar Tuan tidak tersinggung dengan hal ini.” Suara kecil Casilda yang seperti anak kucing polos membuat wajah Alexander menjadi dingin dan datar. Tidak ada ekspresi di sana, hanyalah sebuah teka-teki untuk dipecahkan. Tapi, gerakannya pada tubuh Casilda malah semakin erat. “Tu-tuan... tolong lepaskan saya. Mungkin lain kali kita bisa bermain lagi.” “Bermain?” Ada nada suara tersinggung dalam nada suara sedingin es dan semerdu lonceng itu. Mendengarnya, semua orang di ruangan jadi kaget dengan kewaspadaan tinggi. Elric bahkan sudah mencium hal yang tidak beres, melangkah ke depan dan segera memberanikan diri sebelum hal-hal merepotkan terjadi, “nah, Casilda! Ayo, ikut denganku sekarang. Biarkan rekan kerjamu kena cipratan keberuntunganmu juga malam ini. Bukankah kamu juga tidak boleh memaksakan diri setelah sakit?” “Sakit?” tanya Alex sejurus kemudian, terdengar dingin dan tajam, tapi penuh kepedulian di sana. Tangannya dengan cepat mengecek suhu pada dahi Casilda. Mendapat perlakuan seperti wanitanya, Casilda tertegun linglung. Bukankah dia hanya mainan untuk menghiburnya? Kenapa dia jadi risih dan tidak enak hati begini? Elric menghentikan langkahnya yang hendak menarik Casilda, membola dalam keterjutan melihat sikap Alexander Zain Armaga menjadi selembut pria yang sangat romantis. Saking tidak percayanya, Elric bahkan menggosok matanya beberapa kali! Sisa pria di ruangan itu juga melakukan hal yang sama! Pemandangan apa ini di depan mata mereka semua? “Tu-tuan Alexander... terima kasih atas perhatian dan perlakuannya yang sangat baik sampai detik ini. Tapi, tugas saya untuk menghibur Anda sudah selesai. Mohon izin untuk meninggalkan ruangan ini....” Casilda hendak merendahkan kepalanya, tapi Alexander tidak mengizinkannya, dan malah meraih dagunya dengan tatapan sebeku es dan sangat serius. “Apa kamu hanya bisa menganggapku sepanjang waktu ini hanya sebagai tamu demi mendapatkan uang 5 milyar itu? Lantas, bagaimana dengan ciuman kita tadi?” Casilda linglung, tidak paham dengan maksudnya. Kenapa dia berbicara seolah-olah tersinggung dan tersakiti olehnya? “Bukankah kamu ini gila uang, Casilda sayang? Aku bisa memberikannya jika itu yang kamu inginkan.” “Tu-tuan...” Casilda sudah mulai merasa tak nyaman, mencoba lepas dari rangkulannya. Ini dilihat oleh Elric dengan baik. Pria itu tertawa pelan yang canggung, mencoba maju meraihnya, tapi Jonathan, bawahan Alex, tampak sangat sigap dan segera berdiri menghalangi niatnya. “Hei...” ujar Elric dengan nada waspada dan berbahaya, tersenyum dingin dengan tatapan mengancam kepada Jonathan. “Wanita itu adalah milik bos kami saat ini.” “Jangan bicara sembarangan,” geram Elric, mulai kehilangan kesabaran. Di sisi lain, Alex bertanya kembali kepada Casilda, “kalau kamu tidak mata duitan, untuk apa sangat menginginkan uang hingga berani masuk ke ruangan ini, dan menyetujui permainan sejak awal?” Casilda merasa terintimidasi, lalu berkata pelan, “tidak semua orang menginginkan uang karena mereka mata duitan, Tuan Alex. Ada juga yang terdesak oleh keadaan dan tak berdaya karenanya.” Alex menatapnya dalam diam. “Seperti karena hutang ayahmu, dan juga adikmu yang harus dioperasi?” Ratu Casilda Wijaya tertegun syok dalam kebingungan. Alexander tersenyum tipis, mendekat sembari berbisik mesra di telinganya, “tentu saja aku tahu semuanya tentangmu, sayang... karena aku adalah calon suamimu, Ratu... Casilda... Wijaya....” Saking kagetnya dengan ucapan Alexander, Casilda mendorongnya keras. Wajah terpukul hebat. Apa katanya? Calon suaminya? Bagaimana bisa?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN