"Wuah! Dengarlah dia, sudah dapat uang, semuanya jadi berubah. Tidak panggil Tuan Arkan lagi?" dengusnya jijik, menggelap menatap Casilda yang mulai bercucuran air mata.
Wanita itu mengelap pipinya yang memerah silih berganti, hingga kacamata tuanya beruap.
Dia sudah lupa di mana kacamatanya, untungnya saja ada kacamata lama yang disimpannya, meski tidak begitu jelas. Dia butuh 2 hari sebelum kacamata barunya selesai dipesan.
Sosok tampan di depannya ini jadi agak kabur di matanya, membuatnya jadi lebih menakutkan.
Casilda mengomel sambil tergugu, menyindirnya keras, "baiklah, Tuan Arkan! Saya mengaku salah! Tapi, saya tidak akan kabur dari mansion itu seandainya Anda percaya kepada saya sedikit saja!"
Arkan menyipitkan mata remeh, sudut bibirnya tertarik jahat.
"Kamu? Dipercaya olehku? Bagaimana bisa setelah semua hal buruk yang kamu tunjukkan kepadaku selama ini? Terlambat mengantarkan pesanan, tidak menyelesaikan tugas di pesta topeng itu sampai akhir, juga kabur dariku. Kamu pikir aku bodoh?!"
Arkan kembali meraih kerah baju Casilda, menatapnya tajam.
Casilda yang terisak kecil, lalu menarik kerah kemeja hitamnya, tidak kalah galak, "ya! Anda memang sangat bodoh!"
"Apa katamu?!" geram Arkan gemas, menggigit gigi marah, mencengkeram lebih erat baju Casilda, membuat jarak mereka semakin dekat hingga puncak hidung mereka bersentuhan.
Mata Casilda membara penuh, berteriak sebal, "apakah Anda tuli, Tuan Arkan? Saya bilang Anda itu bodoh! Bodoh! Bodoh! Bodoh! BODOOOHH!!!"
Wanita dengan rambut diikat satu seadanya ini langsung menjerit kesal di ujung kalimat, memejamkan mata sambil menahan baju sang pria dengan kedua tangannya. Menjerit tepat di depan wajah sang aktor.
Arkan syok sekali lagi, berjengit kaget dengan teriakan luar biasa itu.
"SAYA BILANG KALAU TUAN ARKAN ITU BODOH!" raung Casilda lantas mendorong melepas kedua cengkeramannya.
Air matanya mengalir turun banyak, lalu bergumam pelan sambil terisak kesal, "... memang aku tidak boleh senang sedikit apa setelah mendapat pinjaman itu? Kamu jahat sekali!"
"MENYEBALKAAAAANNN~~~!!! KYAAAAAAAA!!!!!"
Casilda mengamuk dengan kedua kaki dan tangannya memukul-mukul udara sambil menjerit. Arkan pucat pasi melihat tingkah laku ajaib sang wanita, salah tingkah dan tidak tahu harus berbuat apa.
"Diam! Aku bilang diam!" bentaknya panik, mencoba membungkam mulut sang wanita.
"Tidak mau! TIDAK MAU DIAAAMMM!!! KYAAAAAAAAAA!!!!"
Casilda menjerit lebih keras, mengepalkan kedua tangan di depan tubuhnya, mata terpejam erat.
Arkan rasanya sudah mau pingsan mendengarnya!
Kedua telinga ditutup kuat-kuat, masih saja melihat heran dengan tingkah wanita gendut itu, mengamuk bagaikan anak kecil sambil menjerit, persis mainannya tengah direbut paksa.
Ya. Wajar saja Casilda seperti ini.
Segala tekanan emosi yang ditahannya selama ini benar-benar sangat menyesakkan.
Siapa manusia yang kuat menahan hal menyedihkan dan perundungan tidak manusiawi dari Arkan seperti yang sudah dialaminya?
Rasanya, hanya Casilda yang mampu bertahan.
Melihat Casilda masih saja mengamuk terus, pria ini langsung saja segera berpindah paksa menuju kursi belakang sambil mencoba meraih mulut sang wanita untuk dibungkam.
Tangis Casilda terhenti, langsung memundurkan dirinya, takut pria itu bisa saja melukainya dengan banyak hal aneh, atau menahannya dengan cara dirantai kembali.
"A-a-a-a-apa yang kamu lakukan?! Jangan dekat-dekat!" pekik Casilda memucat kelam, kue yang dibelinya untuk sang ibu tanpa sadar ditekan saking terkejutnya melihat sikap agresif Arkan, sudah mulai memindahkan semua tubuhnya ke kursi belakang.
"Jangan mendekat! Aku bilang jangan mendekat!!!" jerit Casilda pucat, sudah mau melayang rohnya keluar dari raga melihat Arkan tidak menggubris peringatannya.
Wajah tampan kesal itu lalu mendorong kepala Casilda yang terdesak ke pintu mobil, tidak bisa lebih menjauh lagi.
Arkan mengomel kesal, sambil menutup mulutnya, bersitatap marah dengan mata galak berkacamata itu, "apa kamu anak kecil? Aku bilang diam, ya, diam!"
Casilda mengomel di balik tangannya sekali lagi, melotot hebat, tapi karena Arkan hanya menatapnya menunggu sampai diam sendirian, Casilda emosi, langsung menggigit tangannya seperti hiu kecil galak.
Arkan yang kaget, mendorong keras Casilda hingga perempuan itu terbentur di kaca jendela mobil sambil memejamkan mata kuat-kuat menggigit bibirnya, sementara sang aktor menjerit kesal dan kesakitan.
"ARGH! Kamu ini babi vampir,ya?!" murkanya dengan kening ditautkan marah, sudah seperti ingin membakar Casilda dengan matanya.
Casilda menggeram menahan rasa sakit. Ini bukan apa-apa!
Dia sudah menjalani hidup keras sampai detik ini. Sesekali melawan demi kepuasan hatinya, lalu nanti bisa membuang harga dirinya lagi untuk meminta maaf, sepertinya bukan masalah besar, kan?
Pria itu sudah melatihnya dengan baik!
"Iya! Benar! Aku memang adalah babi vampir! Makanya jangan coba-coba membuatku marah!" geramnya, mengepalkan tangan di depan tubuh, berusaha menjaga dirinya agar tidak dibully oleh Arkan lagi.
"Ternyata bukan hanya jatuh miskin, tapi semua hal dalam dirimu sudah jatuh ke tempat sampah! Benar-benar tidak punya etika!" sinis Arkan, menyipitkan mata sembari memegang tangannya yang sudah digigit keras.
Casilda tidak mau kalah!
Dia sudah mendaftarkan adiknya untuk operasi, ibunya juga sudah dititipkan kepada tetangganya yang super baik, kalau ada apa-apa terhadap dirinya, setidaknya dia bisa tenang untuk sesaat.
Ada masalah dengan aktor gila ini, tinggal minta maaf saja sekali lagi seperti orang bodoh! Jilat lantai atau sepatunya pun, tidak masalah!
"Hei, aktor sombong! Aku tahu aku ini adalah orang yang mudah untuk ditindas! Tapi, apa kamu tidak punya harga diri sedikit sebagai seorang pria? Kalau kamu dendam kepadaku sedalam neraka, setidaknya jangan libatkan orang lain dalam hal ini! Aku yang berbuat di masa lalu, bukan orang lain! Kamulah yang kekanak-kanakan di sini! Balas dendam, kok, salah sasaran?! Bukankah itu bodoh namanya?!"
Arkan tertegun dalam diam. Sedikit syok.
Sambil terisak sambil berkata kembali, "kalau kamu memang berniat menjeratku dengan hutang dan kontrak sialan itu demi rasa sakit hatimu, aku akan membuatmu puas! Tapi, tidak dengan cara seperti ini! Kalau pun ada denda pembatalan kontrak yang kamu berikan, aku akan membayarnya meski tubuhku harus hancur lebur karenanya! Aku mau kontraknya batal!!!"
Arkan terlihat sontak kesal, sudut bibirnya berkedut jengkel mendengar keberanian wanita ini entah datang dari mana.
"Yang kamu inginkan dari balas dendam ini adalah membuatku menderita, kan? Baik! Aku akan menuruti semua perkataanmu sampai kamu senang melihatku hancur! Kamu boleh menyuruhku sekarang melakukan hal kotor apa pun yang ada di otak jahatmu itu! Tapi, setelah kamu puas, aku tidak mau melihat mukamu lagi! Aku, kan, tidak membuatmu mati karena malu! Jadi, sebaiknya kita tidak perlu bertemu setelah semua hutang di antara kita berdua lunas!"
Arkan mendengus mendengar kata-kata sok berani dan tegas Casilda, lalu mengejeknya murka, gelap dan tajam, berteriak gila di akhir kalimat.
“Mengharukan sekali. Memang kamu bisa bayar semua hutangmu itu berapa banyak? Hahaha... lucu sekali... MEMANGNYA KAMU SANGGUP MEMBUAT RASA SAKIT HATIKU INI TERBALASKAN GARA-GARA ULAH MASA LALUMU ITU?!"
UGH!
Casilda syok. Matanya melotot kuat. Jantung nyaris berhenti.
Tidak sempat menghindar, napasnya tercekat dalam sedetik.
Usai mengatakan semua kalimat itu penuh emosi, Arkan langsung mencekik leher sang wanita.
Casilda memucat, menahan cekikan Arkan dengan kedua tangannya dalam keadaan panik, mencoba menariknya lepas dalam berbagai cara.
Lelaki ini lalu menggeram dengan wajah menggelap rendah, mengeja kalimat berikutnya dengan penuh kesombongan dalam suaranya: "KAMU. TIDAK. AKAN. PERNAH. BISA. MELAKUKANNYA!"
Saliva di bibir Casilda menetes keluar, kesakitan merasakan cekikan Arkan yang makin menekan tulang lehernya. Dia pun mulai megap-megap sambil memukul-mukul sang pria dalam keadaan tak berdaya, matanya sudah mulai memutih.
Suasana di dalam mobil ini menegang dengan hebat, Arkan seolah kehilangan akal sehat. Api di dalam hatinya membara begitu kuat saat mengingat hidupnya berubah drastis oleh ucapan enteng dari wanita sialan ini!
Casilda merasa nyawanya sudah mau melayang keluar, kedua tangannya mulai menggapai-ngapai liar kemeja sang aktor, mencoba menyadarkannya dari kemarahan yang membutakan akal sehat.
"Ar-arkan.... Arkan...." bisik Casilda terbata hebat, suara tercekat mengecil masuk ke dalam. Sudut-sudut matanya sudah berair oleh rasa sakit yang menderanya. Pupil matanya mengecil, bergetar kalut oleh horor yang merangkak di dadanya.
Sesak!
Jika dia tidak menghentikan Arkan saat ini, maka dia pasti akan berakhir sekarang juga!
Casilda menguatkan dirinya, berjuang melawan ketidakberdayaannya, lantas dia pun menggertakan gigi marah, dengan cepat mencengkeram bagian depan kemeja sang aktor dalam satu cengkeraman penuh, ditarik dengan kuat ke arahnya, dan hantaman keras terjadi!
Arkan mengerang kesakitan menyentuh dahinya, disundul dengan sangat kuat oleh sang wanita di depannya hingga melepaskan cekikan berbahaya itu.
"KAMU GILA?!" berang Arkan mulai naik darah kembali. Nadi di pelipisnya berdenyut hebat, sudah siap meledak. Kedua matanya meringis menahan rasa sakit yang dihantamkan kepadanya.
Casilda yang gemetar syok dan napasnya tersengal, serta dibanjiri keringat dingin ini langsung bangkit, mendorong cepat tubuh Arkan dengan marah ke sisi lain mobil sampai punggung sang aktor membentur pintu di sana.
"DIAM!!!" gerung Casilda memekik tinggi sembari menaiki tubuh sang aktor. Kedua tangannya yang masih gemetar, mencengkeram kerah kemejanya, wajah ganas menggelapnya menatap Arkan hingga nyali sang pria menciut seketika. Gelap bercahaya penuh kebencian, menarik otot-otot wajahnya.
Air liur Casilda menetes di sudut bibirnya, digertakkan bagaikan binatang buas yang mengamuk. Hawa panas berputar di dalam hatinya, dadanya naik-turun, lalu dia pun menggeram marah sambil mendekatkan wajahnya kepada pria itu, mendesis rendah dan tajam: "Aku tidak tahu kesalahan seberat apa yang kuperbuat kepadamu di masa lalu. Tapi, apakah semua perbuatan tidak manusiawimu sejauh ini sepadan dengan semua kesalahanku itu! Aku jahat?! Kamu bilang aku ini jahat?"
Casilda tertawa sinting, lalu menatap tajam pria itu sekali lagi, ganas dan mengerikan, sorot matanya menyipit tajam: "Apa kamu punya hati nurani, tuan superstar? Kalau pun ada sedikit saja di dalam sana, apa pun dalihmu di acara sialan itu, kamu tahu dirimu dan semua orang di sana sudah sangat keterlaluan."
Hening.
Mata saling tatap.
Arkan masih dalam keadaan syok, bungkam melihat Casilda kembali tertawa sinting, dan detik berikutnya wanita ini meledak hebat dengan wajah menggelap penuh horor dan kebencian nyata ditujukan kepada sang aktor:
"AKU SANGAT MEMBENCIMU, TUAN ARKAN! KAMU ADALAH PRIA YANG PALING KUBENCI DI DUNIA INI MELEBIHI DIA!!!"
"KAMU LEBIH JAHAT DARIPADA DIRIKU! LEBIH JAHAT DARIPADA DIRINYA! KALIAN SEMUA LEBIH JAHAT MELEBIHI APA PUN DI DUNIA INI! BAJINGAAAN! SIALAN! ORANG-ORANG JAHANNAM! TERKUTUKLAH KALIAN SEMUA DENGAN SIFAT ANGKUH KALIAN ITU! SEMOGA KALIAN SEMUA MEMBUSUK DI NERAKA!!!"
Casilda mengamuk, menyembur tepat di depan wajah sang aktor kurang dari 15 cm, menarik kuat cengkeraman kemejanya. Matanya mengeras dengan sorot mata penuh kebencian yang berkilat-kilat!
Arkan tertegun syok luar biasa.
Apa maksudnya melebihi dia? lebih jahat daripada dirinya?
Siapa yang dimaksud oleh wanita ini?
Apakah dia sedang mengigau? Atau salah ucap? Atau sedang melihatnya sebagai orang lain?
Jangan-jangan otaknya benar-benar sudah rusak seperti otak ayam?
Keprihatinan kecil muncul di hati pria ini dalam sedetik.