Nurhan masih termangu di kursi tempatnya duduk, semakin malam rumah sakit itu semakin terasa sunyi apalagi di tambah rintik rintik gerimis yang membasahi bumi tanda pusing kemarau yang sudah sampai pada penghujung masa. Seiring malam yang mulai merangkak naik, Nurhan semakin merasakan takut dalam hatinya. Bukan takut karena suasana malam yang semakin terasa mencekam tapi laki laki itu semakin merasakan takut kehilangan Gumilar. Benda pipih berwarna hitam yang ada di sakunya kembali berbunyi, sedikit memecah sepi. "Mas Yusman," gumam Nurhan saat membaca nama seseorang yang sedang berusaha menghubunginya. "Iya, Mas," ucap Nurhan sesaat setelah menggeser panel telepon berwarna hijau yang bergerak gerak di layar ponselnya. "Han, gawat, Han," kata Yusman terdengar seperti orang yang s