Sebuah tinju melayang dan mendarat tepat di pipi kanan Nurhan lenih dekat pada hidung mancungnya dan membuat hidung itu mengalirkan sedikit darah segar, tidak cukup sampai di situ sebuah tamparan keras dari tangan besar dan kekar membelai kasar bahkan sangat kasar di pipi kirinya. "Kamu ingit apa yang bapak ucapkan pada kamu saat mempersunting dia dulu?" tanya Pak Kasmito dengan penuh emosi, tidak cukup dengan kedua pukulan keras yang dia berikan tadi kini laki laki gagah itu kembali menjatuhkan tinjunya. Di perut Nurhan hingga laki laki penghianat itu merasakan mual dan perih dalam waktu bersamaan, tapi Nurhan hanya diam menyadari diri dia pantas menerimanya, bahkan mendapat pukulan yang lebih menyakitkan pun dirinya pantas. "Sejak dia lahir, Bapak selalu memberikan yang terbaik untuk