Bab 8. Tersulit Emosi

1007 Kata
Selamat membaca! "Oma, Nathan pamit ke kamar ya, mau mandi dulu, habis itu lanjut kerja, ada laporan tahunan yang harus aku periksa soalnya." "Lebih baik kamu istirahat, Nathan! Laporan-laporan itu biar diurus sama Bima." "Iya, Oma. Pokoknya Oma tenang aja, lagi pula aku hanya memeriksa semua laporan itu sebelum aku kasih ke Bima." "Ya udah, terserah kamu. Nanti setelah selesai mandi langsung turun ke bawah. Kita makan malam bersama." Nathan mengusap perutnya yang masih kekenyangan setelah makan bersama Dania. "Aku sudah makan, Oma. Perutku masih kenyang." "Oh, jadi kamu udah makan sama Dania? Oke, baiklah. Cepat pergi mandi, bau Dania-mu itu masih tercium jelas!" Nathan berlalu meninggalkan Gina dengan senyum kecutnya karena walau usia Gina sudah tua, wanita paruh baya itu tidak mudah dibohongi. Apa pun yang hendak Nathan sembunyikan, pasti akan selalu diketahui dengan cepat oleh Gina. *** Di tempat lain, tepat pukul sepuluh malam, Dania baru saja tiba di sebuah bar yang letaknya tidak terlalu jauh dari apartemen yang saat ini menjadi tempat tinggalnya. Setelah selesai memarkirkan mobil mewah yang diberikan Nathan, wanita berparas cantik itu keluar dari mobil dan mulai melangkah elegan masuk ke bar. Kehadirannya saat itu bak sebuah magnet yang mampu menarik semua mata pengunjung yang berada di area parkiran. Mereka menatap penuh dengan rasa kagum atas apa yang mereka lihat saat ini. Bagaimana tidak, mobil keluaran terbaru yang mewah itu memang baru dimiliki oleh Dania seorang karena harganya yang terbilang cukup mahal. Belum lagi penampilan Dania yang semakin glamor dan terlihat sangat elegan dengan pakaian yang dikenakannya. Dania pun mulai melangkah masuk ke bar dengan begitu anggunnya. Tak ada lagi rasa malu atau minder di dalam pikirannya saat ini. Terlebih dengan semua kekayaan yang diberikan oleh Nathan padanya. Dania terus menatap lurus dan tak memedulikan tatapan pengunjung yang saat ini melongok tak percaya dengan segala perubahannya. Sampai akhirnya, ada seorang wanita yang sudah sejak tadi memperhatikannya dan wanita pun langsung menghampiri Dania dengan menghadang langkahnya. "Dania, itu mobil siapa yang kamu pinjam?" tanya wanita itu yang membuat langkah Dania sejenak terhenti. Dania seketika memicingkan sebuah senyuman di wajahnya. "Ya mobil akulah, masa iya aku pinjam mobil orang, apalagi sewa, ya enggak mungkin banget, 'kan?" jawab Dania dengan ketus sembari mengibaskan rambut panjangnya. Dania sengaja bersikap demikian untuk membalas rasa sakit hatinya pada orang-orang yang selama ini selalu menghinanya, termasuk wanita yang baru saja bertanya padanya. Bahkan alasannya bekerja sebagai model majalah dewasa adalah agar ia bisa mendapatkan pundi-pundi rupiah untuk bisa mengubah hidupnya yang miskin. Selama ini, Dania hidup dengan menumpang di rumah orang yang telah menemukannya di jalanan saat wanita malang itu masih berusia tiga tahun. Dania diasuh oleh seorang wanita yang tergolong tidak mampu. Wanita itu hanya memiliki sebuah rumah reyot yang menjadi tempat tinggalnya. Wanita itu bernama Alika–wanita yang menemukan Dania di jalanan saat ia masih berusia tiga tahun. Namun, kini Alika sudah meninggal dunia sejak dua tahun yang lalu karena menjadi korban tabrak lari dari orang yang sama sekali tak bertanggung jawab. Saat ditinggal Alika, Dania mulai terbiasa hidup mandiri dan ia tetap bertahan di rumah reyot itu seorang diri. Setelah lulus sekolah, Dania sempat bekerja menjadi pelayan di restoran dengan gaji yang minim dan di restoran itu Dania bertemu temannya semasa sekolah. Seorang wanita yang bernama Dian Felicia dan dari wanita itulah Dania mendapat tawaran menjadi model majalah dewasa. Saat berprofesi sebagai model, Dania langsung mendapatkan bayaran yang cukup tinggi hingga bisa pindah ke sebuah apartemen dan tak lagi tinggal di rumah reyot peninggalan orang tua angkatnya. Bayaran yang Dania terima sangat cukup untuk membayar sewa tahunan apartemen dan membeli apapun yang dia kehendaki. Namun, hanya ada satu impian Dania yang belum tercapai, yaitu memiliki sebuah mobil mewah dan saat ini semua itu sudah berhasil ia dapatkan. "Dengan adanya Nathan benar-benar merubah hidupku. Sekarang, aku bukan lagi orang miskin dan nggak akan ada lagi yang bisa merendahkanku," batin Dania merasa puas dengan apa yang dimilikinya saat ini. Kedatangan Dania membuat heboh seisi bar karena rata-rata di antara mereka sudah sangat mengenalnya. Bukan hanya sering menghabiskan waktu di sana, bar itu juga menjadi saksi betapa mesra hubungannya dengan Vano. Pria yang dulu pernah berjanji menikahinya. Namun pada kenyataannya, Vano mengakhiri hubungan mereka dengan alasan orang tua. "Dania, kamu ke mana aja sih? Kamu tuh udah seminggu lho nggak datang ke sini?" Wanita cantik 25 tahun itu langsung menyapa saat melihat kedatangan Dania. "Hai, Ra, kemarin aku datang ke bar lain. Biasalah, cari suasana baru." Dania beralasan. Tak ingin jika masalahnya dengan Vano sampai diketahui Clara. "Kenapa? Bosen datang ke sini karena ketemu aku terus!" ledek Clara hanya sebagai gurauan. Dania pun langsung memeluk erat wanita itu dan mengguncangkan tubuhnya berulang kali. "Mana mungkin aku bosan ketemu kamu, Ra. Aku tuh cuma lagi mau ganti suasana saja. Ya ... biar otakku lebih fresh." Setelah melepaskan diri dari pelukan Dania, Clara mencubit pipi Dania karena merasa gemas. Keduanya memang sudah bersahabat sejak lama. Namun meski begitu, Dania memilih untuk tak menceritakan soal hubungannya dengan Vano yang sudah kandas. "Pasti kamu lagi ada masalah ya sama Vano? Karena nggak biasanya pergi ke bar lain kalau hubungan kalian baik-baik saja." Belum sempat Dania menjawab, tiba-tiba suara dari seorang wanita terdengar dari belakang mereka. "Bukan cuma ada masalah, Dania itu udah dicampakkan sama Vano, Kak. Ya, wajar aja sih ... lagian laki-laki mana yang betah pacaran lama-lama sama orang kaya dia!" Mendengar perkataan itu, baik Dania dan Clara seketika menoleh. Menatap sosok wanita yang tengah menatapnya tajam seolah menantang Dania. Kabar hancurnya hubungan Dania dan Vano memang telah sampai di telinga banyak orang. Namun, tidak dengan Clara yang belum mengetahuinya. Dania menoleh cepat ke belakang, menatap tajam wajah wanita yang menghinanya barusan. "Maksud lo apa bilang gitu sama Clara? Lo nggak perlu ikut campur urusan gue sama Vano!" ucap Dania dengan ketus. "Gue cuma pengen kasih tahu, biar dia tahu kabar terhangat itu sejak kemarin kalau wanita yang sok kecantikan ini udah dibuang sama Vano." Mendengarnya, Dania jadi tersulut emosi. Tanpa mengatakan apa-apa, ia mendorong tubuh wanita bernama Debie itu dengan sangat kasar hingga jatuh ke lantai. Bersambung✍️
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN