bc

Teman Tidur Sang Casanova

book_age18+
50
IKUTI
1K
BACA
one-night stand
HE
friends to lovers
arrogant
boss
bxg
city
like
intro-logo
Uraian

"Kalau begitu, aku akan membayar keringat yang kamu keluarkan setiap bercinta denganku. Jadilah teman tidurku!"

Terjebak dalam hubungan sebatas teman tidur, seorang wanita bernama Dania Alexandra terperangkap akan perasaan cinta sepihaknya. Pertentangan dari keluarga pria yang dicintainya kembali jadi masalah–seolah mengingatkan akan trauma hubungannya dengan sang mantan yang juga kandas karena tak mendapat restu. Bagaimana Dania menjalani hubungan yang bermula dari sebuah tawaran mewah untuk menjadi teman tidur seorang Casanova? Apakah jalan cintanya akan kembali kandas atau menyerah dan memilih cinta lain yang datang menawarkan tempat ternyaman untuknya?

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1. Pertemuan Pertama
Selamat membaca! "Apa-apaan kamu Dania?" Seorang wanita bernama Dania Salsabila terlihat begitu kesal sampai menampar wajah kekasihnya yang dengan begitu mudah mengakhiri hubungan mereka yang sudah berjalan selama tiga tahun. Ya, Vano memilih jalan yang tidak ia sangka-sangka, padahal dua hari lalu, pria itu masih menemaninya ke pesta ulang tahun sahabatnya. Saat itu, mereka terlihat baik-baik saja. Namun, entah kenapa Vano tiba-tiba berubah pikiran. Menyerah dan tak mau lagi memperjuangkan hubungan mereka dari penolakan keluarganya. "Aku nggak terima kamu buang gitu aja setelah kamu menikmati tubuhku selama ini. Apa kurangnya aku? Aku selalu menuruti semua kemauanmu? Aku bahkan sampai rela menjadi resepsionis hotel demi kamu, padahal uang yang aku dapat dari pekerjaan itu jauh lebih sedikit dari pekerjaanku yang dulu!" Tak dapat menahan rasa sakit di hatinya, Dania menangis. Meluapkan amarah yang membuat dadanya terasa sesak. "Apa pun yang kamu katakan, itu nggak akan merubah keputusanku." Vano beranjak pergi. Tanpa memedulikan air mata Dania yang masih berharap jika pria itu kembali menarik ucapannya. "Van, tolong pikirkan lagi! Apa kamu nggak cinta sama aku?" Dania dengan cepat menghadang langkah Vano. Berdiri di hadapan pria itu yang seolah tak punya hati padanya. Namun, meski harus memohon, demi cinta, Dania rela melakukannya. "Aku nggak bisa, Dania. Walaupun aku sudah menjelaskan pada orang tuaku kalau kamu udah nggak lagi kerja jadi model majalah dewasa, tapi tetap aja mereka nggak mau ngerti. Masa lalu kamu akan selalu membuat orang berpikir buruk tentang kamu dan kamu nggak bisa menghapus itu semua!" Vano menghempaskan tangan Dania saat wanita itu ingin bersimpuh dengan merengkuh kedua kakinya. Seolah tak cukup menyakiti, Vano sampai tega mendorong Dania hingga terjatuh. "Van, aku mohon! Jangan pergi, Van!" Begitu besar rasa cinta di hati Dania untuk Vano hingga wanita itu tidak rela ditinggal pergi begitu saja. Hatinya terasa hancur. Tak bisa berpikir, bagaimana ia akan menjalani hidup ke depannya tanpa Vano. Pria yang sudah ia anggap bagian dari hidupnya. "Kamu jahat, Van! Kamu jahat!" Dania terus berteriak, merutuki kepergian Vano yang menurutnya sangat kejam. Meninggalkan wanita itu sendiri. Tenggelam dalam air mata yang kian deras membasahi wajahnya. *** Malam harinya, di sebuah bar yang terletak di tengah kota Jakarta. Tempat yang akhirnya kembali Dania datangi setelah dua bulan–semenjak ia meninggalkan pekerjaannya sebagai model. "Kenapa kamu berubah? Kenapa kamu nggak punya hati sampai tega ninggalin aku begitu aja? Emangnya aku sampah yang bisa kamu buang setelah kamu puas?" Dania meracau. Sudah habis setengah botol wine yang diminumnya. Namun, wanita itu masih tak hilang kesadaran meski sudah sangat mabuk. "Hai, Nona, boleh aku gabung sama kamu?" tanya seorang pria tampan sambil melirik kursi kosong yang ada di seberang Dania. "Ya, silakan aja duduk sesuka hatimu!" jawab Dania sejenak menatap pria itu sebelum kembali acuh, menikmati dentuman musik dengan memainkan gerak tubuhnya. "Apa kamu mau nemenin aku minum?" Pria yang biasa dipanggil Nathan coba menarik perhatian wanita itu yang kini sedang memandang ke arah lain, bukan lagi menatapnya. "Nggak bisa, aku udah habis hampir satu botol dan kepalaku pusing banget," tolak Dania dengan nada sedikit keras agar suaranya terdengar oleh Nathan. "What? Wanita ini menolak tawaranku …?" Nathan bermonolog tanpa suara. Menyeringai sesaat sebelum tersenyum kembali merayu Dania, seorang wanita yang menurutnya sangat cantik. Tak hanya memiliki wajah yang mungil bak seorang barbie, Dania juga tampil seksi dengan dress ketat berwarna merah yang menonjolkan betapa berisinya bagian d**a juga b****g. Dua hal yang membuat Nathan sangat penasaran. "Tenang aja, kamu nggak perlu minum lagi. Kamu cukup temani aku aja. Minimal aku punya temen ngobrol dan nggak sendirian." Nathan tak menyerah. Ia tetap berusaha menaklukkan wanita yang saat ini begitu menarik perhatiannya. Mendengar perkataan Nathan, Dania pun menghela napas kasar, lalu menoleh. Menatap wajah pria itu yang baru disadarinya ternyata sangatlah tampan. Tak enak hati menolak lagi, Dania akhirnya mengiakan tawaran Nathan, "Oke, aku akan temani kamu minum, kebetulan aku juga butuh temen ngobrol." Senyum itu pudar, raut cemberut pun terlihat saat Dania menatap lekat wajah Nathan. "Suasana hatiku lagi buruk saat ini, sangat menyedihkan." "Memangnya apa masalahmu? Ceritakan aja semuanya!" Nathan sendiri sempat kaget karena tidak percaya bahwa ia bisa mengatakan hal itu. Hal yang tidak pernah ia lakukan. Jangankan peduli dengan permasalahan wanita yang menjadi target sebagai teman tidurnya, bahkan untuk tahu nama pun, itu tidak pernah Nathan lakukan. Biasanya, pria yang sudah terlahir kaya itu hanya menawarkan sejumlah uang dan membawa wanita yang ia inginkan untuk bermalam di hotel milik keluarganya. Bukan sekadar jawaban manja, Dania juga menyandarkan kepalanya di atas bahu Nathan. "Aku baru aja diputusin sama Vano." "Vano itu pacar kamu?" "Iya, dia pacar aku. Kami udah pacaran tiga tahun, tapi orang tuanya nggak setuju sama aku. Mereka itu munafik, sok suci!" hardik Dania kesal. Ucapan Dania membuat kedua alis Nathan saling bertaut. Pria itu pun dapat membaca dengan jelas ada kebencian yang begitu besar tersirat dari mata Dania. Dari sana juga Nathan tahu rasa sakit yang begitu dalam telah ditinggalkan Vano. "Bagaimana bisa kamu menilai mereka seperti itu?" tanya Nathan yang semakin ingin tahu. "Memang mereka seperti itu, keluarganya tidak menyukaiku karena aku ini mantan model majalah dewasa. Mereka mengira aku adalah w************n yang sering menerima panggilan untuk disewa laki-laki hidung belang, padahal aku tidak pernah tidur dengan laki-laki lain, selain anaknya. Aku juga sudah menyerahkan semua pada laki-laki sialan itu karena dia berjanji akan menikahiku, tapi semua janjinya tidak ada yang terbukti, dia malah mencampakkanku setelah menikmati tubuhku sampai tiga tahun!" Seketika tangisan Dania pecah dalam dekapan Nathan. Melihatnya, hati Nathan jadi tergerak hingga tanpa ragu pria itu memeluk tubuh Dania dan jemarinya mulai mengusap pucuk kepala wanita cantik itu. Berharap bisa membuat Dania jadi sedikit lebih tenang. "Sudah, kamu nggak usah nangis lagi! Di dunia ini laki-laki bukan hanya Vano, apalagi kelihatannya kamu juga masih muda, perjalanan hidupmu masih sangat panjang." "Aku memang baru 21 tahun, tapi aku merasa hidupku terlalu berat, makanya aku ingin mati saja!" ucap Dania merasa sangat frustasi dengan apa yang menimpanya. Perkataan itu membuat Nathan tersentak kaget, ia pun segera melepaskan tubuh wanita itu dari dekapannya. Kedua tangannya langsung menangkup wajah Dania dan menajamkan tatapan matanya. "Hei, sadarlah! Apa kamu gila sampai bisa berpikir sependek itu?" bentak Nathan seperti orang yang sudah mengenal Dania sejak lama. "Sudahlah, kamu pasti nggak akan ngerti perasaan aku! Udah pergi sana, biarkan aku sendiri!" pinta Dania setelah melepaskan kedua tangan Nathan dari wajahnya. "Wanita ini benar-benar membuatku penasaran." Bukan Nathan namanya kalau tidak bisa membawa wanita yang diinginkannya naik ke atas ranjang. Tak ingin pergi meski Dania mengusirnya, Nathan pun tak beranjak. Hanya diam menatap wanita itu yang terus menenggak wine hingga habis sebotol. Melihat itu, Nathan tahu jika Dania sudah benar-benar mabuk hingga tubuhnya terlihat lunglai sampai jatuh dalam pelukannya. "Hei, Nona, sepertinya kamu mabuk parah!" Nathan menahan beban tubuh Dania yang kini bertumpu dalam dekapannya. Dania tidak hilang kesadaran sepenuhnya, pandangannya masih dapat melihat, walau samar-samar menatap wajah tampan Nathan. Suara serak khas milik pria itu terdengar seksi di telinganya hingga membuat ia tersenyum menanggapi setiap perkataan Nathan. "Apa kamu mau ikut ke hotel bersamaku?" tanya Nathan yang memang sudah merencanakan hal itu sejak awal pertemuan mereka. Dania yang terkesima akan sosok Nathan pun kini mulai tergoda dengan tawaran itu. Tanpa berpikir dua kali, ia segera memberikan jawaban dengan sebuah anggukan kepala, sebagai tanda bahwa ia menerima ajakan pria tampan itu. Nathan pun tersenyum puas mendengar jawaban itu. Tak ingin menunggu lama, ia segera memerintahkan kedua pengawal pribadinya untuk membawa Dania keluar dari bar. "Malam ini kamu akan jadi milikku cantik." Seringai Nathan yang memang tak pernah gagal dalam memikat lawan jenisnya terulas singkat. Masih menatap wajah Dania yang menurutnya begitu menarik, berbeda dari wanita lain yang pernah menghabiskan malam dengannya. Bersambung✍️

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook