d**a Mahesa sesak oleh kenyataan yang menghantam. Ia tidak pernah membayangkan perbuatannya pada Ziya akan meninggalkan jejak yang menyakitkan untuk mereka berdua. Sepanjang siang itu Mahesa gelisah. Waktu masih menunjukkan jam 13.00 tapi ia sudah menghabiskan hampir empat cangkir kopi. Kafein sepertinya tidak membantu kerja otak Mahesa yang mulai dijubeli masalah. Mahesa hanya menatap kosong layar laptop di tas meja kerja. Sikapnya semalam pada Ziya hanya memperparah keadaan yang sebenarnya. Jika semua yang diucapkan Ziya benar, maka terkutuklah dirinya. Mahesa menutup wajah dengan kedua tangan sambil berusaha meredam rasa marah pada diri sendiri. Ia lalu menurunkan tangan dan mengembus napas kasar. Secercah ide yang mungkin bisa mengurangi kepenatan melintas di kepala pria itu. Ia me