Reon dan David

1568 Kata
“Kok tempatnya kaya rumah?” Tanya Sisil heran saat ia baru saja keluar dari mobil. Reon melangkahkan kakinya, laki-laki itu memberi isyarat kepada Sisil agar mengikuti langkahnya untuk masuk ke dalam rumah. “Kan emang rumah gue,” Jawab Reon enteng. Sisil kembali bingung, langkahnya ia jejerkan dengan Reon cepat. “Kok malah ke rumah lo?” Reon menarik nafasnya, “Kan nyokap kalau jam segimi gak prakterk di rumah sakit Sisil,” Jawab Reon gemas. “Hah? Gimana sih? Apa urusannya sama nyokap lo k- OHHHH!!” Sisil sadar, gadis tersebut langsung manggut-manggut mengerti. Yap! Iya paham sekarang, dengan Reon yang mendadak peka dengan kondisinya di tambah ia bisa dengan sigap mengontrol Sisil, itu udah jelas kalau ibu dari Reon pasti seorang psikolog atau psikiater right? Hah! Sisil encer banget sih otaknya. “Gak usah grogi okay? Nyokap udah sedikit tahu banyak tentang lo kok,” Ucap Reon dengan senyum manisnya. Tunggu! Tunggu! Apa nih? Kenapa jadi bikin Sisil dag dig duh ser begini? Sialan memang Reon. •••••••••••••••• Setelah pertemuan basa basi dengan ibundanya Reon yang bernama Ranti. Wanita paruh baya yang sekitar umur empat puluh enam tahun, tetapi masih terlihat sangat amat cantik dengan wajah keibuannnya membuat Sisil nyaman saat ia melakukan konsul tentang kesehatan mentalnya. Dengan awal kedatangannya yang di sambut hangat oleh Ranti membuat Sisil sedikit terenyuh dan melow akibat rasa rindunya kepada ibunya, menyedihkan memang kalau di pikir-pikir. Tetapi Sisil bisa berbuat apa untuk keadaannya yang sekarang? Tidak ada. Hanya ratapan nasib yang membuat Sisil dan kesehatan mentalnya semakin menurun setiap harinya, seberat itu hidupnya sekarang. Untuk masalah Angga yang tahu apa tidaknya tentang penyakit mentalnya yang di idap oleh Sisil, jelas tidak tahu. Karena laki-laki itu benar-benar tidak ingin mengetahui urusan adiknya lagi dari hal kecil sampai hal terbesar. “Minum ini kalau kamu gak bisa ngontrol emosi kamu,” Jelas Ranti sebari menyodorkan beberapa obat kepada Sisil. “Dan lagi, jangan melukai diri sendiri apapun alasannya ya cantik,” Tangan Ranti menangkup pipi Sisil dan membelainya pelan. Senyuman tulus yang ia tunjukan kepada Sisil membuat gadis itu terlihat sangat cantik saat di pandang. “Banyak yang peduli dengan kehidupan kamu. So don’t give up with all problem on yourself okay?” Jelas Ranti lagi, dengan memberi pelukan hangat kepada Sisil. Dan Sisil hanya tersenyum di balik pelukan hangat tersebut •••••••••••••••• Malam ini, Reon, Sisil dan David sedang makan bersama di ruang makan, sewaktu perjalanan pulang dari rumah laki-laki itu tadi Reon memang sengaja akan pulang larut malam dari rumah Sisil. Karena hanya ingin beradaptasi dengan Sisil dan David. Bahkan Saat di perjalanan ke rumahnya, Sisil meminta agar Reon tutup mulut tentang mentalnya kepada David. Karena bagimana pun gadis itu ingin David tahu dari dirinya seorang, dan Reon menyetujui hal itu. Dan lagi, Reon kira dengan tahu ia akan dekat dengan Sisil. David akan marah atau semacamnya, Tapi terbyata perkiraannya salah besar karena laki-laki tersebut Welcome-welcome saja, ya walaupun awalnya dia shock saat tahu kalau Reon selama ini penggemar rahasianya Sisil. "Udah, lo nginep aja di rumah Sisil. Betah dah lu di sini,” Suruh David sambil memakan buah semangka yang ia potong tadi. "Ya kali nginep, gue aja ke sini gak bawa baju," "Pake bajunya Bang Angga aja, iya gak cuy?” Ucap David kepada Sisil, dan Sisil mengangguk mengiyakan. "Santai aja kakak gue gak punya penyakitt menular kok,” Mereka bertiga tertawa sambil sesekali mengejek satu sama lain. dua kata yang sekarang muncul dibenak Reon, perfect friendship. "Re, lo gak mandi dulu di sini apa? udah jam setengah delapan gini masih pake seragam gitu" kata Sisil sambil membereskan piring-piring yang selesai di pakai di meja makan. Sewaktu Sisil dan Reon pulang dari rumah Reon, posisi David memang sudah bangun dan sudah mandi, sesudah itu bergantian Sisil yang mandi dan akhirnya mereka makan malam bersama. "Iya Re, lo mandi aja, minjem bajunya bang Angga tuh, gue aja minjem bajunya," ucap David sambil menarik Baju hitam polos milik Angga yang ia pakai. " Gak usah deh, bentar lagi gue juga pulang, lagian Kevin tadi ng-Line gue katanya lagi otw ke sini,” Sisil mengangguk "Ya udah deh, gue ke dapur dulu kalau gitu, mau nyuci piring,” "Bantu jangan?" Tawar David. "Gak perlu. Udah temenin Reon aja di sini," David mengangguk mengerti, pandangan Sisil jatuh kepada Reon, Reon tersenyum simpul ke arah gadis itu, sedangkan Sisil mulai sedikit salah tingkah, entah kenapa perasaannya agak sedikit berdebar kalau dengan Reon sekrang, bisa di bilang setiap dekat dengannya. Setelah itu ia cepat-cepat pergi dari situ. "Empat hari lo deket sama Sisil, enak gak?” Tanya Reon, David melihat ke arah Reon lantas tertawa. "Kenapa? takut Sisil gue gebet? Enggak akan lah!" Bohong David, ada sedikit gejolak di hatinya saat David berucap seperti itu, David tau tidak seharusnya dia bilang layaknya acuh tak acuh kepada Sisil yang faktanya hati kecil milik David ada rasa sedikit.....suka mungkin. "Cinta itu datang secara kebiasaan dan tiba-tiba Vid, asal lo tahu aja lo cowok baru yang beruntumg bisa masuk ke kehidupan Sisil," Reon melirik ke arah Dapur, waspada supaya Sisil tidak tiba-tiba muncul di ruang makan saat membahas tentang dirinya. "Gue yang dari awal MOS suka sama dia, tapi gue juga harus sadar posisi, karena faktanya Sisil suka sama sahabat gue sendiri," Reon sedikit terkekeh saat berbicara seperti itu, David memperhatikan dan mendengar ucapan Reon tanpa ekpresi, tapi di dalam pikirannya banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan. Sayangnya David menahan itu. Karena ia ingin mendengar semua cerita Reon. "Saat gue tahu Sisil suka sama Nalen, sikap gue emang agak gimana gitu ke Nalen, tapi yang bener-bener bikin gue kecewa tuh waktu tau ternyata Nalen juga suka sama dia sebagaimana tuh cowok gak jujur. coba deh lo sekarang di posisi gue, bertahun-tahun gue bertahan cuma buat dia, tapi nyatanya orang itu gak pernah lihat kita sama sekali. Gue rela bertahan hidup Cuma pengen liat dia ba-" "Kalian bahas apaan sih? Serius amat. makan ini yuk! Tadi gue liat di kulkas ada 1 kotak es krim. Kan lumayan buatt pencuci mulut," ucap Sisil yang nongol dari dapur sambil membawa kotak eskrim besar dan membawa 3 sendok. David dan Reon menoleh kearah Sisil, memberhentikan pembicaraan yang mereka bahas tadi. David merutuk dalam hati atas kehadirannya Sisil, karena David sangat sangat ingin mengetahui lanjutan curhatan Reon. Apalagi ucapan barusan yang seolah-olah Reon mempunyai sesuatu yang ia sembunyikan. Suara klakson mobil terdengar dari luar, menandakan seseorang datang. Sisil yang mendengar suara itu secara ottomatis Mmenaruh es krim ke meja dan berlari untuk membuka pintu. Satu harapan Sisil saat ini yaitu Angga. Angga datang dengan cepat. "Bang elo u-" Ucapan Sisil bergantung saat yang di hadapannya bukan seseorang yang ia harapkan. "Kevin? Lelaki dengan dua lesung pipi di kedua pipinya itu tersenyum lebar ke arah Sisil, Sisil mengangguk dan membalas senyuman Kevin. "Reon ada kan?“ ucapnya, Sisil agak mundur dan membuka pintu agak lebar supaya Kevin bisa masuk. "Dia ada di ruang makan, masuk aja," Kevin menangguk, dan jalan melewati Sisil yang masih ditempat, tercium bau parfume vanilla masuk ke dalam indra penciuman Sisil. Tiba-tiba saja kata-kata Nabil terlintas di pikirannya yang membuat Sisil tersenyum miris mengingatnya. " 3 cowok popular di sekolahan kita, gue yakin parfume mereka beda-beda. Nih ya mulai dari Nalen. Nalen kan keliatan petikalan gimana gitu ya, gue yakin parfume dia tuh parfume bibit yang namanya DnG. Lo tahu kan pasti ? ah pasti tahu orang lo pakarnya parfume bibit kok,” "Anjrit! Walaupun gue pecinta parfume tapi ya gak gitu juga. Iya gue tahu parfume itu. Ah tapi masa sih ? kalau emang iya dia pake tuh parfume sumpah deh pasti wangi banget. " ucap Sisil Antusias. " Yeee! Gue ngikutin feeling nih! Terus sekarang Kevin. Kevin kan agak kalem banget kan tuh dia. Walaupun dia kadang-kadang pakai kacamata dia keliatan plus plus gantengnya. Manis lagi! Gue yakin parfume dia tuh yang baunya kalem-kalem gitu. Contohnya Vanila. Taruhan deh! Yang terakhir Reon. Cowok agak cuek di antara mereka dan paling ganteng dan tinggi juga. Gue yakin dia pakai parfume Musk. Bau khas cowok banget! Duh sumpah ya beruntung banget pasti kalau di taksirin sama Reon. Dia tuh most wanted pertama di sekolah kita coy! Lo sih Sil kenapa suka sama Nalen. Pdahal kemana-mana oke an reon" Sisil menggeleng sambil terkekeh saat mengingat percakapan dia dengan Nabil dulu dikamarnya. Sisil memang mengakui bahwa dari ketiga pentolan di sekolah Cuma Reon yang paling ganteng. Tapi entah kenapa yang ia kagumi hanyalah Nalen, sampai sekarang. Sisil menghela nafas saat mengingat apa yang ia lihat kemarin malam, ia sadar suatu harapan unttuk dekatt dengan Nalen ttuh nol besar. "Gue pulang dulu ya, thanks udah di izinin gue makan malem di sini,“ suara Reon tiba-tiba terdengar di sebelahnya Sisil mengangguk. " Slow aja!" kekeh Sisil " betah-betah aja di sini, Lo juga kalau mau main ya main aja " ucap Sisil kepada Kevin. Kevin terkekeh " bisa gue atur kok," " Yaudah duluan ya, masuk sono David masih di ruang makan. Tuh bocah satu makan mulu kerjaannya. Nih pintu biar gue yang nutup," Sisil tertawa pelan, "Oke, sorry gue gak bisa anter ke depan. Ati-ati ya!" Reon mengangguk dan menaikan jempolnya ke arah Sisil. ••••••••••••••••••
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN