Nalen mengatakan perasaannya

1838 Kata
“Boleh nanya satu hal lagi gak?” Tanya Nalen langsung to the point langsung. “Mau nanya apa?” “Tapi lo gak apa-apa kan kalau gue nanya sesuatu ke elo lagi?” Sisil tertawa pelan, kedua pundaknya is naikan seakan-akan seperti halnya tidak peduli. “Mau gue larang juga kayaknya gak mungkin, karena kayaknya keliatan banget penting gak sih?” Tebaknya langsung. Nalen kembali terkekeh pelan, “Enggak, gak sepenting itu kali. Rileks gak usah tegang, lo malah keliatan kaya orang tegang deh gara-gara gue mau nanya sesuatu ke elo lagi,” Kekehan itu semakin terdengar. Ganteng banget ya! Duh Sisil meleyot rasanya kalau tiap hari pemandangan di depannya kaya begini. “Ya mungkin emang agak sensitif juga, tapi gue gak akan maksa lo juga buat jawab jujur atau semacamnya karena bagaimana pun juga bukan urusan gue juga sih. Tapi ya-,” Nalen menggantungkan ucapannya jarinya menggaruk pipi kanannya yang tidak gatal sebagaimana memang itu sikap normalisasi laki-laki bahwa dirinya sedang gugup sekaligus salah tingkah bukan? Iya, benar atau tidaknya kembali lagi kepada kalian semua sih. Karena sejujurnya ada sebagaian orang yang menutupi rasa salah tingkahnya seperti yang Nalen lakukan itu. “Tapi ya itu kembali lagi ke diri kamu, memang kesannya kaya yang gimana gitu ya. Tapi aku juga pengen tahu aja sama perasaan kamu ke dia,” “Hah?! Gimana maksudnya? Dia siapa maksud lo?” Kata Sisil heran dan tidak mengerti dengan ucapan Nalen yang menurutnya sangat bertele-tele bukan? “Reon, perasaan lo ke Reon kaya apa setelah dia pernah confesin perasaannya ke diri lo,” Celetuk Nalen langsung dan itu mampu membuat gadis tersebut diam seribu bahasa. Apa ya, rasanya Sisil seperti yang ada di sekitarnya diam begitu saja sekaligus membeku. Hanya deruan nafas saja yang mereka dengar saat ini, bahkan entah kenapa dan apa tujuan Nalen seperti itu membuat Sisil sebenarnya sedikit bingung juga. Baiklah, ia tidak tahu tujuan laki-laki itu sebenarnya. Namun Sisil juga perlu menjawab pertanyaan itu bukan? “Lo mau jawaban gue kaya apa kan?” Tanya Sisil. “Mau jawaban kaya gimana? Keseluruhan atau yang biasa aja?” Nalen terlihat sedikit berfikir, kemudian laki-laki itu juga menaikan kedua pundaknya tidak tahu. “Terserah diri lo sih, tapi yang psti jauh dari lubuk hati gue. Gue pengen denger jawaban yang jelas dan jujur dari diri lo sendiri sih,” Sisil memperhatikan wajah laki-laki itu yang tengah menatapnya juga. Jujur, dan demi tuhan dia juga tidak terlalu paham menagapa Nalen terlihat seperti halnya antusias dengan jawaban yang akan dia lontarkan sebentar lagi. Terlebih lagi dirinya juga gak terlalu mengerti sekaligus paham dengan apa yang ada di pikiran dan kepala laki-laki itu. Sebenarny saat dirinya tidak sadarkan diri dan belum siuman ada apa sih? Maksudnya di antara dirinya dengan Reon tuh ada apa? Apa ada pembahasan yang sangat serius atau bagaimana? Karena menurutnya sejak tadi Nalen tuh seperti menuntunnya kepada pembahasan yang berhubungan dengan dirinya dan juga Reon dan itu terdengar sangat ameh bagi Sisil. Sisil menghela nafas panjang lalu kemudian mengalihkan pandangannya sebentar, “Apa ya,” Celetuk Sisil bingung. Karena memang jujur ia juga sedikit bingung sebenarnya. Tidak tahu harus mengekpresikan perasaannya kepada laki-laki bernama Reon itu. “Kalau semisal lo keberatan gak usah lo jawab, dan kalau memang lo tu-“ “Bakal gue jawab, jadi udah lo gak udah banyak ngomong dulu. Dengerin apa kata gue,” Kata Sisil yang kangsung memotong Ucapan laki-laki yang ada di depannya sekarang. “Gini ya, gue bakal jelasin perasaan ke ke Reon itu kaya apa dan itu perdana khusus ke elo,” Celetuk gadis tersebut lagi “Jujur, waktu Reon confess kemarin itu, gue gak terlalu merasa berbunga-bunga atau semacamnya sih. Yang ada kaget, shock dan gak nyangka aja seorang Reon bisa suka gue di tambah jadi penggemar rahasia gue juga. Kek….bayangin deh Len cewek modelan gue loh? Sedangkan yang cantik di sekolah tuh banyak,” Sisil terkekeh pelan. “Tapi kan perasaan itu urusan hati Sisil,” Jelas Nalen sebari menjawab ke heranan gadis itu. “Ya gue tahu Len, cuman gak di lihat dulu orang yang dia suka itu gimana? Jatohnya anjlok yang ada,” “Yaudah lanjut gek, terus gimana lagi perasaan lo waktu itu,” tanya Nalen agar terus melanjutkan Sisil untuk menjelaskan perasaannya. “Ya gitu doang, gak ada lagi. Dan juga ya yaudah gue bilang apa adanya ke Reon kalau hal itu sebenarnya bisa bikin gue hampir jantungan,” Sisil terkekeh pelan. “Dan dia cuma ketawa pas gue bilang begitu, tapi Len,” Sisil menoleh ke arah Nalen, menatap laki-laki itu secara seksama. Begitu pun dirinya membalas tatapan Sisil dengan tatapan yang tidak bisa gadis tersebut artikan sama sekaali. “Semakin lama gue semakin deket sama Reon, mengenal laki-laki itu dengan baik juga. Ngebuat gue bebas berleluasa untuk bercerita dan nyaman tanpa ada rasany beban sama sekali “ “Kek…..” Sisil merubah posisi duduknya karrna jujur diriny merasa pegel akibat ke banyakan duduk di atas kasur rumah sakit yang terlalu keras ini. “Kek Reon itu bisa memposisikan dirinya gitu loh, gue gak bisa jelasin kaya apa dan gimana tapi kek gue hanya bisa merasakan hal itu, bukan karena gue suka atau apalah itu namanya. Bukan, konsepnya gak kaya gitu. Tapi memang apa yang memang gue fikirkan dan sekaligus g-“ “Gak usah lo perjelas,” Potong Nalen lagi. Dan itu membuat keduanya kembali terdiam. Entah apa yang di pikirkan Nalen sekarang ini bahkan itu cukuo menbuat Sisil sedikit kebingungan melihat Nalen yang menyuruhnya untuk diam secara mendadak karena dirinya yang menjelaskan apa yang ia rasakan selama ini kepada Reon. Memang salah ya? Sepertinya tidak bukan? Bahkan itu hal yang normal juga. Lagi pula ya kalau memang salah, emang salah dari mananya? Dari titik sebelah mananya? Hah! Entahlah dirinya aja sekarang memang bingung dan tidak tahu dengan apa yang Nalen rasakan sekaligus laki-laki itu pikirkan sebenarnya. Jadi jujur, untuk sekarang Sisil tidak ingin anbil pusing yang berlebihan bukan? Yang ia ingin sekarang bahaimana dia bisa keluar dari rumah sakit yang sedikit menyiksanya sekarang. “Sil,” Panggil Nalen. Kali ini Sisil tidak menimpali panggilan tersebut, bahkan hanya terkesan menoleh saja ke arah Nalen. Baik, sepertinya kita semua bisa menebak bshwa Sisil sedang tidak mood atau semacamnya saat ini, iya. Dia ingin beristirahat malam ini rasanya, tapi jujur gadis tersebut tidak ingin sendirian di dalam ruangan inj. Namun sayang, ia merasakan kebimbangan yang amat luar biasa. Belum lagi serba salah yang gini gitu jadi salah juga. Seandainya ada David atau siapa gitu yang dateng seenggaknya Sisil tidak canggung-canggung banget bukan? Bahkan obrolan mereka berdua juga tidak akan berat seperti obrolan dengan Nalen sekarang inu. “Ini untuk pertanyaan terakhir, lo mau jawab atau enggak terserah. Tapi tolong jangan jawab hanya karena ke paksa. Ngerti?” Sisil hanya menganggukan kepalanya, hash. Memang begitu terus sejak tadi dan rasanya gadis tersebut sudah mulai bosan. “Sorry kalau gue bikin gak nyaman sekarang, tapi gue mau jujur soal perasaan gue,” Kali ini Nalen sepertinya sudah bersih keras dengan dirinya sendiri. Mendengar Nalen berbjcara seperti itu membuat Sisil langsung menoleh ke arah Nalen, menatap laki-laki tersebut penuh dengan kebingungan. Apa nih? Bakal ada penolakan atau bagaimana karena Sisil secara terang-terangan kepadanya bahwa dirinya menyukai Nalen. Atau memang Nalen sengaja ingin mematahkan hatinya atau….. “Gue juga suka sama lo, dan gue tahu ini gak pas dan terlalu gak romantis banget. Tapi, lo mau gakbjadi pacar gue?” Persekin detik itu juga Sisil rasanya seperti ingin menghilang dari sana, dan tanpa di sadari mereka berdua. Ada seseorang yang sejak tadi mendengarkan percakapan mereka berdua dari luar pintu, iya orang yang di sana itu Reon. . . . “Sebenarnya hubungan aku sama kamu itu apa sih?” Tanya Alice dengan penuh harap. Wajahnya benar-benar menunjukan bahwa gadis tersebut lelah dengan keadaan yang hampir tiga tahun tidak terarah sama sekali, mau di bilang sepasang kekasih. Namun Angga tidak pernah menembaknya sama sekali, akan tetapi tingkah prilaku mereka berdua seperti halnya seorang kekasih. Mungkin kalian berfikir di jaman sekarang ini teman namun kedekatan mereka berdua seperti orang yang mempunyai hubungan akan tetapi tidak ada penjelasan di sana itu adalah hal yang biasa. Akan tetapi itu tidak berlaku untuk seorang gadis bernama Alice, iya sangat tidak berlaku Iya, sejujurnya gadis tersebut sudah sangat jatuh ke dalam pesona laki-laki bernama Angga sejak dahulu laki-laki itu sedang mempromosikan kampusnnya di sekolah gadis tersebut. Mungkin kalian menganggap gadis itu terlalu berlibihan atau semacamnya? Atau jangan-jangan sebenarnya Alice terlaku terobsesi dengan pesona Angga yang selalu membuatnya semakin cinta setiap hari? Entah, dirinya tidak tahu. Akan tetapi yang pasti Alice benar-benar tidak ingin kehilangan laki-laki itu. Helaan nafas Abgga terasa pada wajahnya, lantas laki-laki itu bangkit dari tidurnya dan mengambil kaos berwarna hitamnya yang jaraknya tidak jauh dari tubuhnya. “Al, bukannya kita berdua udah bahas ini berkali-kali ya?” Celetuk Angga sebari memakaikan kaos hitamnya. Kemudian kedua matanya memandang Alice yang masih terbaring di atas kasur milik laki-laki itu. Melihat Angga tengah menatapnya, dengan cepat gadis itu langsung merubah posisinya menjadi duduk. Akan tetapi selimut yang menghalangi tubuhnya tanpa adanya sehelai kain pun di tubuhnya sengaja ia tarik lebih tinggi sekarang. “Ya, aku tahu. Tapi mau sampai kapan kamu selalu aja bertele-tele ngejelasin hubungan kita berdua? Aku capek loh Ngga, aku capek kalau kamu deket sama cewek-cewek di mana pun itu yang kesannya gatel banget sama kamu, belum lagi kamu ngerespon mereka semua dan ngebuat mereka seakan-akan merasa bahwa kamu itu bener-bener tertarik sama mereka,” Jelasnya dengan rasa kesal yang sudah menyelimuti dirinya. Beum lagi air mata yang sudah berlomba-lomba untuk keluar dari kedua kelopak matanya, astaga! Selalu seperti ini, selalu saja Alice terbawa suasana juka berdebat dengan Angga jika hal tersebut tentang kejelasan di hubungan mereka berdua. “Alice cantik, kamu tuh berarti banget bagi aku, bahkan di hidup aku. Masa dari situ kamu gak paham sih Al?” Jelas Angga dengan nada yang sangat lembut saat masuk ke indera pendengaran gadis tersebut, suara yang selalu Alice suka setiap saat dan setiap harinya. “Terus kalau memang aku seberarti itu di hidup kamu, kenapa kamu gak kau ngasih aku kepastian?” “Angga, saty tahun loh Ngga! Satu tahun kamu gak ada bahasa yang keluar dari mulut kamu kalau kamu minta aku jadi cewek kamu. Sedangkan kelakuan kita berdua? Udah kaya orang pacaran yang jauh banget hubungannya,” Jelasnya lagi dengan nada yang serak. “Kamu ngerti dari situ gak sih?” Lagi-lagi Angga menghela nafas kasar, hanya beberapa detik ia memejamkan kedua matanya sebentar kemudian kembali menatap gadis yang selama ini menemani dan di sampingnya dalam keadaan apapun. Kemudian tubuhnya sedikit mendekatkan diri kepada ALICE yang tubuhnya hanya terhalang dengan selimut putih bermotif kotak-kotak miliknya. Kedua tangan Angga menangkup wajah tirus Alice lembut, kemudian menatap dalam ke arah kedua mata gadis tersebut. “Al, hal itu sekarang gak penting,” Gantung Angga kemudian mencium dahi gadis itu lembut sekitar 10 detik lamanga, lalu ia menguraikan jarak dan kembali menatap gadis itu lembut. “Yang terpenting sekarang itu, aku dan kamu yang selalu bersama apapun keadaan kita berdua,”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN