Sisil mengatakan sebenarnya

1843 Kata
Sisil diam, menatap ke arah langit-langit kamar rumah sakit sekarang. Setelah kepergian Nalen sejam yang lalu membuat jantung gadis itu terus berdegup kencang dua kali lebih cepat dari biasanya dan itu tidak berhenti-berhenti. Sial! Kok bisa sekarang sih? Dan lagi kenapa Nalen bisa langsung menembaknya begitu saja tanpa ada rasa bertele-tele atau basa-basi gitu. Ini serius kan? Atau memang bercanda apa ngprank dirinya? Karena dia sudah mengatakan perasaannya jujur kepada laki-laki tersebut. Tapi sepertinya tidak, itu pasti serius dan juga apa yang di lakukan Nalen juga tidak bercanda. Namun ada hal yang membuat pikiran Sisil terganggu. Nalen itu kan terkenal brengse ya di sekolahnya, nah jiwa ragunya itu semakin bergejolak karena salah satu fakta yang itu. Ya tuhan! Kenapa bisa dengan begonya juga Sisil mengatakan Iya sih? Tanpa mengatakan alasan Nalen menembaknya secara mendadak? Hah! Entah lah, dia benar-benar tidak tahu harus berbuat seperti apa sekarang karena jujur ia sedikit menyesal sekarang ini. Dan sangat menyayangkan kelakuannya yang sedikit semrono. “Bego! Bego! Bego!” Gumam Sisil pada diri sendiri yang merasa begi dan t***l dalam aspek segala hal sekarang. Oh tentu dengan persoan percintaan dirinya yang baru saja ia lakukan sekarang. Seandainya, seandainya masih ada Nabil di dunia ini mungkin dia tidak sebodoh ini bukan. Argh! Menyebalkan. Ada tempat untuk berteriak puas agar dirinya tidak menganggu orang-orang yang ada di rumah sakit beritsirahat gak sih? “Gue kenapa sih kok masih bego aja dari dulu,” katanya lagi sebari mengusap wajahnya dengan kedua tangannya kasar. Sisil menghela nafas panjang, kemudian kembali menatap ke arah langit-langit kamar rumah dakit. Selang beberapa menit dirinya berdiam sendiri dan hanya ada suara televisi yang ia biarkan menyala tanpa ia tonton sama sekali agar kamarnybtidak terlalu sunyi. Suara pintu di ketuk terdengar ke indera pendengarannya. Kepala Sisil langsung menoleh ke arah pintu, sedikit memicingkan kedua matany, bamun sebelum itu dirinya menoleh ke arah jam dinding yang jam sudah menunjukan pukul seuluh malam lebih lima belas menit. Siapa? Entah, dia tidak tahu siapa yang mengunjunginya malam-malam begini. Apa itu Nalen lagi? Ah! Sepertinya juga bukan karena laki-laki tersebut sudah berpamitan kepadanya untuk pulang ke rumah karena adeknya mencarinya dan Nalen juga terlihat sangat terburu-buru pda saat tadi. Lantas siapa? Siapa yang mengunjunginya? Akhirnya dengan memberanikan diri Sisil pun akhirnya bertanya dengan nada yang sedikit ia tindikan, “Siapa?” Bukannya menjawab pintu tersebut sudah terbuka sedikit, “Gue masuk ya?” Suara berat itu terdengar, dan Sisil kembali mengerukan kenjngnya untuk mengingat suara siapa ini. Lalu saat sadar dan mengenali suara tersebut akhirnya Sisil menghela nafasnya lega, “David kan?” Tanyanya. Dan ternyata benar, sesosok laki-laki yang bernama David langsung terlihat dari pandangannya. Wajah tampannya tengah tersenyum lebar ke arah Sisil yang terlihat sedang memposisikan tubuhnya berubah menjadi duduk. “Iya dong! Siapa lagi kalau bukan gue?” Celetuk David langsung yang langkahnya langsung mendekat ke arah gadis yang sejak tadi memenuhi pikirannya. “Udah siuman nih ceritanya putri tidur gue,” Kata David lagi dan itu membuat Sisil menggelengkan kepalanya sebari tertawa pelan. “Apaan sih, gila lo,” David pun juga ikut tertawa, ada rasa lega saat dirinya melihat Sisil sudah sadar dari komanya yang hanya berlangsung beberapa jam saja. Khawatir? Oh itu sudah jelas, saat Reon membopong tubuh Sisil saja saat tadi siang itu benar-benar membuat David khawatir kelimoungan sebenarnya. Karena jujur ia tidak pernah melihat Sisil sampai sedrop itu. “Gimana? Udah enakan?” Tanya David menanyakan kondisinya saat ini. Sekarang laki-laki itu sudah duduk tepat di kursi yang tidak jauh dari kasur yang Sisil tempati sekarang, iya kalian benar David duduk di kurai yang di gunakan Nalen tadi. Sisil menaikan kedua pundaknya, “Seperti yang lo lihat sekarang, gue lumayan baik-baik aja bukan?” Jawabnya dengan senyuman lembut di wajah pucat gadis itu. David membalas senyuman itu, dan dirinya kembali merasa lega dengan apa yang baru saja Sisil jawab sebenarnya, namun entah kenapa melihat wajah Sisil yang seperti lesu dan bingung itu membuat David sedikit ada yang ganjal sekaligus penasaran. “Sil,” panggil David ragu, namun sayangnya rasa penasaran laki-laki itu sangat besar sekarang. Sisil menoleh, tidak menjawab namun hanya menatap laki-laki yang ada di hadapannya. “Lo kenapa?” Tanyanya lagi sehingga membuat Sisil yang mendengarnya saja langsung menghela nafas. Di sana David menyadari sedikit ada hal yang belum dirinya mengerti, iya kalian benar David belum terlalu mengenali gadis yang ada di depannya sebenarnya. Namun kurang lebihnya David tahu seperri apa Sisil. Gadis tersebut masih diam, belum menjawab hanya diam sebari mengalihkan pandangannya ke arah jari jemarinya yang sedang ia pandang sejenak. Tunggu ada apa sebenarnya? Seertinya gadis itu tampak gelisah sekarang ini? Seperti halnya ada seduatu yang menganggu pikiraannya. David menarik bafas panjang, baiklah memang bukan hal yang pas dan wajtunya juga bukan? Mungkin nanti, atau memang besok-besoknya lagi sampai Sisil siap untuk menceritakan semuanya kepadanya. Iya, mungkij begitu. Tidak apa-apa, David bisa mengerti Sisil dengan baik kok. Benar bukan? David memang definisi laki-laki yang sangat amay pengertian dengan orang yang ada di sekitarnya. Selalu seperti itu, sejak dulu dan tidak akan pernah berubah. Sebagaimana ia harus mengirbankan kebahagiaan dan dirinya sendiri. Itu sisi jeleknya cowok itu. “Kalau memang lo gak mau cerita, gak apa-apa. Gue gak maksa. Lagian juga lo baru siuman juga, gak etis sekaligus gak sopan juga kalo smapek gue nanya-nanya hal yang sensitif banget rasanya kan? Jadi gue minta maaf atas kelancangm gue yang gak ada a-“ “Gak perlu Dav,” potong Sisil langsung, gadis itu akhirnya kembali lagi menatap ke arah David yang masih bertahan menataonya dengan tatapan hangat. Dan Sisil suka itu, ia merasa seperti di dengar, di hargai dan di sayang oleh orang sekitar. Karena jujur selama ini Sisil tidak pernah merasakan hal yang seperti itu, bahkan Sisl juga tidak pernah merasakan tindakan-tindakan manis yang di lakukan orang-orang di sekitarnya terutama Angga. Tidak, tidak pernah sekarang. Dan itu sangat menyakitkan baginya. Bahkan saat dirinya masuk rumah samit sekarang saja Angga tidak tahu ya? Laki-laki macam apa dia? Sangat menyedihkan sekali Sisil sekarang. Rasanya benar-benar seperti hidup sebatang kara di dunia ini. Kenapa sih Reon tidak membirkan diriny semakin Gila daja? Demi tuhan Sisil lelah hidup seperti ini. “Gak perlu minta maaf,” kekehnya pelan sebari tersenyum hangat ke arah laki-laki yang ada di hadapannya. “Cuma memang ada beberapa hal yang menganggu pikiran gue sekarang ini,” Ceetuknya lagi sebari menghela nafas panjang. Akankah ini hal yang bagus untuk di bicarakan kepada David sekarang? Apa tidak perlu nuga bahwa dirinya sudah berpacaran dengan David? Namun ayolah, jika Sisil tidak mengatakan hal tersebut yang ada David seperti tidak di hargai olehnya karena laki-laki itu sudah menganggapnya sebagai sahabatnya bukan? Sedikit serba salah, tapi harus tetap di katakan. “Kalau memang lo gak yakin untuk cerita sekarang gak apa-apa kali, masih banyak waktu juga. Lo gak perlu terburu-buru karena gue kan selalu nemenin lo apapun yang terjadi,” Jawab David lagi. “Lo gak inget kan sama hal omongan yang pernah gue bilang ke elo bahwa gue selalu ada buat lo kapan pun lo butuhin right?” Iya Sisil ingat, bahkan sisil pun masih ingat betul dengan sesuatu yang keluar dari mulut laki-laki itu. Baiklah memang ha tuh a bicara dan mengatakannya bukan? Karena jujur rasanya kehilangan David saja Sisil tidak mampu karena laki-laki itu sudah sangat Sisil butuhkan sekarang jni. “Gue…….” Sedikit ada jeda di sana, “Gue di tembak sama Nalen tadi,” Dalam hitungan detik pun David langsung terdiam dan mimik wajahnya berubah jadi datar. . . . Di balik kehidupan bersama adik kakak itu, yang sudah lumayan tercukupi akibat Rega yang bekerja di BUMN setelah mereka berdua hidup susah akibat di tinggal oleh kedua irang tuanya, ada Gara kekasih Reta yang juga termasuk dalam list kehidupan gadis itu. Gara yang sempurna di mata Reta, namun kehidupan laki-laki tersebut tidak sempurna yang orang lain pikir, Reta mengetahui setiap titik kehidupan Gara. Semuanya, tanpa terkecuali. Dengan kebiasaan Gara yang selalu melakukan tanding tinju ilegal selama dua tahun terakhir ini untuk menghidupi ibunya yang sakit liver. Sebenarnya semakin kesini Reta semakin khawatir dan curiga karena Gara selalu memenangkan pertandingan sekaligus mendapatkan hadiah yang sangat besar, awalnya Reta sudah mengingatkan untuk berhenti melakukan hal tersebut karena bagaimana pun tuang lingkup pertandingan ilegal ini tidak baik, Gara tidak mendengarkan nasihat Reta. Sampai pda akhirnya ada di mana Reta datang kerumah Gara untuk melihat kekasihnya karena tidak sekolah di hari itu. “Angga. Aku mau pulang. “Pulang ke mana?” “Ya pulanglah ke rumah aku, jadi tolong anterin,” Theophilla dibalik satu kata yunani itu terdiri arti yang penuh dengan makna yaitu seorang gadis yang diberkati oleh tuhan, yaaa kurang lebih seperti itu. Namun nyatanya di kehidupannya tidak seindah arti dari satu kata yang selalu ia percaya sejak kecil. Kehidupannya selalu dikelilingi dengan masalah, seperti halnya pembullyan dan keluarga yang tidak harmonis. Dengan dua masalah yang selalu menghantui kehidupan tragisnya itu, Kalea tanpa sengaja masuk kedalam masalah setelah dirinya melihat Zale, laki-laki populer disekolahnya membunuh Selena dengan cara mendorong gadis populer itu dari kelas mereka yang terletak pada lantai 5. Mungkin bila Kalea tidak tertarik dengan wajah tampan Zale sejak awal masuk sekolah menengah akhir gadis itu akan langsung melaporkan kepada pihak berwajib dan menjelaskan semua kornologinya, akan tetapi disini Kalea bermain api sendiri sehingga pada akhirnya Kalea terjebak dalam permainannya dan dihantui perasaan ketakutan karena menurut gadis itu, target Zale selanjutnya adalah dia setelah laki-laki itu membunuh Selena tanpa mempunyai perasaan bersalah sedikit pun. Tidak hanya terjebak masalah dengan Zale saja, akan tetapi entah kenapa disaat Kalea bermain api, ia juga terlibat dengan dua laki-laki populer selain Zale yaitu Arnesh dan Kenan yang membuat hidup Kalea semakin berantakan. Harsa berdecak kesal saat ban motornya tiba-tiba pecah tepat di tengah-tengah perjalanannya ke sekolah, dan itu cukup membuatnya kesal. Bagaimana tidak? Di mana semester dua ini ia mengharuskan pindah lagi ke sekolah baru akibat kedua orang tuanya yang menurut Harsa ribet alias rempong. Dan lagi, ancaman ayahnya pun membuat Harsa sedikit muak. Karena katanya jika dirinya melakukan kesalahan sedikit lagi saja, bisa-bisa nanti dirinya akan di masukan ke tempat pesantren terkenal di Ponogoro. Oh! Dan itu jelas sudah menjadi ancaman berkali-kali oleh beliau. Alhasil? Tidak pernah ia lakukan dan itu jelas rayuan dari sang bunda tercinta. Mungkin untuk kali ini Harsa akan selamat jika Bunda selalu sehat setiap harinya. Ngomong-ngomong dengan adanya paksaan Harsa harus mendorong motor kesayangannya itu sambil mencari tukang tambal ban di pesisir jalan raya. Membuat laki-laki itu kembali berdesis kesal. Kenapa sih harus pindah kota? Dari Jakarta ke Surabaya. Astaga! Kek kota Jakarta tuh gak ada sekolahan lagi. Lagian ya kalau begini caranya Harsa gak bisa minta tolong ke siapa-siapa, kenal orang sini aja kaga bagaimana mau minta tolong. Menyedihkan! Baru saja setengah jalan Harsa lakukan untuk mendorong motor, seseorang gadis yang sedang membawa motor matic berwarna hitam ke abu-abuan di sertai stiker karakter anime yang terpampang jelas dan sedang di sana, sekaligus ia tahu itu Levi dari salah satu serial anime berjudul attack on titan. Oke baiklah! Jangan anggap seorang Harsa Bimanagra itu adalah wibu elit atau apalah itu namanya. Jelas bukan ya kawan-kawan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN