Reon?

1730 Kata
Besoknya, di mana pagi hari yang sedang di guyur hujan membuat Sisil sedikit tidak semangat untuk bangkit dari tidurnya. Jangankan untuk bangun, berniat untuk berangkat ke sekolah aja rasanya tidak ada semangat sama sekali. Sejak David pulang dari rumahnya kemarin, entah kenapa mood gadis itu berubah sangat drastis. Dan rasa kesepiannya kembali meningkat tinggi secara mendadak. Terkadang, segimana Sisil sudah bangun untuk detik ini, kejadian yang baru saja ia alami masih Sisil anggap seperti mimpi. Gadis itu benar-benar masih tidak bisa menerima kenyataan dengan baik, dimana semua orang yang berada di sisi-sisinya satu persatu telah meninggalkannya. Terkadang Sisil berfikir, apa benar yang di ucapkan Angga sekitar dua tahun yang lalu? Semua keadaan ini adalah salahnya? Kalau memang iya, kenapa tidak Tuhan saja yang merenggut nyawanya? Kenapa harus Kedua orang tuanya bahkan Nabil kalau akhir dari skenario tersebut hanyalah Sisil yang di salahkan. Sisil membuka kedua kelopak matanya, menatap langit-langit kamar yang ia hiasi sejak dulu dengan stiker berbentuk bulan dan bintang di atas sana. Sebagaimana alarm sejak tadi menganggu pendengarannya, itu tetap tidak membuat Sisil berubah atau bangkit dari posisinya. Se-mager itu. •••••••••••••••••• Entah ada angin apa, David yang baru saja pulang sekolah tiba-tiba saja datang ke sini, berdiri seorang diri di depan gerbang rumah milik Sisil dan menatap pintu rumah gadis itu. Dengan adanya berita Nabil meninggal saat ia berniat untuk pulang sekolah, jelas semua murid di sekolah barunya itu terkejut. Dan mereka semua turut berbela sungkawa dengan perginya gadis yang terkenal di eskul dramannya. Dan yap! Semua orang mempertanyakan Sisil yang jelas sangat dekat dengan almarhum, bahkan hampir semua sekolah tahu bahwa Sisil yang tidak terlalu suka menjadi sorotan namun berteman dengan Nabil yang jelas-jelas murid yang berprestasi dan selalu menjadi sorotan membuat semua mereka tahu sesosok gadis itu. Awalnya David datang ke sini untuk memberi tahu kepada Sisil bahwa banyak yang mendoakan sahabatnya itu, ya walaupun di sisi lain ia juga ingin tahu kabar teman yang baru saja ia kenal kemarin. Dengan keberanian yang tinggi, akhirnya David melangkah ke dalam perkarangan rumah Sisil dan masuk menuju ke depan pintu utama rumah itu. Seperti biasa, suasana hening dan sepi sangat amat terasa oleh David. Sepertinya laki-laki itu sedikit menyesal karena ia datang kemari tidak membawa sama sekali makanan untuk Sisil. Istilah tamu gak tahu diri tuh ya si David ini memang. TING TONG! Tangannya memencet bell rumah tersebut, dan David menunggu si tuan rumah membuka pintu rumahnya. Hanya beberapa menit, tidak lama tetapi tidak cepat juga laki-laki itu menunggu akhirnya seseorang membukakan pintu untuknya. Setelah mereka saling beradu pandang dan memasang wajah datar hanya beberapa detik sekilas, melihat Sisil yang membukakan pintunya David tersenyum kecil. “Hai,” Sapanya dengan nada yang canggung. Sisil yang berpenampilan tidak karu-karuan untuk sekarang ini, membuat gadis itu tidak peduli. Bodo amat jika David merasa ilfeel atau apa lah! Sepertinya dirinya tidak perlu bersusah payah dandan atau semacamnya untuk David kan? Melihat Sisil hanya diam sebari menatap David datar membuat dirinya lagi dan lagi salah tingkah, sialan! Lagian kenapa bisa banget sih dia mendadak ke sini? Mana gak bawa apa-apa lagi. Terkadang David ingin memusnahkan sikap khawatirnya yang berlebihan kepada orang dan juga sikap penasarannya seperti ini, rasanya sedikit memalukan. Hampir semenit lebih mereka saling diam, akhirnya David menghela nafas panjang. “Gue lancang banget kayanya ya? Dateng tiba-tiba ke rumah lo?” “But whatever!” David menarik tangan Sisil untuk keluar dan ikut dengannya. Oh jelas! Gadis itu terkejut sekarang dengan perlakuan David yang menurutnya terlalu tiba-tiba. “Lo ikut gue,“ Lanjutnya lagi, masih dengan menyeret Sisil pelan. “Ke mana?“ Tanya Sisil malas namun masih mengikuti langkah lebar laki-laki itu. “Cari makan,” Mendengar itu Sisil hanya diam dan membiarkan David membawanya sesuai yang ia mau. Ya walaupun kondisi penampulan gadis tersebut sedikit agak tidak enak di pandang. ••••••••••••••••••• Tiga setelah hari Sisil absen untuk tidak masuk ke sekolah, alasannya hanya ingin menyendiri dan mencoba menerima kenyataan pahit lagi. Juma't pagi ini Sisil masuk ke sekolah. Ia berjalan di koridor sekolah dengan ekpresi datar dan tidak memancarkan ekpresi ceria sama sekali seperti beberapa hari yang lalu di saat Nabil masih ada dan masih bersekolah di sini. Sisil menghela nafas, menyadari bahwa nanti tidak ada lagi Nabil yang duduk di sebelahnya, tidak ada kegiatan contek menyontek lagi, gadis itu pun kembali menundukan kepalanya dan tersenyum tipis, berusaha menahan air matanya untuk tidak keluar di saat dirinya berada di sekolah, Sisil tidak ingin menjadi bahan sorotan untuk sekarang. Ayolah! Dirinya benci itu, sangat sangat benci. Sebagaimana David selama tiga hari berturut-turut datang ke rumahnya hanya sekedar menemani kesendirian gadis itu bahkan menghiburnya. laki-laki tersebut pun memberi tahu bahwa kematian Nabil secara mendadak cukup membuat heboh ke seluruh penjuru sekolah. "Sisil?" suara terdengar di sebelah kanan pendengarannya , Sisil menoleh dan sedikit agak mendongakan kepalanya untuk melihat siapa yang tengah memanggilnya. Sisil memberhentikan langkah kecil gadis itu, melihat seseorang yang sedang berdiri di hadapannya, ia agak sedikit shock dengan apa yang didepannya sekarang. "Hei!” sapanya lagi dengan senyuman tipis namun terlihat tampan untuk laki-laki yang ada di depannya, Sisil mengerjapkan matanya lalu membalas dengan tersenyum kecil. Laki-laki itu berdesis sebari terkekeh pelan, “Senyum dong!“ Celetuk Reon dengan suara beratnya. “Gue gak suka liat lo murung terus," Ucap Reon lagi tersenyum. DEG! APAAN NIH? KENAPA REON TIBA-TIBA MENGETAHUI NAMANNYA SIH? Ada sedikit gejolak di setiap degupan jantung Sisil. Ya yang ada di depan Sisil adalah Reon pentolan atau bisa di bilang primadona di sekolahnya dan juga ia teman seperjuangan si Nalen-Nalen itu. Entah kenapa, Sisil mendadak bingung harus berbuat apa sekarang, bibirnya sedikit tergagap untuk mengucapkan sesuatu akibat rasa terkejutnya yang masih ia rasakan. Sedangkan Reon hanya tersenyum melihat sikap Sisil yang seperti itu dan tanpa di duga juga, secara tiba-tiba Reon mengacak-ngacak rambut hitam Sisil yang ia biarkan terurai. "Gue lebih suka lihat lo Senyum dari pada kek gini,” Reon kembali membuka suaranya. “Gue turut berduka cita atas meninggalnya Nabil ya. " lagi, Reon tersenyum lebar membuat Sisil diam terpaku menatap mahakarya tuhan yang gak bisa Sisil tolak untuk ia pandang secara dekat seperti ini. Ganteng, bule, popular, bahkan juga dan baik. Siapa sih yang gak suka sama pentolan atau primadona di sekolahan ini. Apalagi Nalen sama Kevin si kalem itu. Seluruh sekolah pasti tau mereka bertiga dan banyak juga cewek yang ngantri buat jadi pacarnya mereka bertiga. Sayangnya mereka bertiga yang terkesan cuek sama cewek jadi susah buat ngegapainya. Tapi sekarang ? dengan adanya Reon tengah mendadak menghampirinya, jelas seluruh murid yang ada dikoridor dan melihat apa yang terjadi barusan melongo tidak percaya. Parahnya, perlakuan Reon yang tiba-tiba menyentuh kepala Sisil juga. Gadis itu menelan ludah dan tersenyum kikuk ke arah Reon. "Mau ke kelas? bareng yuk!" tawarnya. Lagi dan lagi apa yang Reon bicarakan tadi ada di luar perkiraan Sisil, cewek-cewek di koridor menatap sinis dan ada juga menatap iri dan kagum ke arah Sisil dan Reon. Sisil menggeleng "Gak usah kak!" Jawab Sisil cepat, please! Ia tidak suka menjadi bahan sorotan semua orang. Reon yang melihat Sisil seperti yang tidak nyaman akhirnya mengangguk "Yaudah gue duluan, see ya! " ucap Reon sambil melangkah pergi meninggalkan Sisil di koridor. Tapi baru beberapa langkah Reon berbalik ke arah Sisil. “Ada salam dari Nalen Sil" teriaknya di sertai senyuman tipis. Dan pada waktu bersamaan pula beberapa cewek memekik mendengar tuturan Reon. Sisil yakin mereka adalah salah satu fansnya Nalen. For god sake! Kejutan yang tidak pernah Sisil bayangkan, jantungnya semakin berdegup kencang saat mendengar apa yang Reon bilang. Nalen nitip salam kepada Sisil, Nalen nitip salam kepada Sisil. Sisil mengedar pandangannya di koridor. Semua murid disitu menatap Sisil. Sisil sedikit salah tingkah dan memutuskan berlari menuju ke kelasnya. Andai lo disini Bil, pasti lo gak akan pernah nyangka kalau ternyata Kak Reon tau nama lo, apalagi tau kejadian yang menimpa elo batin Sisil dengan bibir yang sedikit terangkat. ----------------------------------- "Hei! gue duduk di sini ya?" Sisil menoleh, dengan polosnya David tersenyum dan langsung duduk sambil menaruh tas hitamnya di atas meja. Sisil terkekeh pelan lalu kembali berbalik ke arah jendela, tempat duduk Sisil memang berdekatan dengan Jendela yang di luarnya adalah lapangan Basket. Sisil tersenyum tipis saat tahu siapa yang sekarang sedang memasuki lapangan sambil mendribble , Nalen. Ya itu Nalen cowok yang ia kagumi, sedang bermain basket dengan ke dua sohibnya itu David yang melihat mimik wajah Sisil yang agak sedikit senang pun melihat ke arah pemandangan yang Sisil lihat. David tersenyum lantas menyenggol lengan Sisil yang membuatt Sisil reflek menoleh ke arah David. “Jadi ceritanya udah mendingan nih suasana hatinya?" Tanya David, Sisil menghela nafas sambil membenarkan posisi duduknya dan setelah itu menoleh ke arah David. "Perasaan gue gak pernah baik setelah meninggalnya kedua orang tua gue, dan kemarin di tambah Nabil yang ninggalin gue ," Sisil menyeringai, menyenderkan punggungnya di bangku "Apa sebentar lagi Kakak gue satu-satunya bakal ninggalin gue juga Dav?" David berdecak pelan, merasa kesal dengan Sisil yang agak kumat kalau ngomong, "Lo ngomong apa sih? suka ngaco gitu," Sisil tersenyum miring " Lo gak lihat kemaren-kemaren yang lalu sikap dia gimana ke gue?” Tanya gadis itu. “Hampir dua tahun gue di abaikan terus, bahkan dia jahat sama gue juga, nganggap gue gak pernah ada, gue tuh seakan-akan di rumah tuh sendirian! Ya kalau Nabil gak ke rumah gue sih, gue ngerasa Sendiri, apalagi sekarang. Semuanya udah hilang Vid," ucapnya, hampir meneteskan satu tetes air mata. David memandang Sisil lantas menggenggam jari –jari Sisil yang ia letakkan di atas meja. "Lo masih punya gue, lo gak usah setakut dan sekhawatir itu kali," David membuka suara, ucapan David membuat Sisil menoleh ke arah David dengan tatapan yang sulit di baca. "Gue gak akan ngebiarin lo sendirian lagi Sil, pegang omongan gue " ucapnya yakin "Waktu lo gak sepenuhnya buat gue Vid,” Sisil berusaha melepaskan genggamannya dari David, tapi dengan cepat David memperkuat genggamanya. "Percaya sama gue, bisa?" mohon David, Sisil menatap manik mata milik David ada rasa keinginan untuk menjaganya. Sisil menghela nafas kemudian Sisil mengangguk " Lo gak bakalan bisa ganttiin posisi Nabil, tapi elo, gue izinin buat ngisi kekosongan gue layaknya Nabil " •••••••••••••
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN