Keinginan David

1787 Kata
Sisil menaruh ponselnya lalu menoleh ke arah David dengan air mata yang sudah mengalir deras, "Kok tiba-tiba nangis sih?" Tanya David khawatir. “Ada masalah ap-“ Tanpa permisi Sisil memeluk David kencang membuat perkataan laki-laki itu terpotong, oh! Dan juga gadis itu menangis tepat di atas pundak David. “Nabil-,” Ucap Joe dengan perkataan di sela-sela nafas yang sedang ia coba untuk Sisil atur sebisa mungkin, “Dia...” Putusnya dengan tangisan yang masih saja terus ia lakukan. "Sil?” Tanya David pelan-pelan dan ia berusaha untuk menenangkannya, “Dia kenapa?”   " Di..Dia, kecelakaan dan katanya Nabil meninggal di tempat,” Sisil kembali menghela nafas panjang, ia mengurangi jarak di antara dirinya dengan David. “Maaf, lancang,” Ucapnya tiba-tiba dengan wajah yang sudah memerah, dan untuk kesekian detik Sisil tersenyum kecil ke arah laki-laki itu, “Nabil ninggalin gue," jelasnya dengan isakan tangis yang membuat David tidak tega. David memegang kedua pundak Sisil dan menariknya untuk melihat wajah Sisil. " Sil lihat gue," Ucap David lembut, sebenarnya ia pun tidak tahu mengapa bersikap seperti ini, seolah-olah dirinya mendapatkan dorongan dari hal yang jelas tidak ia ketahui. Sisil yang masih tetap menunduk dan menangis. Tidak mau menatap David dengan wajah yang seperti ini, sedikit memalukan memang. Tapi apa daya, ia memang tidak bisa menutupi kesedihannya untuk kali ini. " Sil?" kali ini David menarik dagunya untuk menatap ke wajah laki-laki itu. “Gue tahu perlakuan gue sedikit amat tidak sopan, so gue minta maaf bersikap lancang kaya gini,” Jelas David. Lalu David menghela nafas panjang, “Di tinggal seseorang yang kita sayangi untuk selamanya itu memang menyakitkan kok, dan gue tahu gimana perasaan elo sekarang okay," Sisil sedikit terkekeh pelan dan menggelengkan kepalanya. "Lo? Ngerti sama perasaan gue?” Entah kenapa gaya dan nada bicara Sisil tiba-tiba berubah setelah dirinya berhasil mengatur nafasnya yang sedikit agak sesak tadi. Sisil berdesis, “Gak akan pernah ada yang bisa ngertiin perasaan gue selama ini kecuali Nabil Vid!” Gadis itu sedikit menekankan nafanya agar tidak terlalu tinggi, lantas memukul dashboard mobil yang ada di depannya. Terdengar sedikit makian dari mulut Sisil dan David hanya diam melihat kelakuan Sisil yang entah mengapa berubah di setiap menitnya. Sisil menyenderkan tubuhnya, “Dan sekarang ? she's leave me alone!" Sisil menangis lebih kencang, David menghela nafas dan lagi-lagu kembali bersikap seenak jidat kepada Sisil dengan memeluk gadis itu. "Padahal tadi pagi gue masih bercanda sama dia, nyontek ulangan dia, ngomongin elo waktu elo masuk ke kelas kita, dan.... " Sisil tidak bisa melanjutkan perkataanya, karena Sisil masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar sekitar beberapa menit yang lalu. Dunia Sisil benar-benar runtuh sekaligus tidak terarah sekarang. Bayangkan, sewaktu 2 tahun yang lalu kedua orang tuanya juga meninggalkannnya dengan kejadian yang persis terjadi kepada Nabil. Kejadian-kejadian yang di lewati bersama Nabil terus terbayang di pikirannya dan itu membuat Sisil semakin sakit untuk menerima kenyataan. Sisil menoleh ke arah David, "Bisa tolong anterin gue ke rumah Nabil? Gak terlalu jauh dari sini, cuma beda 3 blok dari rumah gue,” Jelas Sisil dengan nada tenang. Lagi-lagi David memandang Sisil heran, sedikit menerka-nerka sikap Sisil yang menurutnya aneh. Sebenaenya David tidak ingin asal menebak sih, tetapi ciri-ciri yang Sisil tunjukan ini benar-benar mengarah ke arah hal itu. Dengan David yang masih menatap ke arah Sisil dan beberapa detik kemudian laki-laki itu langsung menancapkan gas mobilnya untuk pergi ke rumah Nabil. --------------------------------- Sisil kembali terisak melihat tubuh Nabil yang sudah terbaring di ruang tamunya, banyak keluarga dan tetangga yang datang berduka cita dengan kematiannya. Ibunda Nabil menangis meraung-raung saat tahu anak semata wayangnya meninggal akibat kecelakaan, sedangkan ayah Nabil berusaha menangkan dan sesekali berbisik kepada istrinya. Sisil mendekat ke tubuh Nabil yang sudah tidur dengan tenangnya di sana. Mengelus pipi lalu bibir Nabil. Sisil memejamkan matanya dan membayangkan senyum dan canda tawa Nabil yang bisa membuat Sisil melupakan segala masalahnya. Hampir keseluruhan Nabil bisa mengatasi perasaan dan masalah Sisil alami dengan Angga. David dengan sabarnya masih di sebelah Sisil, sesekali mengelus pundak gadis yang baru saja ia kenal. " Bil... " Sisil menarik nafas untuk menahan tangisnya. "Bil, kenapa lo ninggalin gue Sih?“ Suara Sisil bergetar.   "Kenapa bisa lo secepet ini ninggalin gue?  Lo kan udah janji juga sama gue bakalan di samping gue terus apapun yang tejadi dan apapun keadaannya,“ Sisil memejamkan matanya sebentar. “Kayanya gak adik banget kalau lo yang harus pergi duluan, kenapa gak gue aja sih?” Ucap Sisil pada jasad Nabil. Tangannnya masih membelai pipi dingin milik Nabil, "Katanya lo mau ngerubah Bang Angga kaya dulu lagi Bil?“ Sisil sesikit terdiam beberapa detik, kemudian kembali membuka suara. "Bangun yuk Bil, nanti gue sama siapa? " sambungnya singkat. "Lo masa tega sih liat gue sendirian begini? Jahat banget!” "Terus lo tega juga liat gue di cuekin mulu sama bang Angga?“ "Oiya! nanti kalo bang Angga ngejahatin gue lagi siapa yang ngbelaiin gue kalau bukan lo? lo kan tau nyokap sama bokap gue udah gak ada, lo satu-satunya orang yang masih peduli sama gue sekarang,"  Ucap Sisil seakan-akan Nabul masih hidup dan mendengarkan semua ucapan gadis itu. "Bil bangun dong! "Tangis Sisil meledak saat itu juga, David yang benar-benar tidak mampu melihat Sisil menangis pun menuntun Sisil untuk pergi dari situ. David tidak tahu kenapa melihat Sisil hancur seperti ini sama dengan hatinya hancur melihat Sisil. Maka dari itu David memutuskan membawa Sisil keluar dari tempat dan mengantarkannya pulang sekarang juga. “Gue anter pulang ya,” Bisik David tepat di telinga kanan gadis itu. Dan Sisil tidak menjawab ajakan David. ----------------------------------- "Sil?" Panggil David lembut. Sisil terus menatap kosong ke arah depan dan tidak menghiraukan ucapan David. David menghela nafas panjang, selama perjalanan tadi Sisil terus saja diam tanpa membuka suara, tidak seperti tadi. Sisil yang ia baru ketahui, definisi cewek yang sangat cerewet sebelum Sisil menerima berita kalau Nabil meninggal secara mendadak,” "Sil?” David kembali memanggil gadis yang berada di jok sebelahnya. “ Kita udah nyampek," kali ini David memegang pundak Sisil yang membuat Sisil menoleh ke arah David dengan ekpresi datar,di sertai mata sembabnya dan hidung merah gara-gara menangis tadi. Sisil tersenyum kecil lalu menghela nafas "Vid? " panggilnya, David masih tetap menatap Sisil untuk menunggu lanjutan ucapan gadis tersebut. "Mau ikut gue masuk ke rumah?"  David terdiam, “Ya sekedar minum dan bertamu aja kok,” Tambah Sisil lagi. David pun akhirnya menimbang-nimbang apa yang ia dengar barusan. David sebenarnya tidak masalah kalau ia akan pulan malam atau semacamnya. Tapi yang ia pikirkan adalah dia akan terasa canggung kalau akan masuk ke dalam rumah Sisil apalagi kalau ketemu keluarga Sisil. "Gue agak gak enak sama ke- " "Gue gak maksa kok," potong Sisil sambil keluar dari mobil David. David melihat ke arah Sisil yang berjalan menunu rumahnya dan membuka pintu gerbang hitam yang menjulang tinggi. Tanpa pikir panjang akhirnya laki-laki itu keluar dari mobil. "Gue ikut masuk deh," Ucap David tiba-tiba, mendengar suara tersebut Sisil menoleh ke arah David. Dan entah mengapa, ada sedikit perasaan senang yang menyelimuti hati Sisil. Ya sedikit lebih baik tentunya. ------------------------------------- " Rumah lo sepi amat dah!" ucap David sambil mengedarkan pandangannya untuk melihat penjuru rumah Sisil. “Ya emang kek gini suasana rumah gue setiap harinya, hening banget ya?” David mengangguk menyetujui, " Orang tua elo kerja? Apa gimana?" Tanya David yang membuat Sisil memberhentikan langkahnya. David menoleh ke arah Sisil dan menunggu jawaban dari gadis itu. "Mereka udah meninggal kali!" bisik Sisil dengan suara yang bergetar dan itu masih bisa terdengar oleh David. Merasa bodoh sekaligus merasa bersalah David terdiam, sedikit ingin memaki dirinya sendiri dengan kelakuannya barusan. David menghela nafas sebari tersenyum tipis kepada Sisil, "Dan gue pun sekarang paham, kenapa lo sehancur ini saat Nabil meninggal. Semua orang yang elo sayang pergi ninggalin elo,"  "Siapa yang meninggal?" suara bass tiba-tiba masuk ke indera pendengaran mereka berdua dan suar tersebut terdengar dari sudut ruang tamu. David dan Sisil menoleh ke sumber suara tersebut. "Bang, lo udah pulang? " Tanya Sisil, Sisil yakin kalau pun Angga mendengar berita kalau Nabil meninggal ia akan sama hancurnya seperti Sisil, mereka bertiga sudah saling kenal sejak kecil sebenarnya bahkan sangat amat dekat. Dan Angga pun menganggap Nabil seperti adiknya sendiri, tetapi setelah dua tahun orang tua mereka meninggal, entah kenapa laki-laki itu berubah total bahkan sedikit menjauh dari Nabil dan Sisil. Dan juga ia sering bersikap kasar kepada Sisil, seakan-akan kematian kedua orang tua mereka itu atas kesalahan gadis itu. Angga melirik sekilas ke arah David dan menatap kembali ke arah Sisil dengan wajah datarnya. "Siapa yang meninggal ? " David mengulang pertanyaan itu lagi dan mengabaikan pertanyaan Sisil. Sisil menghela nafas, perasaannya masih terasa sakit dengan kejadian beberapa menit yang lalu. "Nabil bang," jawab Sisil pelan, perasaan Sisil yang di alami berlaku terhadap Angga, Angga yang dari tadi memasang wajah Datar dan dingin pun melunak seketika. Ada sedikit air mata yang ingin mendesak keluar dari mata tajamnya itu. Angga segera naik ke atas dan meninggalkan mereka berdua di ruang tamu. Sisil melihat ke arah David dan tersenyum miris, ada satu air mata yang menetes di pipinya. Dengan refleknya David menghapus air mata Sisil. Sisil kembali menangis dan kali ini David memeluk Sisil dan membiarkannya nangis sepuasnya, membiarkan semua emosinya keluar dan membiarkan Sisil larut dengan kesedihannya. "Nangis yang kenceng Sil, keluarin semuanya " ucap David sebari mengelus punggung gadis itu pelan. "Lo bisa hari ini nangis sepuas lo, tapi buat besok, jangan ada air mata yang keluar, okay? " David melepaskan pelukannya dan menangkup kedua pipi Sisil, menatap lekat mata Sisil. "Kita memang baru kenal , dan Gue emang bukan siapa-siapa elo, atau bisa di bilang belum siapa-siapa elo, tapi gue janji gue gak akan ngebiarin elo ngerasa sendirian,“ “Gue akan gantiin posisi Nabil atau gantiin posisi yang kosong di hati elo. Gue tahu perasaan elo. Ditinggal sama orang-orang yang elo sayang. Dan gue tahu persis gimana perasaan itu,” “6 tahun yang lalu gue kehilangan sesosok ibu dan saat ini gue pun bisa ngerasaiin apa yang elo rasaiin,” David menghela nafas, " Jadi.... Izinin gue buat menjadi orang yang lo pakai pulang seperti Nabil ya Sil," Sambung David, Sisil menatap bola mata hitam milik David. Pandangannya seperti di kunci. Perkataan David membuat Sisil merasa lebih baik. Dan Sisil pun tidak mempermasalahkan apa yang David inginkan. Sisil mengakui kalau saat ini dia tidak punya siapa-siapa kecuali Angga. Dan dengan mantapnya Sisil mengangguk pelan. David tersenyum lebar lalu memeluk Sisil kembali.  David tahu mereka baru saling kenal. Tapi perasaan David dan keinginannya untuk menggantikan posisi Nabil itu sangat kuat, David tidak tahu ini perasaan apa, yang pasti David yakin pilihan ini yang terbaik. ••••••••••••••
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN