Bertemu dengan Nalen

1508 Kata
Tepat pukul enam pagi di hari minggu ini, Sisil berlari pelan mengelilingi per-komplekannya. Hari ini hari minggu, tidak! lebih tepatnya hari weekend sih. Sisil memang selalu melakukan jogging pagi di hari liburnya, gak selalu juga tapi kadang-kadang dan mood-moodan, karena sebenarnya Salah satu olah raga favorite Sisil ya cuma joging, yang lainnya tidak, karena Sisil terlalu tidak pandai dalam berolahraga. Sisil hanya melakukan jogging sendirian, karena David saat selesai makan malam kemarin di jemput oleh ayahnya. Ayah dari laki-laki itu sudah pulang dari luar kota dan langsung menjemput David segimana ayahnya masih memakai seragam kantor. Ya David tidak lagi menginap di rumahnya dan tidak menghabiskan cemilannya seperti biasa, dan tentu Sisil bersorak bahagia saat tahu bahwa Om Ardi –ayah David- menjemput malam itu juga. Sisil berhenti, mengeluarkan ponselnya yang tertancap headseat putih yang ia kenakan di kedua telinganya. Jempol Sisil menscrol untuk mengganti lagu. Sesudah itu Sisil memasukan ponselnya kembali ke dalam saku celana olah raganya dan kembali berlari pelan. Sisil bernyanyi melantukan lagu yang di dengar olehnya dan sesekali bersiul pelan mengikuti irama di dalam lagu tersebut. Lagu favoritnya juga yang berjudul The Weight dari Shawn Mendez, yang bisa membuat Sisil tertarik dengan lagu ini adalah dengan lirik yang ada di lagu tersebut, yang bisa terhanyut dengan kesedihan di lagu itu. "Tell me you happier with Him but want me to stay, and you tell me that needed me time, but you push me away .... " Sisil memejamkan matanya saat menyanyikan lirik lagunya, ada rasa sesak di dalam hatinya. Entah mengapa saat itu juga wajah Nalen muncul di pikiran gadis itu, Sisil langsung tersentak, dan menggelengkan kepalanya pelan, “Enggak! Gue harus ngelupaiin dia!" Ucapnya lebih ke diri sendiri. Dan entah kenapa tiba-tiba suara laki-laki terdengar ke indera pendengarannya, "Ngelupaiin siapa hm?" Tanga lelaki itu dengan senyuman tipis di wajahnya, tangannya menempelkan botol air minum dingin ke pipi sebelah kiri Sisil. Sisil kaget? Tentu! dan segera menatap ke arah tersebut. Sewaktu dirinya melihat siapa di hadapannya sekarang, cukup membuat jantungnya kembali berpacu keras dan berdetak tidak karuan. Bentar! Kenapa tiba-tiba ada Nalen di sini? Mendadak banget gak sih? "Kak Nalen?" ujar Sisil tidak percaya, “Kok ada di sini?” Memang rumah Sisil dan Nalen hanya beda beberapa komplek sebenarnya, tapi untuk ketemu tanpa sengaja seperti ini pun jarang, dan ini baru pertama kalinya mereka bertemu dan mengobrol di luar sekolah. Ah ngobrol aja gak pernah! Bisa di bilang sih ini yang pertama kalinya. Nalen tersenyum memperlihatkan gigi putihnya yang membuat ketampanannya makin berlipat saat di pandang gadis yang sedang berdiri di hadapan Nalen, Sisil meneguk ludah. Sialan memang! Dan rencana move on pun rusak! Batin Sisil. "Sendirian?” Tanya Nalen sebari menoleh ke kanan dan ke kiri. Sisil mengangguk kaku, "Iya, gue sendirian,” Jawabnya dengan nada agak pelan. Nalen menaikan sebelah alis matanya heran, lalu tertawa kecil saat kenyadari sikap salah tingkah Sisil,"Kenapa sih? Ngomong sama gue gak usah grogi gitu kali," Tembak Nalen sebari menepukboelan unung kepala gadis itu Sialan! Nalen, bisa gak sih gak usah physical touch sama dia? Itu kan love launguage Sisil! "Sorry, bikin gak nyaman ya? Sorry! Sorry! Kebiasaan m, gampang grogi guenya,” ujar Sisil tidak enak hati sambil terkekeh pelan, rasanya Sisil pengen menghilang dalam sekejap sekarang, dan terbang entah ke mana biar Nalen gak bisa lihat dia untuk sekarang juga. Demi tuhan! Ini memalukan banget. Lagi-lahi Nalen terkekeh, “Its okay Sil, lo santai aja sama gue kek,“ "David mana? Tumben gak sama dia hari ini? Biasanya nempel mulu udah kaya perangko," Ucapnya asal sebari bercanda kecil. "Dia udah balik ke alamnya," Jawab Sisil lagi dengan jawaban sama bercandanya, lagi-lagi Nalen yang peka dengan balasan canda gadis itu hanya tertawa Saat mendengar jawaban Sisil. Namun Sisil mengkerutkan keningnya. Bingung dengan sikap Nalen yang sedikit-sedikit ketawa hari ini, moodnya lagi bagus apa gimana sih! Tumben amat. Ni cowok jadi gila apa, dari tadi ketawa gak jelas mulu ucap Sisil di dalam Hati. Tawa Nalen mereda, lalu menatap setiap inci wajah gadis yang ada di depannya ini. Lantas Nalen tersenyum tipis. "Dari mana? sepedahan?“ Kali ini Siil yang melempar perTanyaan kepada laki-laki itu saat menyadari bahwa Nalen mengenakan sepeda gunung miliknya. Nalen menunjukan kresek yang ia gantungkan di setir sebelah kanan. Kepalanya menggeleng pelan, "Enggak, gue habis beliin bubur ayam buat Nela," "Nela? " Tanya Sisil. "Adek gue," Jawab Nalen pelan. Sisil diam mendengar jawaban Nalen yang membuat detak jantungnya berdegup lagi dua kali lipat lebih cepat seperti biasanya, apalagi perutnya yang seperti dikerubungi seribu kupu-kupu sekarang. Benar ya, pesona Nalen tuh luar biasa hebatnya. Hanya sebatas suara aja Sisil udah meleleh kaya lilin. Duh! Gak bisa Sisil kalau terus-terusan kay begini sama Nalen, spot jantungnya gak bisa di ajak kerja sama soalnya. "Gue pulang duluan ya, adik gue udah nunggu. Oh iya jangan lupa di minum air mineral yang udah gue beliin tadi," pamit Nalen dengan kedua arah mata yang tertuju pada botol air menarl yang sudah di pegang oleh Sisil, tapi sebelum pergi laki-laki itu mengacak-ngacak rambut Sisil yang ia kuncrit kuda. Lalu jarinya turun untuk mencubit pelan hidungnya. "Hati-hati," sambungnya singkay lantas pergi meninggalkan Sisil di tempat yang diam terpaku dengan perlakuan Nalen barusan yang bisa membuat gadis itu semakin meleleh rasanya. Sisil menghela nafas panjang, rasanya ingin berteriak saat menerima perlakuan seperti tadi. Oh! Dan parahnya rencana untuk move on pun sepertinya akan gagal. "Sialan! Gue baper sama sikap noraknya dia," ucap Sisil keki lalu kembali berlari pelan dengan membawa botol minum dari Nalen. Gadis itu akhirnya memutuskan untuk pulang, karena pada dasarnya perasaan Sisil sekarang sudah tidak karuan. Ada senang, sedih, gereget ah semuanya deh. Sisil tidak bisa mendeskripiskan hal ini sekarang karena memang se-berpengaruh itu ternyata Nalen untuk mentalnya sekarang. Tetapi ada satu hal uang membuat Sisil sedih saat berdekatan dengan Nalen tadi adalah waktu kejadian beberapa hari yang lalu, yang melihat Nalen sedang bermesraan dengan wanita cantik nan perfect. ••••••••••••••••••••• “Lo dari mana aja sIh bang? Lama banget beli bubur doang,” Ucap Nela kesal sebari melangkah keluar dari dalam rumah. Nalen yang baru saja selesai memarkirkan sepeda gunungnya Di halaman depan, langsung memberikan satu keresek kepada Nela. “Tadi habis ketemu seseorang,” Celetuk Nalen. Nela mengerutkan keningnya heran, “Habis ketemu siapa?” Tanya Nela dengan nada bingung. “Sisil,“ Jawab Nalen dengan menahan rasa senangnya sekarang. Nela yang mendengar hal itu membelalakan kedua matanya, “HAH!” Hebohnya dan langsung mengIkuti langkah kakak laki-lakinya dan duduk tepat di sebelah tubuhnya. “KOK BISA KETEMU KAK SISIL SIH?” Taanya Nela heboh di sertai nada yang tak kalah heboh juga. Gini nih Nela kalau udah kepo kaya ibu-ibu yang suka ngerumpi, rempong banget! “Ya bisa lah, orang seperumahan,” Jawab Nalen sebari mengganti channel tv yang sudah ia nyalakan. “Serius seperumahan? Kok Nela baru tahu sih?” Ucapnya dengan nada kecewa. “Kok bang Nalen gak pernah ngasih tahu Nela?” “Lah, orang kamu gak pernah nanya ke abang. Udah sono makan buburnya, kalau bukan mama yang nyuruh abang buat beliin bubur kamu juga males banget abang bangun pagi-pagi begini,” Omel Nalen. Nela berdesis, “Ck! Kan abang tahu sendiri Nela gak bisa kalau gak sarapan sama bubur.” Katanya bete. Sebari memakan bubur ayam itu dengan malas. •••••••••••••••••••••••• Pagi ini David dan Ardi (Ayahnya) sedang melakukan sarapan berdua bersama, masih dengan keheningan yang menyelimuti mereka berdua di karenakan mereka sedang fokus dengan menu sarapan yang sedang mereka makan. Ardi Mengambil air mineral dan meminumnya. “Sekolah kamu gimana?“ Tanyanya sebari menatap David. “Aman kan?” David mengangguk, “Aman kok,” “Syukur kalau gitu, berarti ayah gak perlu khawatir untuk masalah sekolah kamu,” Ucap Ardi tenang. “Tapi Dav, yang bikin ayah bingung. Kenapa kali ini kamu berteman sama cewek? Gak kaya biasanya,” David memberhentikan pergerakannya, lalu menatap Ardi dengan ragu. “Sebenarnya banyak kok cowok yang mau temanan sama David,” laki-laki itu mengambil air mineral dan meminumnya cepat. “Tapi ada suatu alasan kenapa David sekarang lebih memilih berteman dengan cewek,” “Sampai nginep ke rumahnya?” Skakmat Ardi. “Ayolah David, ayah pernah muda nak,” Godanya. David menggeleng kepalanya cepat, kenapa ayahnya jadi mendadak sok tau begini sih? Astaga! “Yah, Sisil tuh gimana ya? Dia spesial. Dalam arti kata dia tuh butuh seseorang buat ada di sampingnya di saat semua orang ninggalin dia secara perlahan,” “Maksud kamu?” “Dia punya penyakit mental yah, lebih tepatnya dia di vonis penyakit bipolar selama dua tahun ini,“ Jelas David singkat. Mendengar penjelasan dan pengakuan David akhirnya membuat Ardi paham, kenapa anak tunggalnya ini memilih untuk bersikap protek kepada seseseorang terutama anak gadis itu. •••••••••••••••••••••
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN