Masa lalu David?

1366 Kata
Kevin masuk ke dalam mobil milik Reon, mereka berdua berniat untuk menemui Sisil seperti halnya sepakatan tadi pagi yang mereka buat. Dan kebetulannya lagi, Kevin tidak membawa kendaraan sendiri seperti hari-hari biasa akibat ban mobilnya yang kempes. Terkadang hal yang tidak mengenakan bagi diri kita juga sangat menguntungkan juga kalau di pikir-pikir. Setelah mereka berdua sudah berada di mobil dan Reon sudah mengeluarkan mobilnya dari parkiran sekolah, akhirnya fokus mereka teralihkan secara masing-masing. Dan hanya keheningan yang menyelimuti mereka berdua. Tetapi entah kenapa, setelah beberapa menit mereka berdua diam tanpa ada yang memulai obrolan sedikit pun, Kevin mengingat sesuatu. Lantas menoleh ka arah Reon yang sedang fokus menyetir mobil. “Lo hari ini gak tegur sapa lagi sama Nalen?” Reon diam, ia baru menyadari hal tersebut sekarang. Sebagaimana mereka berdua duduk berdua dan tadi pagi tidak ada obrolan sedikit pun di antara mereka berdua membuat Reon sedikit berpikir. Iya, kayanya hal yang kemarin terlalu berlebihan gak sih? Di mana Reon tidak bisa menyetir dirinya sendiri akibat emosi yang sedang tidak stabil, ini benar-benar bukan dirinya sama sekali. “Nalen gak ngomong sepatah kata pun ke elo?” Ucap Kevin lagi. Reon menggelengkan kepalanya, kedua sorot matanya melirik sekilas ke arah Kevin yang masih menatapnya untuk menunggu jawaban laki-laki itu. “Enggak,” Helaan nafas Reon terdengar. “Gue akuiin, kemarin gue emang salah Kev. Terutama ke Nalen. Gak seharusnya kan gue ngomong hal sensitif ke diia begitu?” Reon menyenderkan kepalanya, “I know that’s his privacy,” Ucapnya yang sedang di landa bersalah. “Gue ngerti,” Kali ini Kevin menjawab, mengalihkan pandangannya dari laki-laki tersebut. “Gue tahu lo gak ada maksud ngomong hal gitu ke dia,” “Tapi lo sadar gak sih? Sebagaimana memang dia suka sama Sisil dan lo maksa dia buat macarin Sisil, sebesar apa cinta dia sama Jeje Re?” Ucap Kevin dan itu mampu membuat Reon menoleh ke arahnya. Hanya sekitar tiga detik, dan setelah itu kembali fokus melihat ke arah jalan raya. “Jeje tuh bagaikan oksigen buat Nalen, dan dia sebenarnya gak bisa jauh sama tuh cewek,” Kevin menoleh ke arah Reon, memandang wajah sahabatnya itu. “Seandainya, Di saat Nalen dan Sisil fine waktu ngejalanin hubungan. Dan tiba-tiba Jeje datang lagi ke kehidupan Nalen, apa gak hancur pendirian temen lo?” Kevin menghela nafas panjang, “Ya gue sih ngasih pandangan ya, kayanya lo juga tahu hal ini deh. Secinta apa dia sama Jeje, gue bener kan?” Reon masih menatap fokus ke arah depannya, sedangkan kepalanya mengangguk setuju dengan ucapan Kevin. “Tapi Kev, gue percaya sama Nalen. Gimana pun dia juga masih sahabat gue,” Kali ini Kevin tertawa lepas mendengar tuturan Reon yang menurut laki-laki itu terdengar konyol di telinganya. Ayolah! Apakah Reon lupa dengan kejadian dua tahun yang lalu? Ah! Lebih tepatnya saat dirinya, Reon, Nalen dan Alice masih bersama-sama kala itu? “Lo lupa sama hal yang terjadi di antara gue, Alice dan Nalen ya Re?” Kevin meredakan tawanya. “Atau memang sengaja pura-pura lupa biar Nalen tetap sama Sisil sebagaimana mungkin Sisil akan tersakiti juga ujung-ujungnya,” “Demi tuhan! Gue masih belum ngerti dengan isi otak lo sampai detik ini Re,” Ucap Kevin gemas. “Ada apa sih sebenarnya? Ada hal serius apa sampai lo beda banget beberapa waktu ini?“ Akhirnya Kevin bisa menceritkan semua apa yang ia pendam selama ini kepada laki-laki itu, menanyakan kepada Reon apa yang terjadi sebenarnya. Lantas Reon menoleh, tersenyum simpul ke arah Kevin yang tengah menatapnya. “Gak ada apa-apa Kev, everything its fine,” Kata Reon. Kevin menatap Reon lamat-lamat, ia benar-benar tidak percaya dengan Reon kali ini. Dan ia menghela nafas panjang. “Gue gak bohong kali ini,“ Ucap Reon memastikan. “Gue cuma pengen lihat Sisil bahagia, itu aja.” Hah! Sepertinya memang sia-sia sekaligus percuma kalau membahas Sisil dengan Reon seperti ini. Tidak akan pernah ada titik terang dan laki-laki itu akan terus berpegang teguh dengan apa yang sudah ia komitmetkan. . . “Jadi Sekarang mau ke mana?“ Tanya David kepada Nalen yang sedari tadi sudah diam dan fokus untuk menyetir mobil. “Ke tempat Sisil,” Jawabnya singkat. “Di mana?“ “Apartemen Citraland,” “Wait, what?!“ David menaikan nada tingginya, laki-laki itu terkejut dengan apa yang baru saja ia dengar dari mulut Nalen. “Sumpah lo! Di apartemen siapa anjir?!” Nalen hanya meringis pelan mendengar nada tinggi David yang menurutnya berlebihan, lalu ia menarik nafas panjang. “Reon,” “HAH! Reon?” Masih dengan nada yang sama dan rasa kekesalan semakin memuncak, laki-laki itu mendengus pelan. “Udah gue duga dia tahu di mana Sisil,“ Kesal Reon. “Sialan! Harus di kasih pelajaran emang tuh cowok sekali-sekali, mentang-mentang dia penyalur bantuan paling besar di sekolahan kita jadi seenaknya gini,“ Nalen menoleh dengan sekilas, “Lo tahu dari mana keluarga Reon yang paling berpengaruh di sekolah gara-gara dia penyumbang yayasan tertinggi?” Tanya Nalen heran Lagi-lagi David berdecak pelan, “Ck! Gak perlu tahu,” Iya sih, kayanya Nalen gak perlu dengan hal ini. Karena bagaimana pun ini hanya urusannya seorang. Mau dia stalking kek apa kek, sepertinya gak semuanya harus tahu akan hal ini kan? Di tambah lagi, rasa emosi David kembali memuncak rasanya sekarang. Tadi pagi gara-gara Angga, sekarang Reon. Tuh anak pikiran dan struktur otaknya lagi kaya gimana sih? Semua orang lagi nyari Sisil kok bisa-bisanya di sembunyiin. Dengan keheningan yang terjadi di antara mereka berdua akhirnya David ingat dengan pertanyaan yang ingin ia tanyakan kepada Nalen, sialam! Gara-gara Reon yang mampu membuatnya terkejut sih, David melupakan satu hal yang menurutnya penting untuk di bahas. “Gue mau nanya beberapa hal,“ Celetuk David tiba-tiba. Nalen hanya diam, ia sengaja membiarkan laki-laki itu untuk melanjutkan ucapannya. Karena jujur Nalen lagi ada di mood yang gak beraturan sekarang. “Gue tahu mungkin lo muak banget untuk bahas hal ini, tapi kayaknya ini perlu banget untuk di bahas setelah gue melihat dengan kepala mata gue sendiri dengan kelakuan lo yang b******k banget sebagai laki-laki,” Lanjut David kesal saat mengingat kejadian beberapa menit yang lalu di mana Nalen melakukan hal brutal dan di luar pikirannya dengan Alice, lebih tepatnya di parkiran. Kek? Are you joking? Please! Itu tempat umum. Dan bagi David ceweknya juga gila banget! “Dav, udah deh. Pikiran gue dan mood gue lag-“ “Tapi ini penting juga buat Sisil bagi gue,” Potong David langsung tanpa mengindahkan dan mengizinkan Nalen untuk melanjutkan ucapannya. “Len, bagi gue Sisil itu berarti banget sekarang,” David menghela nafas panjang, tatapan lurus menatap Nalen yang sedang sibuk sekaligus fokus menyetir. “Dan sejak awal gue tahu, posisi gue bakal kalah sekarang karena sejak saat itu cuma lo yang ada di kepala dia selama ini. Tanpa lo sadari,” “Awalnya gue yakin kok, lo bakal bisa bahagiaiin dia. Sebagaimana gue awalnya ragu, tapi setelah kejadian barusan, gue sedikit mengkhawatirkan Sisil sekarang. Dia salah mencintai orang,” Nalen menghela nafas kasar, “Dav, c’mon! Gue kan udah bilang. Gue kalau udah sayang sama orang gak bakalan sebrengsek itu kok,” Jawab Nalen mantap tanpa memikirkan hal lain yang masih membekas di hatinya. “Lagian, belum tentu juga Sisil bakal nerima gue kalau gue deketin dia sekarang-sekarang ini. Secara, di sisi dia lagi ada Reon dan lo. Jadi kemungkinan Sisil mau nerima gue sekarang itu tipis,” “Jadi lo gak perlu pesimis dulu atau semacamnya,” Jelas Nalen panjang lebar yang mampu membuat David terdiam seribu bahasa dan kembali fokus dengan pikirannya gang bercabang entah ke mana-mana. Lantas saat beberapa detik ia diam dan tidak melanjutkan pembicaraan dengan Nalen kembali, ponsel milik laki-laki itu bergetar. Kemudian tanpa pikir panjang David langsung mangambil ponsel dari saku celananya dan melihat notifikas dengan cepat, karena ia berharap besar bahwa Sisil yang mengirimnya pesan. Tetapi sayang, dugannya salah. Karena yang mengirim pesan itu adalah seseorang yang berada di masa lalu David. Dan itu cukup membuat David terdiam sebari menatap pesan tersebut dengan lama. Bella : Dav, minggu depan. Aku bakal pindah ke surabaya karena aku bakal ikut sama kakek dan nenek sekarang karena masalah itu. Semoga kita bisa bertemu ya! See you soon xx
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN