Petunjuk Alice

1522 Kata
Nalen datang menghampiri David sebagaimana ia hari ini tidak sekolah akibat tubuh remuknya karena di hajar habis-habisan oleh Angga membuat laki-laki itu merasakan nyeri di sekujur tubuhnya semua. Kesal? Oh! Itu pasti! Karena bagaimana pun Angga emang kakak laki-laki yang kurang ajar untuk adiknya sendiri. Ya memang sih bukan urusan David, tapi tetap aja rasanya kesal kalau di ingat-ingat. Dengan Nalen yang langsung masuk tanpa mengetuk pintu sedikit pun ke dalam rumah David dan langsung mencari laki-laki itu ke penjuru ruangan, alhasil kedua sorot matanya melihat David yang sedang berdiam seorang diri di meja makan sebari menikmati sepiring makanan yang sedang ia santap. Tanpa pikir panjang, Nalen langsung menariknya, tanpa memberikan aba-aba sedikit pun kepada laki-laki itu sebagaimana David sudah kebingungan tidak jelas dengan datangnya Nalen secara mendadak. Ya walaupun tadi sempat mengirimnya pesan sih, tetapi kan gak sampek mendadak gini. "Lo kenapa apa sih buru-buru gini, padahal makanan gue belum habis juga,” omel David setelah masuk ke dalam mobil milik Nalen. Nalen diam sebari mendengus pelan, fokusnya teralih ke arah jalan dan menyalakan mobilnya, mengabaikan David yang sudah menunggu jawaban dari laki-laki tersebut. “Lo budeg ya gak jawab gue?” Lanjut David kesal. Kali ini Nalen berdecak, "Ck! Bawel banget lo mau tau Sisil di mana apa engga nih? Gue udah dapet petunjuk soalnya," Jawab Nalen tanpa mengalihkan pandangannya dari jalan raya sedikit pun. Sedangkan David yang mendengarkan hal itu membelalakan kedua kelopak matanya, dengan perasaan gejolak yang amat sangat senang, "Serius lo tahu dia di mana?" Tanya David memastikan. Nalen mengangguk, lalu menoleh ke arah David sekilas. Hanya beberapa detik, "Gue tau, jadi masalah perut lo nanti aja setelah kita nemuiin orang yang tahu di mana Sisil sekarang," potong Nalen sambil melajukan mobilnya ke daerah SMA komplek di Surabaya. Di perjalanan tidak ada yang mengeluarkan sepatah kata sedikit pun yang keluar semenjak Nalen menjawab omongan David secara singkat. Pikiran mereka keduanya bercabang ke mana-mana. Saat mobil Nalen sudah terpampang rapih di parkiran luar sekolah SMA Komplek, Nalen akhirnya keluar dari mobil lalu menyenderkan tubuh ke mobilnya, begitu pun David laki-laki itu ikut keluar dan ikut menyenderkan tubuhnya tepat di sebelah tubuh Nalen. "Kenapa kita di sini?” Tanyanya sebari mengedarkan pandangan ke sekitar. “Mau nemuiin siapa memang?” Nalen hanya menghela nafas, lalu ia mengeluarkan sekotak rokok dari dalam saku celananya, mengambil sebatang dan menyalakan rokok tersebut lantas ia hisap untuk menikmati sebatang rokok itu. Pikiran Nalen kacau. Bagaimana bisa Reon dan Sisil satu apartemen? Dia gak salah dengar kan tadi pagi? Bahkan hari ini Kevin juga akan menemui Sisil? Sialan! Kenapa kesannya jadi pada main petak umpet begini sih mereka? Memangnya kadaan seurgent apa sampai-sampai Sisil untuk bertemu dengan orang lain saja dia tidak mau, dan itu cukup membuat Nalen gelisah selama seharian penuh. BahkanPikirannya amburadul dan berfikir negative terus-terusan,” "Lo nyebat mulu sambil ngelamun gak jelas, Jawab gue anjir!" rengek David setelah dirinya di abaikan hampir lima menit lebih. "Gue kesini buat ketemu Temen gue," Jawabnya dengan helaan nafas panjang, lalu membuang putung rokok yang sudah habis ke sembarang arah. "Temen? Lo punya temen di sini? Sia-" "ALICE!" Teriak Nalen yang berhasil memotong ucapan David dan membuat laki-laki itu terdiam langsung. David menaikan sebelah alis matanya, merasa baru mendengar nama itu di indera pendengarannya, Nalen yang peka dengan kediaman David pun menoleh ke arah laki-laki itu." Dia, sahabat gue, Reon dan mantannya Kevin," David mengangguk mengerti, "Feeling gue .... " ucapan David menggantung. Membuat Nalen menaikan sebelah alis matanya sebari nenatap David dengan tatapan menunggunya. "...lo pernah tidur sama dia dan ngebuat hubungan mereka hancur," Ucapnya Asal sebari bercanda. Badan Nalen menegang. Dan memalingkan wajahnya ke arah gerbang sekolah Alice. David yang sudah tahu sifat Nalen dari Reon pun entah mengapa mempunyai pikiran jika Nalen dan Alice pernah melakukan hal " itu". Ini yang David takutkan, ia hanya takut Sisil menjadi korban kejahatannya Nalen. "Gue bercanda kali Len,” Jawabnya dengan kedua mata yang bisa menilai sikap canggungnya Nalen secara tiba-tiba. “Tapi gue mau memastikan, lo itu sayang kan sama Sisil?" “Ya secara konteks selama ini lo sayang diam-diam sih, bener gak gue?” Sesegera mungkin Nalen kembali memusatkan pengelihatannya ke arah David. Ah Nalen sadar bahwa rivalnya kali ini untuk mendapatkan Sisil itu David. Bukan Reon lagi. David menghela nafas panjang, “Gue memang baru kenal dia, dan juga baru kenal lo. Dalam waktu singkat itu gue udah bisa menilai lo gimana dan Sisil gimana“ Ucapnya tanpa melihat ke arah Nalen sedikit pun. ”Cuma, gue gak mau kalo Sisil rusak di tangan lo dengan kelakuan lo yang jago firlting,” Nalen terkekeh pelan, "Atas dasar apa lo menyimpulkan bahwa gue akan ngerusak orang yang gue sayang bertahun-tahun dalam diam? Di balik sikap gue yang kek gini, gue punya alasan yang besar kali Dav,” Jawab Nalen ketus. Akhirny David diam, ia tidak menjawab. Namun Beberpa menit dalam keheningan, akhirnya murid SMAN 2 surabaya pun keluar dari gerbang sekolah dan mereka pun ada sebagian melangkah ke arah jemputan, dan kekendaraannya masing-masing. Dan detik itu juga mata Nalen menangkap pemandangan gadis yang memiliki rambut bermata hitam legam yang berjalan menuju kemobilnya. Dengan cepat Nalen melangkahkan kakinya kearah gadis tersebut. David yang melihat Nalen pergi dari tempat sesegera mungkin David mengikuti kemana Nalen pergi. "Alice!" teriak Nalen lagi, membuat gadis itu menoleh dan memasang wajah shock saat ia mengetahui siapa yang memanggilnya. Pria yang dua tahun terakhir jnj mampu membuat dirinya seperti seorang p*****r, yang memohon-memohon kepada pria itu bahwa ia ingin barang berharganya di ambil oleh Nalem. Saat tepat di hadapan Alice, indra penciumannya menangkap parfum yang selalu Nalen pakai, bahkan Alice selalu ingat bau badan pria yang ada di hadapannya ini. Tetapi saat Nalen sudah ada di hadapannya, ada seseorang pria asing bagi Alice yang dia di sebelah kanan Nalen. "Gue mau nanya sama lo Al," Ucap Nalen to the point. Alice meneguk ludah, David yang memperhatikan Alice sedari tadi pun bisa menebak bahwa perkataan yang ia lempar kepada Nalen pun itu benar apa adanya, sedangkan Nalen hanya bersikap biasa dan ke lewat datar seperti biasa. Emang ya, dasar buaya. “Lo tahu dan kenal Sisil kan?" Tanya Nalen. DEG! Alice bingung harus menjawab seperti apa sekarang jika Nalen yang bertanya seperti halnya menanyakan seseorang yang baru saja ke pergok mencuri sesuatu. Percayalah Alice bukan tukang bohong yang handal, dan Nalen tahu betul dengan hal itu. Alice bingung , Alice sudah berjanji kepada Sisil bahwa dia tidak akan memberitahukan keberadaanya kepada siapa-siapa, lagi pula Alice pun tidak ke pikiran kalau Nalen akan mendatanginya hanya untuk gadis itu. "Sisil? Lo ngomong apaam deh," Alice berusaha menetralkan suara dan degupan didadanya, baginya Nalen semakin tampan berkali-kali lipat. Apalagi moment di mana mereka melakukan hal " itu " . moment itu bertebangan dipikiran Alice. " I know u so well Lice, tell me where is she!" Alice menggeleng, berusaha mempertahankan apa yang ia sembunyikan. “Apa sih Len, gue gak ngerti sama apa yang lo omongin sekarang,“ Nalen mendecak dan langkahnya pun mendeka keraha Alice, Alice yang tahu dengan gerakan itu mundur beberapa langkah hinga mentok kemobilnya. Kedua tangan Nalen mengunci tubuh Alice, aroma mint yang keluar dari hembusan nafas Nalen membuat Alice menegang. Sialan lo Len! Jangan ngebuat gue jadi luluh kek dulu batinya berteriak. "Lo ga perlu ngelakuin itu Len, gue yakin Sisil kalo ngeliat ini bakalan sakit hati," Celetuk David tiba-tiba. Ucapan David pun menyentuh hati Nalen dan detik itu juga Nalen melangkah mundur dan menatap Alice datar. "Tell Me Alice Keisha Anugrah!" Ucap Nalen penuh dengan penekanan di nada bicaranya. Alice masih meneggang dengan apa yang hampir baru saja terjadi, tapi Alice tidak bisa bohong karena dirinya ingin benar-benar merasakan benda kenyal itu. Alice memejamkan matanya, dia tahu ini adalah hal bodoh yang ia lakukan dulu sekitar 2 tahun yang lalu, Alice ingin terlihat murahan lagi di hadapan laki-laki itu. “Kiss me and I will tell you where is she,” Ucapnya sebari melirik David sekilas. David melotot mendengar syarat dari Alice, sedangkan Nalen tersenyum tipis karena dia tahu apa kelemahan Alice. Dan tanpa fikir panjang Nalen melumat pelan bibir Alice, Alice yang dari tadi menahan keinginananya tersebut mencium Nalen dengan kelewat berburu seperti seseorng yang menahan nafsunya selama bertahun-tahun tetapi baru kesampaian untuk melakukan hal itu. Nalen yang tahu tingkat kenafsuan Alice pun menarik ciumannya, Alice terlihat kecewa dari sorot matanya yang secara tiba-tiba menyudahi ciuman itu secara sepihak. "Its clear right?” Kata Nalen santai, “So, lo Tinggal ngasih tau gue di mana Sisil sekarang, " Alice menghela nafas " Apartemen cirtraland lantai 4 nomer 233 " Seperti sudah mendapatkan informasi di mana Sisil dari Alice, akhirnya tanpa basa basi Nalen dan David pergi meninggalkan Alice. Tapi sebelumnya Nalen menatap Alice, tatapan yang tidak bisa di artikan bagi Alice sama sekali. "Coba deh buka mata lo, jangan jadi bego! Cuma gara-gara nurutin nafsu lo, lo kehilangan orang yang bener-bener tulus sama lo," Jelas Nalen jujur. Dan saat Nalen berbicara seperti itu, Alice yang sadar dengan apa yang ia lakukan barusan pun tibatiba menyesal. Menyesal dengan hal semuanya. Membuat air matta turun dari mata indahnya, “Maafin gue Kev, maafin," Celetuk Alice pada diri sendiri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN