Kenangan Sisil

1006 Kata
"Kamu sakit?" Gadis kecil itu mendongak kearahnya, lalu menggeleng pelan "Aku strong kok Bang," "Ck, ngeles mulu!" "Orang eng- ih Abang ngapain!!" Laki-laki itu terkikik geli mendengar jeritan Sisil karena gendongan tiba-tiba yang di lakukan olehnya. Sisil terus meronta sambil tangannya terkadang mencambak rambut milik laki-laki tersebut. "Sil bisa gak sih ga jambak rambut aku?" "Enggak, selagi abang nurunin aku!" Sisil cemberut, membuat Angga, kakak dari gadis tersebut gemas kepadanya. "Dan abang ga bakalan nurunin kamu kalo udah sampek di rumah," "Abang!!!!" Pekik Sisil, membuat Angga tertawa keras dan berlari menuju ke rumah yang penuh dengan kebahagiaan yang selalu mereka dapatkan setiap harinya. "HAHAHA" ^^^ Tok tok tok Sisil terkesiap mendengar ketukan pintu yang berasal dari luar kamar. Membuat pandangannya jatuh ke arah jam dinding yang sudah menunjukan pukul 06.32 WIB. Lantas Sisil hanya menghela nafas panjang, kebiasaan Bundanya nih bangunin di saat untuk masuk ke sekolah masih panjang. Masih ada beberapa menit untuk bersiap pergi ke sekolah, ya sekitar itu lah. "Sil? Cantik?” Bundanya masih mengetuk pintu pelan, “Sisil, kamu sudah bangun kan sayang?" Ucapnya memastikan. Suara khas wanita masuk ke indera pendengaran Sisil, membuat Sisil akhirnya berdeham untuk menetralkan suara seraknya akibat bangun tidur, "Iya Bun. Tunggu di dapur aja! Sisil lagi siap-siap nih!" Terdengar suara langkah menjauh. Nafas dirinya mulai lega karena Sinta alias Bunda dari Sisil sudah turun ke bawah untuk memperisapkan sarapan pagi. Sisil memejamkan kedua matanya. Bayangan masa-masa lampau selalu mengahantuinya, kebahagiaan yang tidak pernah ingin Sisil lupakan seumur hidup. Terlahir di keluarga harmonis, di keluarga yang berkecukupan, mempunyai kedua orang tua yang sangat menyayanginya. Terutama Angga, kakaknya yang selalu terlihat dan bersikap baik dan sayang kepadanya. Seberuntung itu. Bila boleh jujur, Dia tidak ingin dengan semua bayangan masa lalu yang selalu itu hulang dengan cara sirna begitu saja, hal itu sangatlah berharga untuk di lupakan bukan? dan kadang bisa membuat Sisil bahagia jika mengingat momen-momen bahagia bersama mereka. Ngomong-ngomong, di mana Angga? Setelah Sisil di bangunkan oleh Bunda biasanya kan laki-laki itu selalu datang menghampirinya. Dengan rasa malasnya yang masih menyelimuti gadis tersebut, akhirnya Sisil memilih menarik selimutnya lagi. Memutuskan untuk tidur sekitar beberapa menit dulu, hanya sebentar kok. Bahkan ia juga lupa, bahwa kemarin malam sepupu jauhnya yang dari Jakarta datang ke sini untuk berlibur. Dan Sisil senang dengan kedatangannya. Akhirnya tidak perlu menunggu lama, Angga meraih knop pintu kamar Sisil, kedua matanya melihat adik kecilnya itu yang masih tertidur pulas di kamar miliknya.Dengan Langkahnya mendekat dan duduk di pinggir kasur king size milik Sisil yang berseprai putih. "Sil?" Panggil Angga sebari menarik pelan selimut yang tengah menutupi wajah cantik adikny itu. Lantas tanganya membuka kelopak mata Susil secara paksa, tetapi tetap saja Sisil tak berminat sekaligus tak kunjung membuka kedua kelopak matanya. Angga menghela nafas, merasa kasihan dengan adik perempuanya ini. Dirinya tahu bahwa Sisil baru saja di tolak mentah-mentah oleh gebetannya yang selama ini ia sukai secara diam-diam, sebenarnya ia tidak mengungkapkan perasaan atau semacam yang kalian pikirkan sekarang, hanya saja mantan Gebetannya itu sudah membaca gerak gerik Sisil. Alhasil gebetannya tersebut menjelaskan bahwa ia tidak menyukasi Sisil seperti yang Sisil pikir selama ini, dan ya. Ia hanya sebatas baik secara pertemanan saja, tidak lebih. Seperti yang di pikirkan dan di bayangkan Sisil. "Bang Angga, si kebo belum juga bangun? " Tanya Ari tiba-tiba, sepulu Sisil. Mendengar hal tersebut Angga menoleh ke belakang, terlihat sepupu terkecilnya yang bernama Ari itu muncul di balik pintu, dia baru saja selesai mandi seperti Angga, hanya Sisil yang belum siap sedikit pun untuk berangkat ke sekolah. Angga menggeleng "Bangunin gih atau gak suruh Bunda lagi atau kakak lo si Dani, gue mau panasin mobil,“ Ari mengerutkan keningnya lantas masuk kamar Sisil," Om Burhan udah berangkat ke Miami lagi?“ Tanya Ari sebari melangkahkan kakinya ke arah Angga. "Udah, tadi pagi," “Terus tante Sinta? Kapan?” Tany Ari lagi. “Malam ini sih katanya,“ “Kenapa sih bolak-balik ke negeri orang terus? Ada apaan dah?” Angga menghela nafas, sedikit tidak tahu dengan permasalahan kedua orang tuanya, “Kerjaan mungkin,“ Jawabnya asal. Ari mengangguk "Yaudah lo ke bawah aja, siapin bgye sarapan, Kak Sisil biar gue yang urus, bikinin dia bekel sekolah juga jangan lupa," "Iya! Tahu gue,” Kesal Angga karena di bawelin sama bocah yang umurnya jauh dari umur laki-laki itu. “Jangan lama-lama bangunin dia,” Ari mengangguk mengerti, sebari mengacungkan jempolnya, lantas Angga bangkit dari duduknya tapi sebelumnya mencium kening Sisil. Ari yang berdiri tidak jauh dari mereka hanya tersenyum tipis melihat adik kakak satu ini, merasa senang dengan keluarga yang ia lihat sekarang. Yang selalu diisi dengan kehangatan keluarga. Alasan Ari tidak pernah menyesal sering bermain dengan keluarga mereka ya ini, bikin mental sehat. Bagi Ari sih. Setelah Angga keluar dari kamar Sisil dan turun ke bawah untuk memanasi mobil untuk Angga mengantarkan Sisil sekilah. Akhirnya Adi mendekat ke arah Sisil lalu menggeleng. "Gue punya sodara tapi kebonya naudzubillah banget anjir!" Omelnya pada diri sendiri. Ari memencet hidung mancung Milik Sisil dan di situ juga Sisil langsung kelagapan tidak bisa nafas karena merasa alat pernafasanya tidak berfungsi. "Gue ga mau mati dulu ya Tuhan!!!!" teriak Sisil sambil mengap –mengap berusaha bernafas. "Bangunnn begoooooooo!" Teriak Ari. Sisil menoleh ke sebelah kiri, lalu memincingkan kedua kelopak matanya,"ISHH!!! Lo ya," Suara seraknya terdengar "Mandi gi sono, udah jam berapa ini? Lo mau emang upacara di depan bareng guru-guru?" Celetuk Ari. "Dih! Emangnya lo selalu di omelin nyokap sendiri gara-gara upacara barisannya sama guru," ketus Sisil dan merubah posisinya menjadi duduk. "Bodo amat! Biar hitz" “Hitz karena kemokongan ya ga keren," ucap Sisil yang langsung menjauh dari Ari dan langsung memasuki kamar mandi "Anyinggg!!!!! Gue sumpahin lo mati ya Sil! teriak Ari bercanda, sedangkan Sisil yang ada di kamar mandi tertawa lalu mengeluarkan kepalanya untuk melihat Ari yang duduk di kasur miliknya. "Gak peduli gue mah," Saat Alri mau melangkah mendekat, Sisil langsung menutup pintu keras membuat Alfar terjolak kaget. "Ya Tuhan, gue kok punya sodara kenapa pada sengklek semua gini Sih?” "Heh! Sialan! Gue denger bego’" teriak Sisil tidak terima.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN