Chapter 6

1341 Kata
“Wow. Lihatlah siapa yang datang.” Lucia melepas kacamatanya dan kemudian menatap Lucas yang berdiri dengan jas rapi dan rambut klimis.   “Tuan Lucas Dixie ternyata yang menjemputku.” Lucia kemudian menyerahkan kopernya kepada Lucas.   “Apa Ben sudah berhenti menjadi anak buahmu?” tanya Lucia.   Lucas menatap koper yang kini berada di hadapannya dengan kernyitan kening. Ia mendorong koper itu kembali pada Lucia.   “Bawa sendiri.”   Lucia pun membuka mulutnya karena terkejut. “Hei. Kau ini tidak ada sopan santunnya sedikit pun dengan adikmu ya.”   Lucia memutar bola matanya malas. “Hei, Lucas!”   “Lucas!”   Lucas terus saja melangkah. “Lihatlah. Dia bahkan tidak memelukku setelah tiga tahun tidak bertemu.”   Lucia menatap Lucas tidak menyangka. “Kakak macam apa dia. Hei, Lucas! Mommy akan mengutukmu!”   Lucia pun menghela napas kasar dan langsung menarik kopernya itu dengan langkah cepat.   Ia harus segera menyusul Lucas yang mulai menjauh.   “Bisa-bisanya saudaraku yang tersisa hanya dia,” gumam Lucia kesal.       ------       “Mommy!”   Lucia langsung datang dan memeluk ibunya dengan penuh semangat begitu ia keluar dari mobil.   Amanda pun juga bersemangat memeluk putrinya yang sudah lama tidak ia lihat secara langsung itu. “Astaga, Mommy. Aku sangat merindukan Mommy.”   “Akhirnya kau pulang.”   “Mommy?” Lucas sebenarnya tidak ingin menyela momen bahagia ibu dan adiknya itu. Hanya saja ia harus segera pergi.   “Mommy.”   Amanda melepas pelukannya dengan Lucia dan kemudian menatap Lucas. “Benar juga. Ayo kita segera sarapan bersama. Sudah lama sekali tidak bersama Lucia.” Amanda menarik tangan Lucas berniat untuk mengajaknya masuk.   “Mommy.”   Lucas menahan tangan ibunya dan kemudian menghentikan langkah. Hal itu membuat Amanda mengernyitkan keningnya. ”Ada apa?”   “Aku harus segera pergi.”   Lucia pun menatap kakaknya itu dengan pandangan penuh ketidakpercayaan. ”Hei, Lucas! Aku baru datang dan kau mau langsung pergi begitu saja.”   Lucia kemudian menatap ibunya. “Mommy. Lihatlah anak laki-lakimu ini, dia benar-benar tidak menyayangiku sama sekali!”   Lucas hanya diam termenung memasang ekspresi malasnya. “Kita sarapan sebentar bersama Lucia, ya? Ini masih terlalu pagi. Berangkat sore ke kantor juga tidak masalah. Tidak ada yang bisa memecatmu, Lucas. Ayo kita sarapan bersama dulu.”   Amanda kembali berusaha menarik tangan putranya namun Lucas bertahan.   “Mommy maafkan aku. Aku harus segera pergi ke Texas bersama Dave. Kita akan makan bersama nanti saat pekerjaanku sudah beres. Maafkan aku.”   Lucas kemudian menoleh kepada Lucia.   “Ben akan mengantar dan melayanimu.”     Amanda pun terdiam membisu. “Aku pamit, Mommy.”   Lucas kemudian menatap Lucia. Ia kemudian melenggang pergi begitu saja.   Lucia hanya bisa menatapnya dengan senyuman masam. “Dia masih saja dingin seperti itu setelah bertahun-tahun, Mommy.”   “Tidak apa. Dia pergi bersama Dave.”   Lucia langsung menatap ibunya itu. ”Mommy, ayo!”   Amanda pun tersenyum sumringah. ”Ayo, ayo.”   Keduanya masuk ke dalam rumah dengan penuh semangat.   --------   “Aku sudah berkeliling Eropa tapi aku tidak merasa menemukan satu pun yang cocok, Mom.”   Amanda menganggukkan kepala kemudian menyeruput greentea di hadapannya.   “Tidak papa. Memang cukup sulit. Tapi Mommy sudah bertemu satu orang.”   “Jadi bagaimana dengan gadis itu?” tanya Lucia bersemangat.   “Dave sudah menyelidikinya dan dia setuju.”   Lucia pun menatap ibunya dengan pandangan menyipit. “Mommy yakin Dave dapat dipercaya?” “Tentu saja. Dave lebih sering bersama Lucas jadi tahu dengan baik perempuan seperti apa yang cocok untuk Lucas.”   Lucia pun menganggukkan kepalanya.   “Lagi pula Dave sudah mengawasi gadis itu sejak lama.”   “Benarkah?” tanya Lucia terkejut.   Amanda pun menganggukkan kepalanya. “Kau lupa dia sudah ikut mencari mangsa sejak tiga tahun lalu.” Lucia pun terperangah. “Aaaa..Benar juga.”   Lucia masih ingat dengan baik ketika dirinya akan pergi ke Eropa. Semua orang tahu bahwa ia kuliah di bidang fashion. Akan tetapi yang sebenarnya ia lakukan adalah mencari perempuan yang bisa menaklukan Lucas. Ia mencari di Eropa dan ibunya akan fokus mencari di Amerika. Dave pun berjanji akan membantu misi pencarian ini hingga Lucas bisa menikah lagi.   “Apa Bi Monica sudah memberikan kabar?”   “Dia sudah memberikan begitu banyak daftar perempuan. Tapi Ibu tidak merasa cocok.”   Lucia pun menghela napasnya. Bibi Monica membantu dengan berkeliling Asia.   “Apa kita harus ke Afirka juga, Mom?” tanya Lucia gemas. “Tahan dulu. Kita punya satu perempuan yang Dave rekomendasikan.”   “Benar. Bagimana tentang gadis itu?” tanya Lucia penasaran.   “Ibu pernah bertemu dengannya. Dia sangat cantik, ramah, dan baik. Dia juga menyelamatkan ibu saat kecelakaan. Kau tahu itu, kan?”   Lucia menganggukkan kepalanya. “Aku sangat berterima kasih karena dia menyelamtkan Mommy.”   Amanda menganggukkan kepalanya. “Jadi dimana perempuan itu sekarang?” tanya Lucia.     ------- Ting…   Tok tok…   Callista membuka pintu karena suara ketukan dan bel itu terus berbunti sejak tadi. Ia telah mengintip melalui lubang di pintu. Seorang gadis cantik dengan gaya sangat modis membuatnya mengernyitkan kening.   Begitu pintu terbuka dan menunjukkan Callista. Gadis itu tampak terkejut.   “O jadi begini.”   Gadis itu langsung memajukan langkahnya dan membuat Callista terkejut.   “Kau pasti perempuan ja*lang yang menggoda Dave, kan? Kau apakah saja dia sampai dia tidak mau membalas pesanku!”   Callista sungguh terkejut sehingga ia mundur dan menebarak sofa.   “Maaf, Nona. Aku-aku.” “Apa? Kau sudah ditangkap basah begini. Dimana Dave? Kenapa kau yang membuka pintu!”   Sepertinya gadis ini adalah kekasih Dave. Dia pasti sudah salah sangka.   “Nona. Aku hanya asisten rumah tangga disini.”   “Apa? Jangan berbohong. Asisten di rumah tangga ini hanya BibiLitha. Kau jangan bersandiwara ya! Dimana Dave?”   “Nona, nona! Tuan Dave sedang pergi ke Texas untuk satu minggu.”   “Benar, kan. Bagaimana kau bisa lebih tahu jadwal dia daripada aku. Kau selingkuhannya, kan!”   Callista menghela napasnya. Ia telah dapat menenangkan dirinya kini dari keterkejutan karena serangan teriakan gadis itu.   “Beraninya kau menggoda Dave! Beraninya kau menginjakkan kaki di tempat ini!”   Ia memajukan tubuhnya dan kemudian menatap gadis di hadapannya dengan tajam dan berani. “Nona. Perkenalkan aku Callista Aurora. Anda bisa memanggilku Callista. Aku adalah waitress di restoran Tuan Dave dan baru saja pindah bekerja untuk menjadi asisten di penthouse ini.”   Callista kemudian menarik napasnya sebelum kembali melanjutkan ucapannya. “Aku bekerja untuk menggantikan Bibi Litha yang sudah menua. Tuan Dave memberitahu jadwalnya karena aku tidak perlu berbelanja untuk stok bahan memasak selama satu minggu. Selain itu..”   Callista semakin mendekatkan wajahnya dengan gadis itu. “Aku bukan ja*lang,” bisiknya dengan penuh penekanan.   Gadis itu terlihat terkejut kemudian memundurkan tubuhnya agar berjarak dengan Callista.   Ia kemudian berdehem.   Callista baru sadar bahwa ia baru saja bicara begitu cepat dan seperti mengancam. “Maaf, Nona. Anda pasti ingin bertemu Tuan Dave, tapi beliau sedang ada urusan ke Texas. Aku tidak keberatan untuk menghidangkan. Mau minum apa?” tanya Callista.   Gadis itu pun menarik napas untuk bicara. ”Kau-” “Aku bisa melapor untuk tuduhan pencemaran nama baik karena Nona menuduhku berselingkuh dengan Tuan Dave padahal aku tidak melakukan apapun.”   Gadis itu pun kembali berdehem dan kemudian menyilangkan kedua tangannya di depan da*da.   “Baiklah. Tolong buatkan jus tomat untukku.”   “Persediaan tomat sedang habis, Nona.”   “Kalau begitu jus mangga.” “Maafkan saya, tapi mangga juga tidak ada Nona.”   “Kalau begitu apa yang sebenarnya ada di tempat ini!” Gadis itu menghentak-hentakkan kakinya terlihat merasa sebal.   “Aku akan mengambilkan air mineral. Itu jauh lebih sehat dan lebih baik untuk Nona. Bisa menjaga kesehatan kulit.”   Gadis itu tampak menatap Callista tidak percaya. Callista pun tersenyum ramah. ”Silahkan duduk, Nona. Heels Anda terlalu tinggi. Pasti terasa sangat pegal bila terlalu lama berdiri.” “Apa?”   “Silahkan duduk,” ucap Callista kembali dengan senyuman sopannya.   Callista kemudian membalikkan tubuh berniat pergi ke dapur. Akan tetapi dirinya kembali membalikkan tubuh untuk menatap gadis itu.   “Mohon maaf sebelumnya, Nona. Anda belum memperkenalkan diri.”   Gadis itu menatap Callista kemudian mengangkat satu alisnya. “Panggil saja Lucia.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN