07|| JANGAN PERCAYA ORANG DEWASA

1969 Kata
"Sky," Gadis kecil berkerudung pink memanggilnya dari dari celah pintu. "Untuk apa kau kesini?" tanya Sky dari bangsalnya. "Aku bosan berbaring terus." Ia masuk menghampiri dan duduk di kursi yang biasa di tempat Shoera. "Kau tidak bosan?" tanyanya, bibirnya mengerucut , ia membawa tatapannya berkeliling ruangan Sky. "Bosan, tapi aku harus patuh apa kata Mami kalau ingin cepat sembuh dan pulang."ujar Sky "Untuk apa pulang? Nanti juga bakalan kembali ke tempat ini. " kata gadis itu seraya menggoyangkan bahunya. "Apa maksudmu kembali?" Sky mengernyit bingung. "Ya kita kembali karena sakit kita kambuh. Dokter hanya menyenangkan hati kita. Karena besok atau besoknya kita akan kembali ke tempat ini. Terbaring lemah dan semakin lemah." jelas gadis itu. "Aku tidak akan kembali ke tempat ini seperti kamu." sergah Sky wajahnya marah. "Kenapa kau marah? Aku hanya mengatakan apa yang aku rasakan. Lagi pula orang yang sakit seperti kita tidak akan pernah sembuh." sahutnya melipat kedua lengan di depan dadanya. “Tapi Mami bilang, Sky akan sembuh.” “Bunda juga berkali-kali bilang kalau Julia akan sembuh. tapi, apa? Nyatanya kami kembali ke tempat ini dan lihat kepalaku sampai botak begini." Julia melepas kerudung memperlihatkan kepala botaknya. "percayalah, mereka hanya mencoba menenangkan hati kita." tambahnya. Sky menelan ludah melihat kepala Julia. Gadis itu kembali mengenakan kerudungnya. “A-aku sudah merasa baikan.” lirih Sky. “Itu karena obat yang mengalir deras di tubuhmu.” “Pergilah jangan menggangguku!” sahut Sky jengkel. “Jangan percaya orang dewasa, mereka pintar berbohong. Seperti bunda, dia tersenyum di depanku tapi, saat aku tertidur dia menangis kesakitan.” Ujar Julia dengan suara keras. Sky terdiam tidak menyangkal apa kata gadis itu, karena beberapa kali ia pernah menangkap basah ibunya menangis. “Setelah dokter mengizinkan pulang, aku tidak akan kembali kesini. Aku tidak akan bertemu denganmu.” “Kita lihat saja, seberapa lama kau bertahan di rumahmu.” Gadis memalingkan wajahnya kesal. Ia beranjak dan berjalan menuju pintu. “Saat kau kembali ke tempat ini, aku janji akan menertawakanmu.” katanya sebelum ia benar-benar menghilang di balik pintu. Lagipula orang sakit seperti kita tidak akan pernah sembuh. ucapan gadis itu terngiang di pikirannya membuat Sky terguncang, ia takut lalu turun dari bed tak lupa mengenakan kasut kakinya sebelum meninggalkan tempat itu dan tidak lama kemudian Shoera masuk. Ia tidak menemukan putranya disana. “Sky,” Shoera melepas tas yang menyampir di bahunya, merogoh ponsel dari saku celana. Ia menghubungi Azura. “Sky bersamamu, Zu?” tanyanya setelah gadis disana mengangkat. “Tidak, aku masih bertugas dan belum kesana. Ada apa?” balas Azura di ujung telepon. “Sungguh? Sky tidak ada di kamarnya, Azura,” Shoera panik, bergegas keluar kamar. “Jangan panik, mungkin di kamar sebelah.” ujar Azura menenangkan. “Iya, coba aku periksa kesana.” Sky mengetuk pintu kamar sebelahnya dan mendorong masuk. “Nyonya, Sky ada disini?” tanya Shoera mencari keberadaan putranya disana. “Dia tidak disini,” jawab wanita itu berhenti menyuap makan putrinya.”Mungkin bersama dokternya.” tambahnya. “Baiklah, maaf sudah mengganggu.” Shoera keluar. “Bagaimana?” tanya Azura dari ujung telepon yang masih tersambung. “Dia tidak disana Azura, bagaimana ini? Sebelumnya dia tidak pernah keluar dari kamar tanpa aku dan kamu.” Shoera panik. “Jangan panik,aku coba bantu periksa lewat cctv.” “Kabari aku secepatnya, aku cari Sky di sekitar ini.” Shoera mematikan panggilan tersebut. Bergegas mencari putranya disekitar tempat itu. Memasuki satu persatu ruangan pasien lalu keluar tanpa hasil. Shoera berhenti di depan pintu lift, sekelebat Elang terpikir olehnya. Apa mungkin pria itu datang menemui Sky tanpa sepengetahuannya? Shoera kebingungan, pintu lift terbuka membawa banyak orang. Shoera masuk setelah sebagian penumpang lift keluar. Ia menekan tujuannya lantai dasar. Ponselnya bergetar dalam genggamannya. Lekas ia mengangkat panggilan itu. “Zura, kau temukan dia?” tanyanya panik. “Apa?” Shoera terkejut refleks membesarkan suaranya hingga mencuri perhatian penumpang lift ke arahnya. “baiklah, aku kesana.” katanya kemudian, lalu memutus sambungan telepon. Azura mengatakan Sky berada di taman belakang rumah sakit bersama seorang pria dewasa. Shoera bergegas kesana setelah pintu lift terbuka. “Sky ….”panggilnya, mencari putranya disana. Memeriksa setiap tempat duduk disana. Langkah kakinya terhenti ketika melihat Sky duduk menghadap kolam ikan. Shoera menetralkan nafasnya yang masih terengah-engah. Ia mendekat. “Sky,” panggil Shoera , anak kecil itu menoleh hanya sebentar dan kembali fokus pada ikan-ikan koi di kolam. “Aku memanggil putraku tapi,dia mengabaikannya. Rasanya sangat sedih.” Shoera duduk di samping Sky. Sky membisu. Pandangannya masih ke kolam. “Sky …?” Shoera melirih, meraih bahu Sky menghadapnya. Ia menemukan kesedihan di wajah putranya. “Ada apa sayang?”Selidik Shoera. “Apa ada yang mengganggumu?” tanya Shoera lagi. Sky menggeleng kecil. Shoera tidak percaya, pun wajah sendu bocah tampan itu sangat menjelaskan bahwa sesuatu telah mengganggu suasana hatinya. “Lalu kenapa wajah ini jelek?” tanya Shoera, ia mengusap pipi Sky. Bocah kecil itu hanya berdecak dan kembali menghadap kolam. “Apa Mami menyinggung perasaanmu, sayang?” Sky menggelengkan kepala. “Sky …?” Shoera memelas. Putranya melirik, “Aku bosan di tempat ini dan ingin pulang.”ucapnya sedikit ketus. Shoera berdecak, “Jadi ini masalahnya?” “Pokoknya Sky ingin pulang,” “Kita memang akan pulang,” “Kapan?” teriak Sky menatap ibunya tajam. “Sky ... apa begini cara kamu bicara sama Mami? Hatiku sakit mendengar suara kerasmu." Shoera mengusap dadanya. Sky menunduk, "kapan kita pulang?" ucapnya, kali ini ia melembutkan suaranya. "Sampai dokter memutuskannya.” "Aku tidak mau kembali kesini,”ucapnya. “Tentu saja. Kita tidak perlu kembali lagi kesini.” “Sky sudah sembuh kan, Mi?" “Umm, benar.” Shoera merangkul bahu putranya, mencoba menenangkan dengan cara mengelus rambut Sky. “ada apa Sky? Mami yakin ada hal lain yang membuatmu marah.” tanya Shoera setelah mereka terdiam sesaat. “Julia,”lirihnya. “Ada apa dengannya?” Shoera bertanya dengan kening berkerut. “Julia bilang, orang yang sakit seperti kami tidak akan sembuh.” ujar Sky menyampaikan isi hati yang berhasil menyiksanya. Shoera menelan salivanya yang tercekat di tenggorokan. Rona wajahnya berubah pucat serta jantungnya berdebar kuat. “I-itu tidak benar, Julia hanya bercanda,” ucap Shoera menyakinkan putranya. “Mami tidak bohong kan ?” tanya Sky menatap lekat wajah Shoera. Shoera menggeleng, mengulas senyum di bibirnya. “Mami tidak bohong, Sky pasti sembuh.” ucapnya yakin. Shoera membawa kepala putranya bersandar pada bahunya. Mengusap lembut lengan Sky. “Kau tahu Mami sangat panik saat tidak menemukanmu di kamar.” gumam Shoera. “Maafkan Sky, Mi." “Lain kali jangan pergi tanpa seizin Mami, mengerti?” “Umm,” “Ayo kita balik ke kamar,” “Sebentar lagi, Mi.” “Kau menyukai tempat ini ?” “Hanya tempat ini, aku tidak menyukai kamarku yang bau obat.” “Baiklah, sepuluh menit.” Shoera mencium puncak kepala Sky. Mereka hening menikmati suara air gemericik dari kolam dan hembusan angin menyapa kehangatan tubuh ibu dan anak itu. “Sky,” gumam Shoera memulai obrolan. “Iya,” “Tadi apa ada orang lain disini bersamamu?” tanya Shoera, mengingat ucapan Azura. Shoera menjauhkan kepalanya dari lengan Ibunya dan menatap ibunya. “Aku tidak mengenalnya, tapi paman itu terus-terus memperhatikan aku.” ujar Sky. “dia juga duduk disini.” tambahnya. Shoera berdebar, “Dia mengajakmu bicara?” Sky menggeleng. “Lalu dia pergi kemana?” “Entahlah, dia pergi setelah ponselnya berbunyi.” ucap Sky. Shoera mengangguk, “sayang, ayo kita balik ke kamar. Kamu tidak boleh terlalu lama berada di luar.” ujar Shoera. ia membantu Sky berdiri dan membawanya pergi. *** “Ibunya, Sky,” panggil seorang wanita mengetuk pintu ruang rawat Sky. Shoera berhenti memandangi wajah lelap Sky kemudian bangun untuk membuka pintu. “Nyonya?” Shoera tampak heran melihat Julia dan ibunya berdiri di depan pintu kamar Sky. “Sky tidak apa-apa,kan?”Shoera refleks menolehkan kepala melihat putranya di bangsal. ”Maksudnya?” tanyanya mengernyit. “Tante, aku minta maaf.” Julia menimpali, kepalanya menunduk begitu dalam. Shoera paham apa yang dimaksud Julia, ia mengulas senyum mencubit lembut pipi gadis kecil itu. “Sebelum Sky meninggalkan kamar, Julia bersamanya. Julia bicara tentang sakitnya dan mungkin itu menakuti Sky.” ujar Ibu Julia dengan raut menyesal. Shoera memilih keluar kamar dan menutupnya rapat. Ia menyamakan tingginya dengan Julia. Mengelus pipi tirus gadis kecil itu. “Sky pasti marah karena Julia,”lirihnya. “Tidak, dia keluar kamar karena merasa bosan. Tidak ada hubungannya dengan ucapan kamu.”ujar Shoera. “Beneran tante?” “Umm,masa tante bohong.” “Apa Sky tidur?” “Iya, dia sedang tidur, Julia sudah tidur siang?” tanya Shoera. Julia melihat Ibunya, lalu menggeleng kecil. “Kalau begitu pergilah tidur cantik, nanti setelah bangun tidur Julia bisa bertemu dengan Sky.” ujar Shoera. Gadis kecil itu mengangguk, kemudian berjalan menuju kamarnya. “Dia hanya menyampaikan apa yang dialaminya.” ujar Shoera. “Saat melihat kepanikan anda. Julia baru mengaku kalau dia dari kamar Sky.” ujar Ibunya Julia. Shoera menganggukkan kepalanya. “Jadi benar dia keluar kamar karena ucapan Julia?” tanya wanita itu. “Aku tidak pernah cerita tentang penyakit yang dia derita serius, Nyonya. Jadi saat mendengar ucapan Julia dia sedikit tertekan, tapi sekarang dia tidak apa-apa.” ujar Shoera. Ibu Julia menghela nafas panjang, “maafkan aku, andai aku tidak meninggalkan Julia sendirian di kamar.”sesalnya. Shoera mengambil tangan wanita itu,” tidak apa-apa, seperti yang aku katakan, Julia hanya menyampaikan apa yang dialaminya." Ibunya Julia merasa lega. *** “Kau yakin itu bukan Elang?” tanya Shoera mengenai pria yang bersama Sky di taman. “Sky tidak mengenal Papinya?” Azura balik bertanya “Hah, benar juga. lalu menurutmu siapa?” Shoera makin bingung. Cctv menyorot dari jarak jauh sehingga tidak menampilkan jelas wajah pria itu. “Mungkin keluarga pasien atau pegawai disini.” Azura menyedot es teh nya. “Tapi, Sky bilang pria itu memperhatikan terus menerus.” “Mungkin kagum, Sky tampan.” “Ck, ah kamu.” Shoera menyandarkan punggungnya pada sandaran bangku. Azura terkekeh, “kau sudah dapat kontrakan?” “Astaga.” ucap Shoera. “Kau tahu kenapa pemilik kontrakan mengusirku dari sana?” tanya Shoera memajukan tubuhnya hingga dadanya menyentuh meja. “Kontrakannya mau diratakan." jawab Azura. “Salah. Itu hanya alasan pemilik rumah.” sahut Shoera. “Maksudnya? Dia sengaja mengusirmu?”Azura mengernyit bingung. “Rigel si jahat itu meminta pemilik rumah mengusirku.” “Loh kok bisa?” “Bisa. Dia memberikan tiga puluh juta untuk mengusirku dari sana.” “Tahu dari mana?” “Kata dokter dalam dekat ini Sky sudah bisa pulang, jadi aku mencari kontrakan di daerah itu."ujar Shoera. Azura melepas sedotan dari mulutnya. “kau berniat membawa Sky kesana?” tanya Azura. “Kontrakan di sana masih terjangkau Zura,” “Tapi, Sky butuh tempat nyaman.” “Aku harus bagaimana? Kau tahu sendiri apa yang terjadi denganku." “Bawa dia ke kost aku, walau sempit setidaknya lebih bersih dan nyaman untuk Sky beristirahat.”ujar Azura. Shoera terdiam, memalingkan wajah menyembunyikan matanya yang sudah berkabut. “Shoera, sungguh aku tidak berniat meremehkanmu dengan menampung mu disana. Kau bisa membantuku membayar sewa kost nanti. Sky harus mendapatkan tempat tinggal yang nyaman untuk kesehatannya." "Lalu bagaimana denganmu?" "Aku bisa menginap di mes rumah sakit. Tinggallah di sana sampai kau menemukan tempat yang cocok,” ujar Azura lagi. "Azura ... jangan begini." "Tolong demi Sky," Shoera mengangguk. “terima kasih,”lirihnya. Azura merasakan ponselnya bergetar di saku jas dokternya. Ia merogoh dan melihat Elang menelpon. Azura melihat sebentar Shoera. "Aku tinggal ya, ada telpon dari teman." kata Azura bangun dari duduknya. "Azura," "Umm?" "Terima kasih banyak." ucapnya dengan tulus. Azura mengangguk, ia berjalan menjauh dari kantin rumah sakit lalu menempatkan ponselnya di telinga. "Halo, Elang?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN