08|| MARI KITA AKHIRI HUBUNGAN INI

1283 Kata
Rigel merogoh rokok dari saku celana mengeluarkan sebatang untuk dihisap, menurunkan jendela mobil untuk mengusir asap nikotin yang ia nikmati dari mobilnya. Kening Rigel berkerut dalam menandakan kebingungan. Beberapa jam yang lalu, Rigel tidak sengaja menabrak seorang bocah yang sedang berjalan gontai di lorong rumah sakit dengan kepala tertunduk. “Hei sorry,” ia meminta maaf sembari membantu bocah itu berdiri dan tanpa sengaja mata mereka bertemu. Rigel terpaku menatapnya, melihat sesuatu di wajah bocah itu. Wajah Shoera. Bocah itu sangat mirip dengan wanita yang ingin ditemuinya. Tanpa mengatakan apapun, si bocah pergi meninggalkannya terdiam dalam kertepakuannya. Rigel tersadar dari lamunannya, memutuskan mengejar bocah itu, mengikutinya sampai taman. Rigel membakar sebatang rokok lalu menghisapnya, ia sesekali mencuri pandang pada bocah yang sejak awal menunjukkan wajah sendu. ‘Leukemia’ Rigel mengingat ucapan Aro mengenai anak Shoera. Ia mematikan api rokoknya lalu menjatuhkannya ke tanah. Berjalan menghampiri untuk memastikan kalau bocah itu adalah anak Shoera. Bocah kecil meliriknya malas begitu ia mendaratkan tubuhnya di sisi anak itu. Ia berdehem, merasa amat sangat susah untuk menyapa. Rigel mengusap-usap belakang kepalanya. Tiba-tiba saja kehilangan keberaniannya. Kata yang ingin diucapkannya begitu gengsi keluar dari mulutnya. “Hei bocah kau putranya Shoera?” Tanya Rigel dalam hati. dan ketika ia bergelut pada dirinya sendiri, ponselnya berdering. Rigel mengeluarkan benda pengganggu itu dari dalam saku jasnya. Nama ibunya tertera pada layar, ia berdecak dan menjauh dari bocah untuk menerima panggilan itu. “Halo?” sapa Kalani dari ujung telepon. “Apa? Kenapa begitu rajin menelpon sekarang?” sahutnya ketus. Kalani mendengkus. “Mami mengundang Elsa makan malam di rumah, datang dan jangan terlambat.” Rigel memutus telepon seolah permintaan Ibunya tidak berarti. Ia kembali mendatangi bocah itu, tapi apa yang ingin ia ketahui tentang anak itu akhirnya terjawab lewat Shoera yang kini duduk bersama anak itu. Rigel menarik nafas dalam-dalam, mengurungkan niat menemui Shoera untuk mengkonfirmasi sesuatu. Rigel membawa langkahnya pergi dari tempat itu. Rigel melempar sisa rokoknya keluar mobil. “Jalan, pak. Kita balik ke kantor.” katanya, menaikkan jendela mobil. “Baik, tuan.” *** Saat ini dia berada dalam titik terendah, bahkan untuk mengisi perutnya saja dia harus berpikir dua kali. Aku tidak bisa terus menerus menolongnya dan membuatnya merasa tidak nyaman. Kalau kau berniat memperbaiki hubunganmu dengan Shoera bukankah seharusnya kau berjuang? Elang mengetuk-ngetuk jarinya diatas meja, memikirkan ucapan Azura tentang Shoera beberapa waktu lalu lewat telepon. Ia saat ini berada di ruang kerjanya, menatap kopi di depannya kini mendingin tak tersentuh. Masih jelas dalam ingatannya tentang alasannya pergi dari kehidupan Shoera. Meninggalkan wanita yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama. Malam itu hujan deras mengguyur kota Jakarta, dinginnya menusuk kalbu. Shoera terpaku mendengar pengakuan suaminya yang telah menikah dengan wanita lain. “Apa maksudmu menikah?” Shoera menelengkan telinga mendengar jelas ucapan suaminya. Ragu-ragu Elang menatap Shoera yang sedang menantinya berbicara. “Maaf Sho, aku telah menikah lagi.” akunya kembali. Shoera terbahak menganggap pengakuan Elang hanya lelucon. Memang lelaki ini baru saja kembali dari kota kelahirannya. Menjenguk ibunya yang sedang terbaring di rumah sakit. “Sebenarnya ini tidak lucu tapi, melihat wajahmu yang pucat pasi aku jadi tertawa. Aktingmu sangat mendalami.” Shoera menepuk- nepuk pundak Elang. “Pergilah temui Sky di kamarnya. Dia amat merindukanmu.”katanya di sela-sela tawanya. “Shoera,” Elang menyahuti, suara dan tatapan tajamnya menakuti Shoera. Ini sangat menjengkelkan baginya. Berjam-jam mengumpulkan keberanian untuk mengakui kesalahannya dan wanita ini menganggapnya membual. “Kau dengar? Aku menikah lagi!” tegasnya. Buru-buru merogoh ponsel dari saku celana. Mencari sesuatu disana dan menunjukkannya. Shoera membeku melihat foto pernikahan suaminya dengan wanita lain. “Sho,” suara Elang mengejutkannya dan tanpa sengaja ponsel di tangannya terjatuh ke lantai. “Aku tidak punya pilihan selain memenuhi permintaan Ibuku, Sho.” ucapnya. Menarik tubuh kurus Shoera masuk ke dalam pelukannya. Shoera terbelalak mendengar alasan Elang. Ia mendorong dαda pria itu menjauh darinya. “Kau sudah berjanji akan menjelaskan pernikahan kita pada orang tuamu,” kata Shoera, mengingatkan janji pria itu. “Aku tidak bisa melakukannya Sho, Ibuku sekarat dan satu-satunya keinginan Ibuku melihatku menikah dengan gadis pilihannya.” Jelas Elang. Ia tidak punya kuasa menjelaskan pernikahannya dengan Shoera kepada orang tuanya. Bahwa dirinya sudah menikah dengan Shoera, wanita pilihannya di kota. “Tentu saja kau tidak bisa melakukannya Lang. Karena memang kau sengaja menutupi pernikahan kita terus menerus dari orang tuamu.” Teriak Shoera dengan mata nyalang bercampur geram. “Aku tidak berniat menutupinya, kau tahu sendiri kondisi ibuku yang sakit-sakitan. Bagaimana kalau pengakuanku membunuhnya.” Sahut Elang membela dirinya. Shoera tersenyum kecewa. "Lang apa kau mencintaiku?" "Sangat Shoera." “Kalau begitu, bawa dan kenalkan kami pada Ibu.” Tuntut Shoera. “Aku janji akan akan menjelaskan pernikahan kita tapi, tunggu waktu yang tepat.” Mata Shoera berkilah tajam.“Sekarang!” “Sho!”Elang beranjak dari duduknya, emosinya meledak. “Baiklah,” Shoera menghapus genangan air matanya yang telah luruh membanjiri pipinya. “Maafkan aku Shoera, tolong berikan aku pengertianmu,” mohon Elang, meski egois dengan permintaanya Elang tetap sakit melihat air mata wanita itu tumpah karenanya. “Pengertianku, Elang? Kau sudah mendapatkan itu sejak lama. Aku lelah menunggu keberanianmu bicara tentang pernikahan kita. Aku tidak sanggup menunggu lagi karena aku yakin selamanya kau tidak akan pernah punya keberanian untuk itu. Waktumu habis.” Shoera menahan sesak di dadanya. “Mari kita akhiri hubungan ini .”ujarnya dingin. Elang mendelik, tidak percaya apa yang baru saja di dengar oleh telinganya. “Shoera.” “Kau bisa hidup dengan keluarga barumu.” “Shoera, aku sudah bilang akan mengenal__” “Dan itu tidak akan mengubah apapun Elang. Kau menikah dengan restu Ibumu. Pernikahan kalian sah dimata agama dan negara. Sementara pernikahan kita bukan sesuatu yang berarti. Kita bisa berpisah dengan mudah. Pernikahan kita juga terjadi karena kesalahan.” Shoera menimpali. “Kesalahan katamu? Jadi selama ini kau menganggap pernikahan kita hanya sebuah kesalahan?” Aku mencintaimu Shoera!” Desisnya tajam. “Tapi, kau tidak memperjuangkan kami Elang. Lihatlah, aku menantimu kembali dari sana penuh harap tapi …”Shoera tidak sanggup melanjutkan ucapannya, nada suaranya bergetar. Ia telah dikecewakan suaminya. Suara intercom mengejutkan Elang dari lamunannya. Ia menekan benda itu. “Iya,” jawabnya. “Pak, istri anda datang berkunjung.” kata sekretarisnya di intercom. “Minta dia masuk.” Elang merapikan diri menyambut Vivian, istrinya. *** Makan malam di rumah Kalani berlanjut hening. Di kepala meja ada Kalani dan di dua sisinya terdapat putra dan Elsa, calon menantunya. Mereka menikmati menu makan malam mewah sajian chef bintang lima. “Aku dengar kau dikontrak agensi JYP. “ Kalani memulai obrolan memecah keheningan di antara mereka. Melihat gadis anggun di sisi kirinya. “Oh, iya benar tante.” Elsa melirik pria di hadapannya. Rigel menikmati makan malamnya, tidak tertarik dengan obrolan itu. “Selamat ya sayang. JYP agensi besar dan populer, tante yakin mereka tidak akan rugi merekrut gadis berbakat seperti kamu.” puji Kalani. Elsa merona mendengarnya. “biasa aja tante, Elsa hanya beruntung.” lirihnya merendah, mengunyah makanan nya. Kalani melihat Rigel sibuk menikmati makanannya. “bagaimana pendapatmu, Rigel?” Kalani bertanya pendapat putranya mengenai karir Elsa. Rigel berhenti mengunyah, “ mengenai apa?” Rigel balik bertanya dengan raut bingung. Kalani memasang wajah datar, putranya memang sinting. Bisa bernafas tenang tanpa peduli dengan orang disekitarnya. “Kita sedang membicarakan satu topik dan itu karir Elsa, calon istrimu. Kau tidak menyimak?” tanya Kalana. Rigel tersenyum tipis, “oh.” ucapnya singkat, meraih gelas minumnya dan meneguk hingga tandas. Kalana melongo melihat sikap putranya yang acuh. Tatapannya beralih pada Elsa. Gadis itu tersenyum tipis walau tersirat kecewa di wajahnya untuk Rigel. “Baiklah, kita bahas tentang rencana pernikahan kalian. Siapkan perhatianmu Rigel.”tegas Kalana sedikit kesal. "Setelah makan malam selesai."tegasnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN