LONG NIGHT

1959 Kata
                Pagi – pagi buta , aku terbangun dari tidurku. Mengingat hari ini aku harus kembali bekerja, dan begitujuga dengan Mas Pras. Aku segera mencuci muka kemudian menyiapkan baju yang akan di pakai oleh Mas Pras. Setelah menyiapkan setelan kerja kami. Aku pun mandi, kemudian barulah membangunkan suami ku itu.                 Awalnya ia tidak mau bangun sampai – sampai ia kembali membungkus rapat tubuh nya dengan selimut tebal, tapi ia terus – terusan ku paksa hingga akhirnya ia mau duduk . namun matanya masih di pejamkan.                 “Mas… atuhlah, yuk bangun. Hari ini kamu ada jadwal penerbangan. Gimana ih” Ucapku sambil terus menggoyang – goyangkan badannya yang kekar.                 “Mas…” Panggilku sekali lagi, ia masih memejamkan matanya rapat – rapat.                 “Ih aku tinggal ngantor ya” Ucapku dengan nada yang sedikit mengancam, kemudian Mas Pras membuka matanya, mengusapnya pelan kemudian menarik napas kemudian membuang nya.                 “Aku mandi yaa, jangan ngintip, kalau kamu ngintip ntar kita berdua gak kerja” Ucapnya sembari berjalan menuju kamar mandi yang terletak di sudut ruangan, aku tidak membalas ucapannya karena sedang menenangkan diriku sendiri yang sedang salah tingkah, tentu saja pipi ku kembali memerah hanya karena ucapan suami ku itu.                 Aku tidak ingin berlama – lama. Tidak ingin terlambat pergi ke kantor. Mana setelah ini, aku harus menyiapkan sarapan juga untuk aku dan mas Pras. Waktu nya akan terbilang singkat.                 “Mas, aku mau bikin sarapan, Mas Pras mau dibawain bekal juga ga?” Tanyaku tepat berada di depan kamar mandi, suami ku itu tidak menjawab. Namun tiba – tiba pintu kamar mandi terbuka, menampilkan tubuh Mas Pras yang hanya dibalut dengan sebuah handuk tipis yang ada pada pinggang nya.                 “Mau dua – dua nya” Ucap Mas Pras sambil menatapku sekilas, kemudian melewatiku sembari menggosok – gosokan handuk di rambut nya yang basah. Jantung ku kembali berdetak tidak karuan, bisa – bisa nya ia keluar dari kamar mandi sembari memandangku dengan tatapan tajam nya. Apa dia tidak kasihan dengan jantungku?                 Aku keluar dari kamar karena ia akan bersiap – siap, sembari menunggu Mas Pras menyelesaikan kegiatannya, aku membuatkannya sarapan pagi sekaligus untuk bekalnya. Apa ia terbiasa membawa bekal? Apa tidak apa membuatkannya bekal? Apa tidak seperti anak kecil? Banyak pertanyaan – pertanyaan di kepalaku yang sebenarnya segan untuk kutanyakan kepadanya. Entahlah, padahal sekarang ia sudah berstatus sebagai suami ku. PRASETYO POV             Subuh – subuh begini, aku di bangunkan oleh Kinan. Tetesan basah rambutnya mengenai wajahku ketika ia membangunkan ku. Aku sebenarnya sudah bisa bangun, hanya saja mata ku menolak untuk terbuka. Mungkin karena efek kelelahan kemarin. Wajar lah masih jetlag. Beberapa kali ia berusaha membangunkan ku hingga menarik ku sampai terduduk. Lucu juga istriku ini.                 “Mas… atuhlah, yuk bangun. Hari ini kamu ada jadwal penerbangan. Gimana ih” Ucap Kinan sambil terus menggoyang – goyangkan badan ku.                 “Mas…” Panggil nya sekali lagi, aku masih memejamkan mata rapat – rapat. Demi apapun, mata ku terlalu berat untuk ku buka.                 “Ih aku tinggal ngantor ya” Ucap nya dengan nada yang sedikit mengancam, kemudian aku buru – buru membuka mata ku, melihatnya yang masih di lilit dengan jubah mandi berwarna putih. Cantik… dan, sexy. Aku hampir saja kehilangan kesadaranku, aku ingin sekali memeluk nya, namun aku belum bisa sejauh itu.                 “Aku mandi yaa, jangan ngintip, kalau kamu ngintip ntar kita berdua gak kerja” Ucapku dengan nada bercanda, aku berjalan menuju kamar mandi yang terletak di sudut ruangan sembari menyambar handuk kecil ku. Kinan terdengar diam saja, hingga aku hampir selesai mandi, barulah suaranya terdengar.                 “Mas, aku mau bikin sarapan, Mas Pras mau dibawain bekal juga ga?” Tanya nya, aku buru  buru memakai handuk ku kemudian membuka pintu kamar mandi. Mata nya tidak bisa bohong, ia nampak begitu kaget melihatku seperti ini, namun aku cuek saja. Toh nanti juga dia akan lihat semua nya.                 “Dua – dua nya” Jawab ku, Kinan hanya mengangguk kemudian ia keluar dari kamar sementara aku bersiap – siap. Setelah aku sudah rapi , aku mengambil barang – barang yang akan ku bawa, kemudian aku menghampiri Areta yang sedang sibuk dengan makanan nya.                 “Mas” Ucap nya ketika ia melihat ku Aku mendekati nya                 “Coba liat deh telur kamu ada berapa” ucap nya tanpa memandangkku, ia terus mengaduk-aduk sesuatu di sebuah panci. Tapi Kinan… Pertanyaannya begitu ambigu. Maksudnya apasih?                 “Ada berapa mas telurnya?” Tanya Kinan sekali lagi                 “Ada… dua” Jawabku ragu – ragu.                 “Mana coba sini mas” Ucap Kinan dengan santai nya tanpa menatap ke arah ku, padahal aku sedari tadi sudah memerah karena pertanyaan ambigu nya.  Ini dia mau liat telur yang mana sih?                 “Mas , di kulkas coba cek” Sambung nya, aku tersadar, bukan telur itu yang Kinan maksud.                 Aku segera berjalan menuju Kulkas kemudian mengecek, sisa telur ada berapa. Dan s**t… ternyata telurnya gak ada sama sekali. Bagaimana ini?                 “Mana mas?” Tanya Kinan                 “Gak ada nan” Jawabku                 “Yang tadi katanya ada dua?”                 “Hah , engga”                 “Hmm yaudah gak usah pakai telor aja kalau gitu. Nanti deh weekend kita belanja bulanan. Atau kalau bisa ntar sore , balik kerja aku belanja” Ucap Kinan, aku setengah mati menahan tawa ku karena hal gila yang aku pikirkan. Apa – apaan aku ini, masih pagi sudah berpikiran aneh – aneh.                 Setelahnya kami berdua pun sarapan, aku dengan cepat melahap makanan yang di buatkan oleh istri ku itu. mengingat jadwal nya pagi, aku harus mengantarkannya ke kantor dan barulah aku akan ke bandara.                 “Udah?” Tanya ku kepada Kinan, ia menatapku dengan heran                 “Udah… mas mau apa?” Tanya nya, oh seperti nya ia belum tau kalau aku akan mengantar nya menuju kantor.                 “Mau anter kamu, kenapa?” Jawab ku                 “Hmmm, nanti mas telat, gimana?” Tanya nya dengan raut muka yang begitu lucu, andai saja , andai saja ia telah membalas cinta ku. Mungkin ia sudah habis ku gigiti karena ia begitu menggemaskan.                 “Enggak, Kinan. Yaudah yuk” Ucapku sembari menarik tangannya menuju mobil. Ia diam saja mengikuti perintah ku.                 Setelah mengantarkan Kinan menuju kantor nya, aku segera berangkat menuju Bandara. Ya semoga saja tidak telat. ***** KINAN POV             Aku masuk ke dalam kantor ku dan di sambut hangat oleh para teman – teman, mereka semua meledekku sembari tertawa, aku sendiri juga tidak bisa menahan senyum ku ketika mereka semua meledek ku.                 “Ciee pengantin baru, muka nya seger amat nih”                 “Gimana nan? Manteb gak mas pilot?”                 “Ponakan dong naaannn”                 “Cieee, asik banget yaa yang udah punya guling pribadi”                 “Nan kalau bulan depan, udah bisa jadi gak keponakannya?”                 Mereka semua berceloteh sembari menggodaku. Aku hanya tersenyum malu – malu sembari melewati mereka, rasanya aku tidak tahu harus membala ucapan mereka seperti apa. saat jam makan siang, aku memilih untuk tetap berada di ruangan ku saja, rasanya terlalu malu jika saat ini aku harus muncul di hadapan teman – teman ku. Mereka sudah pasti akan terus meledek ku hingga pipi ku memerah. Apalagi jika mereka membahas perihal anak. Ingin sekali ku beritahu mereka bahwa sejauh ini kami masih sejauh berpelukan, selebih nya kami masih begitu sama – sama polos.                 Tak di sangka semua teman – teman dekat ku, datang ke ruangan ku dengan berbagai makanan di tangan mereka masing – masing. Aku nampak kaget saat melihat mereka datang dengan raut muka yang begitu bahagai, mereka datang dengan senyum yang tak lepas dari wajah mereka. Ahh dasar, mereka jahil.                 “Ngapain atuh kesini? Kenapa gak makan di bawah aja?” Tanya ku sembari merapikan dokumen – dokumen yang berserakan di meja                 “Dih, emang gak boleh nih kita nyamperin pengantin baru?” Tanya Salsa, sembari memasang raut muka yang seakan – akan sedih Aku tertawa melihat ekspresi nya yang begitu lucu                 “Iya boleh – boleh” Jawab ku, akhirnya mereka duduk kemudian mengeluarkan makanan mereka satu per satu, jika di lihat – lihat kami ini seperti piknik di tengah padat nya kesibukan di kantor.                 “Jadi gimana nih nan? Ceritain dong rasanya jadi pengantin baruuu” Ucap Caca sembari terus mengunyah makanannya                 “Gak gimana – gimana” jawab ku dengan jujur, seketika mereka semua memasang raut muka yang seakan – akan tidak percaya                 “Masa? Belom bikin dede bayi apa?” Tanya mereka semua secara bergantian Aku menggeleng                 “Kok bisa? Mas Pras gak ada pergerakan apa gitu? Mancing – mancing kamu atau apa kek, kebalik, kamu yang mancing – mancing dia” Tanya Caca yang nampak amat gemas dengan ku dan juga Mas Pras Aku lagi – lagi menggeleng pelan                 “Ihhh kok bisaa?”                 “Ya bisa”                 “Pancing atuhlah, gimana mau punya anak kalau kalian aja ga bikin. Gimana anaknya mau jadiii? Dikira bikin anak tinggal download aja kali ya” Celetuk Tasya, aku terkekeh pelan, merasa lucu dengan apa yang baru saja ia ucapkan.                 “Mau di ajarin gaak?” Tanya Tasya, aku diam namun segera mengangguk pelan. Di antara kami ber empat, yang baru menikah hanya aku dan Tasya sementara Caca dan Salsa, mereka masih betah dengan status jomblo mereka. Bukan karena mereka tidak cantik, mereka hanya sibuk dengan pekerjaan mereka yang selalu saja menguras waktu.                 Tasya mulai memberitahu ku, sementara Caca dan Salsa yang mendengarnya hanya cekikikan karena mendengar apa yang di beritahukan oleh Tasya, aku mengangguk tiap kali setiap poin yang diberitahukan Tasya telah selesai ku dengarkan. Tak lama setelah Tasya memberiku wejangan , waktu makan siang pun habis. Mereka membereskan sisa makanan mereka kemudian pamit untuk kembali ke ruangan mereka masing – masing.                 “Jadi ngerti ya nan?” Tanya Tasya sekali lagi Aku mengangguk                 “Beres” Jawabku sembari mengacungkan kedua jempol ku.                 “Kalau gak mempan, waduh, patut di pertanyakan tuh suami mu” Ucap Tasya sembari menutup pintu ruanganku, sementara aku hanya tertawa pelan. Mana mungkin Mas Pras tidak normal. Ada – ada saja Tasya itu. *****                 Sepulang kerja, aku langsung membaringkan tubuh ku di ranjang, entah Mas Pras akan sampai di rumah jam berapa, sebab sejak tadi aku telfon ia tidak mengangkat nya. Aku lelah sekali, sangking lelah nya, aku tidak sempat singgah membeli bahan – bahan makanan untuk Mas Pras. Aku memejamkan mata ku sebentar, berusaha menghilangkan penat yang seperti nya sedang menggerogiti tubuh ku.                 Setelah beristirahat kurang lebih setengah jam, aku memutuskan untuk mandi, tidak lucu juga kalau suami ku pulang bekerja sementara aku masih dalam keadaan yang bau keringat, aku berjalan menuju kamar mandi dan tak lupa menyambar handuk ku yang tergantung rapih di gantungan handuk , persis di samping pintu kamar mandi.                 Beberapa menit sebelum aku menyelesaikan mandi ku, terdengar suara pintu yang terbuka. Aku pastikan itu adalah Mas Pras. Siapa lagi yang tahu kode kuncu kamar kami, selain kami berdua. Aku buru – buru menyelesaikan mandi ku, kemudian aku akan menyambut nya.                 “Mas, udah dat-” Ucapanku terhenti ketika melihat Mas Pras berjalan ke arahku dengan keadaan setengah telanjang                 “Kangen” Ucap nya sembari memeluk ku, aku lantas kaget, sebab kami berdua berpelukan dengan keadaan tubuh yang hampir telanjang, Mas Pras menenggelamkan wajah nya di leherku, menghirup wangi sabun yang masih menempel pada setiap inci tubuh ku.                 “Mandi dulu atuh mas” Jawab ku sembari membalas pelukannya, rasanya kenapa senyaman ini?                 “Iya nanti” Jawab nya, ia semakin mengeratkan pelukannya, hingga aku sedikit merasa sesak karenanya                 Lama – lama kami berpelukan Mas Pras sudah mulai berani mencium ku, mencium pipi, kemudian turun ke bibir ku. Aku sedikit kaget karena aku benar – benar tidak tahu cara berciuman. Setelahnya, ia pelan – pelan mendorongku menuju kasur, menjatuhkan ku di atas benda empuk itu, jantung ku benar – benar berdetak tidak karuan saat ini. Sekali lagi mas Pras menciumku kemudian melepaskan handuk yang sejak tadi menutupi seluruh tubuh ku.                 “Tonight, gonna be a long night” Bisik nya tepat di telingaku sehingga aku merasa kegelian karenanya                                                                                                                                                                            
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN