TELUR

1618 Kata
                Aku bangun lebih dulu dari Mas Pras, kebetulan sedang hari senin, dan ini adalah hari terakhir dari serangkaian hari cuti ku. Aku melihat jadwal penerbangan Mas Pras di atas meja rias ku yang entah kapan ia simpan di sana, aku memeriksanya dengan teliti, menghitung hari apa saja ia akan meninggalkan ku sendirian.                 “Selasa, Rabu , Kamis. Oh ini pulang pergi, jadi gak nginep. Hmmm ini ada yang nginep nih tapi masih dua minggu lagi. Yaudah” Ucapku kepada diriku sendiri. Tiba – tiba aku merasakan hembusan napas seseorang di leherku, aku tentu saja terlonjak kaget, namun segera kusadari bahwa si pemilik napas tersebut adalah suamiku sendiri. Ia bangun kemudian berjalan ke arahku, menyimpan dagu nya di atas bahu ku.                 “Eh… mas udah bangun” Ucapku, kemudian aku membalikan badan, dan menatapnya.                 “Sarapan bubur yuk nan di luar” Ucap mas Pras yang kuhadiahi anggukan kecil, aku segera mengganti baju ku dengan yang lebih sopan setelah itu mengambil dompet ku                 “Yuk” Ucapku saat telah selesai, Mas Pras mengangguk, kemudian mengikuti ku dari belakang. Sebenarnya aku sendiri cukup heran, mengapa Mas Pras membawa mobil padahal setahuku di sekitaran sini ada banyak tempat makan yang bisa kami kunjungi. Tidak perlu pakai mobil pun jadi, tapi entahlah, mungkin ia ingin pergi ke tempat yang sedikit lebih jauh.                 Aku masuk ke dalam mobil, duduk manis di kursi samping kursi kemudi. Sementara Mas Pras menyusul setelahku. Ia nampak tampan dengan baju kaos hitam beserta celana pendek yang terlihat sangat pas di badan nya. Cukup terlihat sederhana di tambah dengan sendal jepit hitam nya, tak lupa topi yang juga berwarna hitam semakin membuatnya terlihat tampan. Warna gelap yang ia pakai kontras dengan kulit putih nya, di tambah harum wangi dari parfume yang ia pakai semakin menambah aura ketampanannya.                 “Gak mau lirik – lirik lagi nan?” Tanya Mas Pras tanpa menatapku, ia terlihat tersenyum kecil sambil menatap jalanan di depannya.                 “Ih engga mas, PD banget ih” Jawab ku sambil memalingkan wajah. Semalam aku harus menahan malu sendiri hingga tidur karena kedapatan menatap wajah nya diam – diam.                 Mas Pras membawaku ke suatu tempat yang dekat namun kami harus melewati jalanan sempit, tempat nya cukup bagus, ada danau buatan di tambah dengan rerumputan hijau yang cukup menyegarkan mata. Di sana juga ada banyak penjual makanan yang berkeliling melingkari danau buatan, sehingga para pengunjung seperti ku dengan mas Pras bisa duduk di pinggiran danau, menikmati udara pagi yang masih sejuk.                 Sesampainya kami di sana, kami langsung memesan makanan, kemudian duduk di sebuah karpet yang tersedia di pinggiran danau. Terkesan seperti piknik di pagi hari. Mas terlihat diam , menatap tenang nya air danau dan beberapa anak – anak yang tertawa girang , berlarian kesana kemari dengan gelak tawa mereka yang seperti bersahut – sahutan dengan kicauan burung di pagi hari. Mas Pras terlihat beberapa kali tertawa melihat tingkah lucu anak – anak tersebut. Oh iya, di balik dinginnya Mas Pras, ia juga terkenal dengan hangat nya kepada anak kecil. Di kampung , jika ia sesekali pulang. Biasanya jika hari sudah sore, ia akan terlihat bermain bersama dengan anak kecil di lapangan. Di temani oleh para gadis yang sudah mengagumi nya sejak dulu.                 “Lucu ya nan” Ucap Mas Pras Aku menoleh ke arah nya                 “Lucu apanya mas?” Tanyaku Ia menunjuk anak – anak tersebut dengan dagu nya “Mereka lucu”                 “Iya lucu” Jawabku                 “Gak mau bikin?” Tanya Mas Pras yang sukses membuatku kaget hingga tersedak dengan bubur yang ku makan.                 “UHUUKKK UHUKKKKK” Mas Pras panik, seketika ia menyodorkan ku segelas air mineral, sembari mengelus – elus punggungku lembut, aku mengambil air yang di berikan oleh Mas Pras, kemudian menegak nya hingga habis.                 “Pelan – pelan nan minum nya” Ucap Mas Pras yang belum sanggup ku tanggapi karena sibuk menenangkan diriku yang masih kaget. Ingin sekali ku memberitahunya bahwa aku tidak tersedak, melainkan aku kaget mendengarnya berbicara perihal anak. Ya siapa juga yang tidak mau anak, tapi hanya saja aku begitu malu untuk memintanya terlebih dahulu. Lagian apa susahnya sih bergerak duluan, lagipula aku tidak akan menolak kok.                 “Mau minum lagi?” Tanya nya, aku hanya menggeleng cepat. Kemudian menarik napas dalam – dalam.                 “Mas sih, nanya nya bikin aku kaget” Jawabku yang seketika membuatnya tertawa keras hingga orang – orang menatap kami dengan tatapan aneh.                 “Gak mau ya?” Tanya nya, aku membalasnya dengan tatapan tajam.                 “Masa gak mau sih mas, ih semua orang ditanya mau punya anak apa engga, ya pasti mau atuh” Ia tersenyum – senyum sendiri, kemudian kembali melanjutkan makannya sembari menatap anak – anak tadi, lagi.                 “Nanti di bikin ya” Ucap nya tanpa menatap mataku. Aku hanya diam saja, terserahlah , suami nya kan kamu mas, aku mah ngikut aja. *****                 Pagi – pagi buta , aku terbangun dari tidurku. Mengingat hari ini aku harus kembali bekerja, dan begitujuga dengan Mas Pras. Aku segera mencuci muka kemudian menyiapkan baju yang akan di pakai oleh Mas Pras. Setelah menyiapkan setelan kerja kami. Aku pun mandi, kemudian barulah membangunkan suami ku itu.                 Awalnya ia tidak mau bangun sampai – sampai ia kembali membungkus rapat tubuh nya dengan selimut tebal, tapi ia terus – terusan ku paksa hingga akhirnya ia mau duduk . namun matanya masih di pejamkan.                 “Mas… atuhlah, yuk bangun. Hari ini kamu ada jadwal penerbangan. Gimana ih” Ucapku sambil terus menggoyang – goyangkan badannya yang kekar.                 “Mas…” Panggilku sekali lagi, ia masih memejamkan matanya rapat – rapat.                 “Ih aku tinggal ngantor ya” Ucapku dengan nada yang sedikit mengancam, kemudian Mas Pras membuka matanya, mengusapnya pelan kemudian menarik napas kemudian membuang nya.                 “Aku mandi yaa, jangan ngintip, kalau kamu ngintip ntar kita berdua gak kerja” Ucapnya sembari berjalan menuju kamar mandi yang terletak di sudut ruangan, aku tidak membalas ucapannya karena sedang menenangkan diriku sendiri yang sedang salah tingkah, tentu saja pipi ku kembali memerah hanya karena ucapan suami ku itu.                 Aku tidak ingin berlama – lama. Tidak ingin terlambat pergi ke kantor. Mana setelah ini, aku harus menyiapkan sarapan juga untuk aku dan mas Pras. Waktu nya akan terbilang singkat.                 “Mas, aku mau bikin sarapan, Mas Pras mau dibawain bekal juga ga?” Tanyaku tepat berada di depan kamar mandi, suami ku itu tidak menjawab. Namun tiba – tiba pintu kamar mandi terbuka, menampilkan tubuh Mas Pras yang hanya dibalut dengan sebuah handuk tipis yang ada pada pinggang nya.                 “Mau dua – dua nya” Ucap Mas Pras sambil menatapku sekilas, kemudian melewatiku sembari menggosok – gosokan handuk di rambut nya yang basah. Jantung ku kembali berdetak tidak karuan, bisa – bisa nya ia keluar dari kamar mandi sembari memandangku dengan tatapan tajam nya. Apa dia tidak kasihan dengan jantungku?                 Aku keluar dari kamar karena ia akan bersiap – siap, sembari menunggu Mas Pras menyelesaikan kegiatannya, aku membuatkannya sarapan pagi sekaligus untuk bekalnya. Apa ia terbiasa membawa bekal? Apa tidak apa membuatkannya bekal? Apa tidak seperti anak kecil? Banyak pertanyaan – pertanyaan di kepalaku yang sebenarnya segan untuk kutanyakan kepadanya. Entahlah, padahal sekarang ia sudah berstatus sebagai suami ku. PRASETYO POV             Subuh – subuh begini, aku di bangunkan oleh Kinan. Tetesan basah rambutnya mengenai wajahku ketika ia membangunkan ku. Aku sebenarnya sudah bisa bangun, hanya saja mata ku menolak untuk terbuka. Mungkin karena efek kelelahan kemarin. Wajar lah masih jetlag. Beberapa kali ia berusaha membangunkan ku hingga menarik ku sampai terduduk. Lucu juga istriku ini.                 “Mas… atuhlah, yuk bangun. Hari ini kamu ada jadwal penerbangan. Gimana ih” Ucap Kinan sambil terus menggoyang – goyangkan badan ku.                 “Mas…” Panggil nya sekali lagi, aku masih memejamkan mata rapat – rapat. Demi apapun, mata ku terlalu berat untuk ku buka.                 “Ih aku tinggal ngantor ya” Ucap nya dengan nada yang sedikit mengancam, kemudian aku buru – buru membuka mata ku, melihatnya yang masih di lilit dengan jubah mandi berwarna putih. Cantik… dan, sexy. Aku hampir saja kehilangan kesadaranku, aku ingin sekali memeluk nya, namun aku belum bisa sejauh itu.                 “Aku mandi yaa, jangan ngintip, kalau kamu ngintip ntar kita berdua gak kerja” Ucapku dengan nada bercanda, aku berjalan menuju kamar mandi yang terletak di sudut ruangan sembari menyambar handuk kecil ku. Kinan terdengar diam saja, hingga aku hampir selesai mandi, barulah suaranya terdengar.                 “Mas, aku mau bikin sarapan, Mas Pras mau dibawain bekal juga ga?” Tanya nya, aku buru  buru memakai handuk ku kemudian membuka pintu kamar mandi. Mata nya tidak bisa bohong, ia nampak begitu kaget melihatku seperti ini, namun aku cuek saja. Toh nanti juga dia akan lihat semua nya.                 “Dua – dua nya” Jawab ku, Kinan hanya mengangguk kemudian ia keluar dari kamar sementara aku bersiap – siap. Setelah aku sudah rapi , aku mengambil barang – barang yang akan ku bawa, kemudian aku menghampiri Areta yang sedang sibuk dengan makanan nya.                 “Mas” Ucap nya ketika ia melihat ku Aku mendekati nya                 “Coba liat deh telur kamu ada berapa” ucap nya tanpa memandangkku, ia terus mengaduk-aduk sesuatu di sebuah panci. Tapi Kinan… Pertanyaannya begitu ambigu. Maksudnya apasih?                 “Ada berapa mas telurnya?” Tanya Kinan sekali lagi                 “Ada… dua” Jawabku ragu – ragu.                 “Mana coba sini mas” Ucap Kinan dengan santai nya tanpa menatap ke arah ku, padahal aku sedari tadi sudah memerah karena pertanyaan ambigu nya.  Ini dia mau liat telur yang mana sih?                 “Mas , di kulkas coba cek” Sambung nya, aku tersadar, bukan telur itu yang Kinan maksud.                 Aku segera berjalan menuju Kulkas kemudian mengecek, sisa telur ada berapa. Dan s**t… ternyata telurnya gak ada sama sekali. Bagaimana ini?                 “Mana mas?” Tanya Kinan                 “Gak ada nan” Jawabku                 “Yang tadi katanya ada dua?”                 “Hah , engga”                 “Hmm yaudah gak usah pakai telor aja kalau gitu. Nanti deh weekend kita belanja bulanan. Atau kalau bisa ntar sore , balik kerja aku belanja” Ucap Kinan, aku setengah mati menahan tawa ku karena hal gila yang aku pikirkan. Apa – apaan aku ini, masih pagi sudah berpikiran aneh – aneh.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN