Bab 11. Pria Manipulatif

1177 Kata
Tarikan tangan yang dilakukan oleh pria pemabuk itu menyadarkan Dinara jika dia harus berbuat sesuatu kalau mau lepas dari situasi yang membahayakan ini. Mengharapkan Narendra datang sudah tidak ada di dalam pikirannya, sudah lebih dari 15 menit pria itu pergi tapi tidak ada tanda-tanda jika Narendra akan kembali. "b******n ini rupanya tidak mengerti apa yang gua bilang!" hardik Dinara yang berusaha melepaskan cengkraman tangan pria pemabuk itu. Seharusnya kekuatan pria itu akan melemah karena kesadarannya yang mulai menipis. Jadi Dinara harus pandai melihat kapan pria itu lengah sehingga dia bisa melarikan diri secepatnya. "Ciri khas wanita yang malu-malu tapi mau, saat ini lo boleh memandang jijik gua tapi nanti lo akan menjerit keenakan saat gua bawa terbang merasakan surga dunia," sahut si pemabuk. Dinara semakin merasa jijik saat pria pemabuk itu dengan terang-terangan memandang napsu dirinya, bahkan air liurnya menetes. "Dasar kurang ajar!" Dengan sekuat tenaga Dinara menendang tulang kering pria itu tak peduli jika dia jauh lebih muda. Dia sudah tidak tahan lagi dengan ucapan-ucapan pria itu yang merendahkan dirinya. "Aduh!" Pria pemabuk itu berteriak kesakitan dan melepas cengkraman tangannya. Kesempatan itu dimanfaatkan Dinara untuk berlari menjauhi pria pemabuk itu, tujuannya sekarang adalah pergi secepat dan menaiki modal transportasi yang pertama terlihat olehnya. Tapi ternyata pria itu dengan cepat mengejarnya dan menangkap tangannya. Dengan menyeringai sinis pria itu melontarkan kalimat. "Wanita ini benar-benar menguji kesabaranku." "Dasar pria gila! Dari awal gua sudah tidak mau meladeni , tapi lo yang terus memaksa!" bentak Dinara dengan keberanian yang entah dari mana munculnya. Mata Dinara menatap tajam pria pemabuk itu yang tentunya hanya dianggap sebagai godaan untuknya, tapi Dinara tidak menyerah dia akan mempertahankan apa yang seharusnya meskipun harus berkorban nyawa sekalipun. "Sepertinya gue terlalu banyak bicara, sekarang cepat ikut gua wanita jalang!" ucap pria pemabuk yang bersiap untuk memanggul Dinara. Akan tetapi sebelum niatnya itu terlaksana, terdengar sebuah suara yang menggelegar. "Lepaskan tangan kotor itu dari wanitaku!" Baik Dinara maupun pria pemabuk itu langsung menoleh ke sumber suara, terlihat Narendra berdiri dengan raut wajah mengeras dan tangan mengepal. Pria pemabuk itu hanya terpaku di tempatnya membuat Narendra langsung menerjangnya dan memukuli habis-habisan. "A-ampun .. ampun. Tolong maafkan saya. Saya tidak tahu kalau dia adalah kekasih Bapak." Rintih pria pemabuk itu sembari menerima pukulan membabi-buta dari Narendra. Tadinya Dinara ingin membiarkan pria pemabuk itu dihajar habis-habisan oleh Narendra. Tapi seketika dia ingat kalau pria itu adalah CEO, jadi tak pantas rasanya jika Narendra dipenjara karena kasus kekerasan. "Pak, sudah cukup. Nanti dia bisa mati, lagian apa untungnya bagi Bapak mengotori tangan untuk menghajar pria yang tak berguna ini," ucap Dinara dengan suara agak keras. Rupanya suara Dinara juga mengundang beberapa orang mendekat dua security langsung memisahkan Narendra agar tidak semakin bertindak brutal sementara pria yang dihajarnya sudah tak sadarkan diri. "Ada apa ini? Mengapa Bapak seenaknya memukuli orang lain?" tanya seorang security yang memiliki usia sekitar 40 tahun dengan nada sinis. "Seharusnya saya yang bertanya itu kepada kalian. Apa kerjanya kalian sampai membiarkan pria b******n ini masuk dan menggoda wanita saya?!" tanya Narendra dengan suara menggelegar yang membuat kedua orang security itu menciut nyalinya seketika. "Itu memang benar, Pak. Pria pemabuk ini yang duluan menggoda saya, padahal saya terang-terangan mengabaikannya. Tapi dia dengan lancang menarik tangan saya dan berniat untuk membawa pergi saya dari tempat ini. Kalau saja Pak Narendra tidak cepat datang, sudah pasti saya sudah menjadi korban kebejatan dia." Penuturan Dinara semakin membuat kedua security itu salah tingkah karena lalai dalam menjaga tempat dan pengunjung di sini. Saatvmelihat raut wajah Narendra yang murka, menyadarkan keduanya jika mereka akan segera dipecat. "Pak. Bisakah kita cepat pergi dari sini? Saya sudah lelah dan mengantuk, sementara besok masih harus bangun pagi dan bekerja." Suara Dinara yang mengeluh akhirnya membuat Narendra mengajak sang sekretaris untuk pulang, tentunya setelah membuat laporan kepada polisi atas tindak kekerasan yang disertai pelecehan yang dialami oleh Dinara. "Bisa-bisanya Bapak meninggalkan saya begitu lama," gerutu Dinara saat Narendra mulai meninggalkan area supermarket. Di dalam hatinya Dinara bersumpah jika tidak akan menginjakkan kaki di supermarket terkutuk. "Saya juga tidak menyangka kalau akan selama itu," sahut Narendra yang kembali membuat bingung Dinara. "Hah?" "Sudahlah kamu tidak perlu tahu, yang terpenting sekarang kamu sudah aman bersama saya. Sepertinya mulai besok saya akan menjemput dan mengantar kamu pulang." Dinara lagi-lagi hanya dapat ternganga saat mendengar ucapan dari Narendra yang membingungkan itu. "Oh iya, jangan lupa mulai besok kamu makan makanan yang telah saya belikan dimulai dari s**u kalsium. Cemilan juga ada snack bar yang sehat, ada yogurt drink dan stik. Kalau tengah malam lapar, kamu bisa makan oatmeal," jelas Narendra yang membuat Dinara seketika cemberut. Ini sih sudah jelas namanya jika Narendra memisahkan dia dari makanan junk food dan berlemak, padahal dia sangat menyukai makanan itu karena praktis dan lezat. "Jangan bilang untuk menu makan siang di kantor, Bapak juga sudah menyiapkannya untuk saya," celetuk Dinara setelah menghembuskan nafas kasar. "Kamu benar sekali, saya memang berniat untuk memesankan kamu catering sehat supaya berat badan kamu kembali ideal dan tentunya akan menambah HB dan berat badan kamu. Saya tidak suka bermain dengan wanita yang kurus kering," ucap Narendra dengan tanpa perasaan. "Bapak body shaming! Tidak saya percaya seorang CEO bisa melakukan hal yang memalukan seperti itu," desis Dinara sembari mengacungkan telunjuknya ke arah Narendra. "Saya tidak body shaming. Putri Tidur, tapi itu memang kenyataannya. Kamu terlalu kurus kering dan bahkan saya ragu kalau kamu dapat mengimbangi saya, Seandainya saya menginginkannya saat ini juga," ucap Narendra masih dengan nada dinginnya. "Siapa bilang saya tidak dapat mengimbangi Bapak?" Karena terbawa akan amarah membuat Dinara menyahuti Narendra dengan berapi-api. "Betulkah itu, Putri Tidur," ucap Narendra yang kembali menyunggingkan senyum kemenangan. Dinara yang baru menyadari jika dia telah salah bicara hanya dapat terdiam karena tidak ingin semakin membuat suasana semakin canggung untuknya. "Kenapa tidak menjawab, Putri Tidur? Atau kamu memang mau merasakan kembali keperkasaan saya." Narendra yang semakin menjadi terus menggoda Dinara hingga wanita itu bergidik ngeri. "Bapak benar-benar tidak punya punya hati." Sekarang Dinara hanya berucap apa yang terlintas di dalam pikirannya. Mau itu masuk akal atau tidak, yang terpenting dia tidak boleh terlihat ragu-ragu di depan Narendra. "Bagian mananya saya tidak punya hati? Kamu 'kan tahu kaau saya yang menyelamatkan kamu empat tahun yang lalu. Apa itu yang namanya tidak punya hati?" tanya balik Narendra yang mengungkit kejadian yang telah lalu. "Iya Bapak tidak punya hati karena telah menukarkan pertolongan Bapak dengan menjadikan saya pemuas hasrat Bapak di atas ranjang," balas Dinara. "Sepertinya ada yang mau saya kembalikan kepada pamannya." Ancaman Narenda tak pelak membuat Dinara melebarkan matanya. "Bapak ini benar-benar orang yang sangat egois!" jerit Dinara sembari memukuli tangan Narendra. Dinara lupa jika dia sedang berada dalam mobil yang dikendarai oleh Narendra, akibat dari pukulan itu membuat mobil yang dikemudikan oleh pria itu oleng karena pria itu terkejut dengan tindak anarkis yang dilakukan oleh sang sekretaris. "Putri Tidur apa yang kamu lakukan!" bentak Narendra yang mencoba untuk menguasai kembali kemudinya. Dinara hanya dapat meringis dan berdoa di dalam hatinya agar mereka berdua akan selamat dari kecelakaan. "Setelah ini selesai saya akan memberimu pelajaran, Putri Tidur," desis Narendra yang membanting kemudinya ke arah kiri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN