Bab 2. Pergulatan Panas di Ranjang

1227 Kata
Bibir pria tua itu semakin turun menciumi tulang selangka Dinara, begitu juga dengan air matanya yang mengalir dengan deras. Cumbuan itu malah menyiksa hati dan raga Dinara. Apalagi tangan pria tua itu kini meremas kedua d**a Dinara yang berukuran cukup besar dan membuatnya meringis kesakitan. Saat tangan pria itu akan membuka resleting gaun Dinara, terdengar suara pria yang berat. "Maaf mengganggu kesenangan Anda, Bapak Antony. Saya hanya mau mengambil barang saya yang ketinggalan." "Ckckck, kau ini menganggu kesenanganku saja, Anak muda. Andai saja ayahmu bukan rekan bisnisku selama ini, aku akan menghukum kelancanganmu ini!" Teriak Antony sembari menunjuk pria muda yang berdiri di hadapannya. Wajahnya pun merah padam akibat rasa amarah yang menggelegak hingga ubun-ubun. Bahkan dia melepaskan pelukannya pada Dinara. "Sekali lagi saya mohon maaf, Pak Antony," ucap pria itu sembari mengambil korek api bermotif naga berwarna hitam emas yang tergeletak di meja. "Jadi hanya demi mancis tua itu kau berani menunda kesenanganku. Kalau tahu begitu sudah aku buang dari dulu mancis sialan itu. Narendra," hardik Antony dengan mata menyalang. Dinara yang masih menangis akhirnya dapat sedikit bernapas lega. Setidaknya niat pria tua itu untuk menjamah tubuhnya tertunda karena meluapkan amarahnya pada Narendra. "Anda tidak akan berani melakukannya," sahut Narendra dengan nada dingin. "Sudahlah, mood aku menjadi hilang karenamu, Ren. Padahal di sampingku ada wanita seksi yang siap untuk aku cicipi," sahut Antony dengan ketus. Narendra langsung mengarahkan pandangannya pada Dinara lalu mengeryit saat melihat air mata yang berderai dari netra coklat itu. Wajah itu juga menunjukkan kesedihan yang amat sangat. Setitik rasa iba terbersit di dalam hati Narendra secara tiba-tiba, setelah membuang napas kasar akhirnya Narendra kembali membuka suara. "Saya tahu bagaimana cara untuk mengembalikan mood Bapak," usul Narendra yang segera memanggil seorang bartender. Bartender itu segera menyiapkan sebotol vodka dan 3 gelas di atas meja. Antony menatap sinis Narendra sebelum berkata kepada pria berusia 27 tahun itu. "Jadi kau menyuruhku untuk mabuk rupanya," desis Antony. "Itu kalau Bapak minum terlalu banyak, lagi pula hanya segelas tidak akan menghilangkan kesadaran Bapak 'kan," sindir Narendra yang mulai menyesap gelas vodka pertamanya. "Kamu juga harus minum." Titah Anthony pada Dinara yang hanya dapat terdiam sembari sesekali terisak. Sungguh dia belum siap untuk kehilangan mahkotanya yang berharga di tangan pria yang lebih pantas menjadi kakeknya itu. "Cepat diminum." Dinara yang terkejut saat mendengar perintah itu mencoba untuk meneguk vodka itu, sensasi terbakar langsung dia rasakan pada tenggorokannya dan terbatuk setelahnya. Rasanya dia ingin memuntahkan kembali cairan itu, tapi tatapan tajam Antony membuat Dinara memaksakan diri untuk menghabiskan sisa vodka yang ada di gelasnya. "Aku suka cara kamu minum, Manis. Sekarang kamu minum lagi agar merasa lebih rileks sebelum kita memulai permainan kita," ucap Antony sembari mengelus paha Dinara. Meski risih melihat tangan Antony yang berlabuh pada daerah sensitif Dinara, Narendra menahannya karena pria itu tahu jika sebentar lagi pria itu akan mabuk karena telah menghabiskan 3 gelas vodka. Tak lama kemudian Apa yang diharapkan arena terjadi Antony mabuk dan mulai meracau tidak jelas. "Cepat ambil tas kamu dan ikuti saya." Titah Narendra saat memastikan Antony sudah dalam keadaan mabuk berat. Dinara terkesiap saat mendengarnya, tapi dia tak punya waktu banyak untuk berpikir mengapa pria itu sudi untuk menolongnya. Yang terpenting sekarang adalah lepas dari cengkraman pria tua yang sempat menjamah tubuh bagian atasnya. Rupanya efek vodka yang diminum Dinara mulai bereaksi, tubuhnya sempoyongan dan tersandung hak tingginya sehingga menabrak punggung kekar Narendra. Aroma maskulin yang menguar dari tubuh Narendra seketika membius Dinara, sampai-sampai pria itu berbalik dan mengguncang bahunya cukup keras lalu berkata. "Kamu tidak apa-apa?" "Tidak apa-apa, Pak," jawab Dinara di tengah kesadaran yang mulai menipis. "Kalau begitu mari cepat keluar dari klub ini sebelum kedua pria itu menemukanmu," ucap Narendra dengan suara tegas. "Bawa saja saya pergi ke rumah Bapak," pinta Dinara tanpa sadar. "Apa kamu sudah gila?" tanya Narendra dengan sinis. "Bawa saja saya pergi, Pak," ucap Dinara yang kembali berlinang air mata. Narendra hanya dapat menghela napas kasar saat menyadari jika Dinara sudah mabuk, akhirnya tak ada pilihan lain baginya untuk membawa gadis itu menuju mobilnya. Karena terlalu lelah akibat menangis dan mabuk membuat Dinara terlelap saat perjalanan baru dimulai selama 10 menit. Lagi-lagi Narendra hanya dapat menghela napas melihatnya. Sepanjang perjalanan Narendra memikirkan cara agar Dinara selamat dari Antony, pria itu pasti akan terus mencari keberadaan perempuan yang sedang tertidur dalam posisi meringkuk itu. Posisi itu membuat gaun mini yang melekat pada tubuh Dinara terangkat dan memperlihatkan dalamannya yang berwarna hitam, sangat kontras dengan kulit putihnya. Narendra meneguk salivanya dengan kasar saat menyadari jika Dinara memiliki bentuk tubuh yang seksi. Kedua d**a dan b****g yang kencang itu akhirnya memancing hasrat kelelakian pria itu. Hey! Dia masih pria normal yang akan terpancing gairahnya saat disuguhkan pemandangan seindah itu. "s**t!" umpat Narendra saat menyadari jika tubuh bagian bawahnya menegang. Untung saja dia sudah berada dekat dengan komplek apartemennya. Dengan tergesa-gesa Narendra memarkirkan mobilnya lalu membopong tubuh Dinara yang masih terlelap menuju unit apartemennya. Narendra melempar tubuh Dinara ke atas ranjang berukuran king size. Ternyata hal itu malah membuat Dinara terbangun dan menatap sendu pria yang melihatnya dengan penuh napsu. "Sudah bangun, Putri Tidur?" tanya Narendra dengan napas tersengal menahan gairah yang bergejolak di dalam dirinya. Pria itu segera menghampiri Dinara yang masih berbaring dengan pose sensualnya, kedua mata mereka saling beradu dan membuat Dinara terbius oleh manik sepekat malam itu. Dalam beberapa langkah Narendra telah berada di depan Dinara dan memposisikan kedua wajah mereka begitu dekatnya hingga tak berjarak. Hembusan napas panas saling mereka terima sebelum Narendra mengecup bibir Dinara dengan lembut namun lambat laun berubah menjadi lumatan yang saling memantik gairah keduanya. Tangan Narendra mulai menyusuri lekuk tubuhnya membuat Dinara mengeluarkan erangan yang malah membuat Narendra semakin bersemangat untuk mengeksplorasi tubuh perempuan muda yang ada di bawahnya. Walaupun ini pertama kalinya untuk Dinara, tapi anehnya dia seakan tahu harus melakukan apa untuk membalas semua sentuhan yang dilakukan Narendra kepada tubuhnya. Tapi yang paling membingungkan untuk Dinara adalah dia menikmati sentuhan itu, berbanding terbalik saat Antony tadi menjamahnya. Hanya rasa mual bercampur jijik yang mendominasi tubuhnya. Narendra tersenyum saat melihat jika Dinara sudah sangat siap untuk dimasuki olehnya. Mengabaikan Antony yang pasti mengamuk saat mengetahui perempuan yang dia bayar malah dinikmati oleh Narendra. "Are you ready?" bisik Narendra yang melepaskan diri sejenak dari tubuh seksi Dinara. Entah kapan Narendra melepas gaun mini itu dari tubuh Dinara, dia sendiri tak ingat. Pakaian dalam berwarna hitam itu menambah kesan seksi dan sensual dari Dinara. Dengan tak sabaran Narendra melepas sisa pakaian yang melekat pada tubuh keduanya. Bibir Narendra menyusuri setiap lekuk tubuh Dinara dan meninggalkan jejak kepemilikannya di sana. Dinara mengerang kencang saat Narendra menggigit dadanya dengan kuat, tubuhnya bahkan mengejang untuk pertama kalinya. Setelah Narendra merasa Dinara siap menerima dirinya, pria itu memposisikan dirinya tepat di bawah Dinara. Narendra mulai bergerak dan mencoba menerobos pelindung yang dimiliki oleh Dinara. "Sakit Pak!" jerit Dinara yang merasa kesakitan. Namun Narendra seakan menulikan telinganya dan terus melesak masuk, Dinara ingin menyerah saja karena rasa sakit itu seakan mengoyak tubuhnya. Air matanya pun mengalir dengan deras. "Trust me, Putri tidur. Aku akan membawamu ke surga dunia, jadi rileks dan terima saja apa yang akan aku berikan sama kamu," bisik Narendra dengan lembut. Mendengar itu membuat Dinara merasa sedikit tenang dan kembali menerima apa yang dilakukan Narendra pada tubuhnya meski rasa sakit masih mendominasi. Hingga akhirnya Narendra dapat menembus pertahanan dirinya dan membuat keduanya melakukan pergulatan panas sepanjang malam.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN