Ken yang menyesap rokok yang ada di tangannya lalu menghembuskan ke atas lalu ia menatap pada ponselnya yang berdering di atas meja. Ken menatap datar pada benda pipih yang berisik menampilkan nama ibunya.
Dengan malas Ken mengangkat sambungan telepon dari ibunya. Meletakan ponsel tersebut di atas meja dan suara wanita yang melahirkan dirinya terdengar.
“Ken, kamu kapan pulang Nak?” Pertanyaan dari ibunya membuat Ken menghela napasnya kasar.
“Ken masih sibuk Ma. Belum sempat untuk pulang, dua minggu lagi baru pulang.” Jawab Ken.
“Dua minggu lagi? Lama itu Nak. Kenapa kamu pulang dua minggu lagi. Kamu seharusnya pulang dua hari lagi. Ini adik kamu dia sudah ada kemajuan. Mama mau kamu bantu Om kamu untuk cari Tania sampai ketemu. Kayaknya Kevin butuh Tania.” Ucap Alea yang membuat rahang Ken mengeras mendengar apa yang dikatakan oleh ibunya.
Enak saja ibunya ini meminta dia untuk mencari Tania dan membawanya ke Kevin agar adiknya itu cepat sembuh. Ia tidak akan pernah melakukan hal itu. Dia tidak pernah mau adiknya dan Tania kembali bersama.
“Ken tidak bisa pulang cepat Ma. Kalau Kevin ada perkembangan, Ken sangat senang sekali. Tapi untuk pulang Ken tidak bisa, pekerjaan di sini masih banyak dan membutuhkan Ken.” Ucap Ken.
“Kamu beneran nggak bisa pulang Nak? Mama sangat ingin sekali kamu pulang cepat. Mama butuh kamu di sini dan juga adik kamu. Om kamu juga, yang butuh bantuan kamu untuk mencari keberadaan Tania yang sampai sekarang tidak ketemu.” Ucap Alea di seberang sana, terdengar nada suara ibunya yang parau.
Dan pasti ibunya itu terus saja menangis, memikirkan Tania dan juga Kevin yang berbaring di rumah sakit.
“Mama jangan nangis terus. Ken tidak suka Mama sakit nanti, kalau Ken tahu Mama sakit. Maka Ken tidak akan mau mencari Tania.” Ancaman dari Ken membuat teriakan Alea terdengar.
Ken menyayangi ibunya. Wanita itu segalanya untuk Ken. Tapi, Ken tidak bisa membiarkan cintanya juga dimilik oleh adiknya sendiri. Dia mau Tania menjadi miliknya bukan milik Kevin atau yang lain. Tania adalah wanitanya dan harus dia yang menikahi Tania.
“Ken! Jangan seperti itu Nak. Kamu tidak sayang dan kasihan pada Kevin juga Om kamu. Om kamu sekarang juga kesulitan, Tante kamu Hyena, dia masuk rumah sakit sayang. Hyena sakit dan Mama tidak bisa melihat mereka hancur. Kamu tahu sendiri, kalau jasa Om kamu itu sama Mama sangat besar sekali. Om kamu yang membuat Mama—”
“Ya, Ken tahu Ma. Tapi Mama jangan sampai sakit. Ken tidak mau Mama sakit karena memikirkan semua ini. Mama tenang dan makan teratur dan tetap istirahat. Lagian Ken tidak pulang, juga sudah mengerahkan anak buah Ken untuk mencari keberadaan Tania, Ma.” Ucap Ken.
“Kamu jangan lama-lama ya. Selesaikan dengan cepat semua urusan kamu sayang.” Kata Alea.
Ken hanya berdeham mendengar apa yang dikatakan oleh ibunya itu. Ken mematikan sambungan telepon, lalu ia berdiri dari tempatnya. Berjalan dengan angkuh menuju kamar Tania.
Ken membuka pintu kamar Tania. Matanya menatap tajam pada Tania yang masih berbaring di atas ranjang dengan keadaan tanpa sehelai benangpun.
“Sayang, kau masih merasakan obat perangsangnya?” Tanya Ken pada Tania yang terlihat lemas dan peluh keringat membanjiri tubuh Tania.
“Lepaskan aku Kak! Hiks! Aku mau pulang. Aku mau bertemu Mama dan Papa. Tolong… biarkan aku pulang. Aku mohon…” Tania memohon dan air mata sudah menetes di pipinya. Air mata yang sebelumnya sudah mengering. Sekarang menetes lagi.
“Kamu mau pulang? Boleh sayang. Tapi nanti. Kita menikah dan punya anak dulu.” Ucap Ken menyeringai. Membuka ikatan di tangan dan kaki Tania.
Mata Ken melihat tangan dan kaki Tania yang memerah. Uhh! Menyenangkan sekali melihat tangan dan kaki itu memerah karena ulah dirinya.
“Lihat sayang, tangan dan kaki kamu memerah sayang.” Tunjuk Ken pada tangan dan kaki Tania.
“Kak…” lirihan sendu Tania terdengar di telinga Ken.
Bukannya merasa kasihan. Malahan Ken merasa senang mendengar lirihan sendu dari Tania tersebut.
“Iya, ada apa sayang? Kamu kenapa hmm? Kamu butuh sesuatu sayang?” Tanya Ken tertawa kecil.
“Kak… izinkan aku pulang… biarkan aku pulang… aku mau Mama dan Papa…” isak Tania memohon, berusaha menutup tubuhnya dari Ken.
Ken tertawa kecil. “Mau pulang sayang? Tidak boleh cantik. Kau masih harus di sini sayang. Kau masih harus melaksanakan tugasmu itu sayang. Kau akan menjadi istriku dan hamil anakku sayang.” Ucap Ken mengusap perut Tania lembut.
Tania berusaha untuk menepis tangan Ken. Namun Ken kembali mengusap perut Tania, tidak mengizinkan Tania untuk menepis tangannya.
“Jangan ditepis sayang. Aku tidak mau kau menepis tanganku. Kau mengerti sayang?” Tanya Ken.
Tania terisak mendengar apa yang dikatakan oleh Ken padanya.
Tania mau pulang. Tania butuh ayah dan ibunya. Tania rindu ayah dan ibunya. Tania mau pulang.
Tania menatap takut pada Ken yang berdiri dengan wajah datar dan membelai pipinya dengan lembut.
“Kenapa takut sayang?” Tanya Ken.
“Kak… aku mohon… jangan…” Tania berusaha untuk menyingkirkan tangan Ken yang turun ke bawah dan mencoba untuk menyentuh dadanya.
Ken menyeringai. “Kenapa sayang? Kau tidak mau aku sentuh hmm?” Tanya Ken dan kali ini meremas d**a Tania kasar.
Tania meringis kesakitan dan juga menangis dengan apa yang dilakukan oleh Ken padanya. “Jangan…”
“Jangan berhenti maksudmu sayang? Baiklah, aku tidak akan berhenti menyentuh dirimu sayang. Kita masuk ke dalam kamar mandi sekarang ya sayang.” Ucap Ken pada Tania.
Tania menggeleng, bukan tangannya yang ditarik oleh Ken. Tapi rambut Tania ditarik kasar oleh Ken. Membawa Tania masuk ke dalam kamar mandi, dan mendorong Tania kasar di dalam kamar mandi.
Kepala Tania terbentur dengan apa yang dilakukan oleh Ken. “Sakitthhh…” rintih Tania. Memegang kepalanya yang sebentar lagi akan membengkak.
Ken tertawa kecil. “Sakit sayang? Sakitnya tidak seberapa dengan hatiku. Kau mau menikah dan begitu antusias sekali menikah dengan Kevin. AKU LEBIH SAKIT TANIA! AKU MENCINTAIMU DARI LAMA! TAPI KAU MAU MENIKAH DENGANNYA!”
Bentak Ken menarik rambut Tania kasar dan-
DUG!
Kembali Ken membenturkan kepala Tania ke dinding kamar mandi. Dan membuat Tania meringis kesakitan dengan apa yang dilakukan oleh Ken padanya. Sangat sakit sekali.