Tania yang masih diikat di atas ranjang dengan tubuhnya yang menggeliat panas dan juga sentuhan dari bulu yang dilakukan oleh Ken padanya. Membuat Tania seperti orang gila. Ia tidak pernah membayangkan sepanjang dirinya hidup, kalau ia akan mengalami hal ini, dari lelaki yang begitu dihormati olehnya dan dianggap oleh Tania, lelaki itu akan menjaganya dan menyayanginya seperti adiknya sendiri.
“Kakhhh… janganhhh…” Tangan Tania meremas seprei, dan kewarasan masih ada pada dirinya, melihat Ken yang akan membuka celana dalamnya. Menyobek celana itu dengan gunting kecil. Tania menangis, ia tidak mau memperlihatkan seluruh tubuhnya pada lelaki yang bukan suaminya.
“Kak jangan… hiks… aku calon istri adikmu.” Tania menangis mengingat wajah Kevin yang selalu tersenyum padanya, dan menjaganya dengan baik. Bahkan Kevin tidak pernah menyentuhnya lebih dari hanya memegang tangan saja, atau mencium pipi. Kevin selalu menghargainya.
“Jangan? Aku tidak akan pernah menghentikan apa yang aku lakukan Tania. Aku akan membuat dirimu sadar, siapa pemilikmu sekarang sayang. Yap! Pemilikmu sekarang adalah aku. Hahaha. Kau dari dulu menjadi milikku sayang.” Ucap Ken tersenyum manis melihat Tania yang takut padanya.
“Kenapa takut sayang. Bukankah kau sudah hari keempat berada di sini, dan kau sudah dua kali meminum obat perangsang. Apakah kau sudah mau Kakak sentuh dan memasukan milik Kakak ke dalam milikmu. Menghentak kasar dan membuat kau hamil.”
“Asshhhhh!!” Tania meringis ketika Ken meremas perutnya kasar. Ia semakin menangis.
“Perut ratamu ini, hanya boleh membuncit saat hamil anakku sayang. Kau tidak boleh hamil anak lelaki lain termasuk Kevin. Hmm… kau mau tahu kapan aku membawamu pulang?” Tanya Ken tersenyum manis bertanya pada Tania.
Tania mengangguk. “K-kapan?” tanya Tania menahan dirinya untuk tidak mendesah, ketika bulu dari tongkat Ken yang menyentuh perutnya.
“Setelah kau hamil dan aku buat Kevin tidak mencintaimu lagi.” Seringai Ken.
Tania menggeleng, ia tidak mau Kevin mencintai wanita lain. Ia juga tidak mau Ken menghamilinya. “Kak, salahku apa padamu? Kenapa kau jahat padaku. Kenapa harus aku?! Kau sudah punya Kak Marien! Seharusnya kau memikirkan perasaannya juga.”
PLAK!
Tamparan didapatkan oleh Tania dari Ken di pipi mulus gadis itu. Ken memandang pada telapak tangannya tersenyum puas lalu setelahnya menggeleng. “Aku tidak sengaja menamparmu sayang. Tapi … aku tidak suka kau membahas perempuan itu. Ya! Aku sudah punya Marien, dan aku juga punya dirimu. Hahaha! Aku akan menikahi Marien dan juga menikah denganmu. Tenang sayang. Tenang, kau akan menjadi istri pertamaku dan Marien menjadi istri keduaku. Hahaha… bagaimana?” tanya Ken tertawa seperti psikopat.
Tania tidak senang dengan apa yang dikatakan oleh Ken. Ia tidak mau mengkhianati Kevin dan Marien. Dua orang yang begitu berarti sekali di dalam hidupnya. Dua orang yang disayang olehnya.
“Aku tidak mau menikah denganmu— AAA! SAKIT KAK!” teriak Tania, rambutnya ditarik kasar oleh Ken.
“Kau tidak bisa menolaknya cantik. Kau tahu, aku terlahir dari darah siapa? Hmm… ya. Aku terlahir dari Zevanno Dominic Orion, yang semua keinginannya harus dicapai olehnya. Vanno saja yang bodoh. Dia tidak langsung membunuh Alea di tangannya saat dia menjadikan Alea jalangnya. Hahaha! Tapi kalau Alea terbunuh aku tidak memiliki ibu.” Gelak Ken, yang tidak pernah dilihat oleh Tania, kalau Ken sesakit ini.
Ken tidak waras! Melihat bagaimana tatapan tajam dan tawa lelaki itu. “KAU SEHARUSNYA MATI BERSAMA DENGAN AYAH---”
PLAK!
BUG!
Ken menampar dan memukul rahang Tania. Sudut bibir Tania berdarah. Bukan hanya pukulan dan tamparan saja yang didapatkan oleh Tania sekarang. Tetapi lelaki itu berjalan menuju kulkas yang ada di dalam kamar dan membawa satu mangkok es batu.
“Aashhhh…” Tania merasa dingin dan juga ingin disentuh.
“Aku tidak akan menyentuhmu dulu sayang. Sampai aku menikah denganmu, karena anak yang lahir di rahimmu nanti adalah hasil pernikahan kita bukan anak haram sepertiku.” Kekeh Ken, tidak merasa sedih mengatakan dirinya sendiri anak haram. Yang memang hadir di luar pernikahan. Dan kesalahan Vanno yang terlalu bernafsu sehingga melupakan pengaman.
“KAU MEMANG ANAK IBLIS!” teriak Tania.
Ken bukannya marah malah tertawa kencang dan duduk di kursi yang menghadap pada Tania yang terus mendesis merasakan dinginnya es yang menyentuh perut ratanya itu.
“Ya, aku anak iblis. Bukankah ayahmu sudah mengatakan sendiri bagaimana kelakuan sepupunya itu padamu dan juga Kevin. Ibuku juga turut menceritakan bagaimana kisah teragisnya dulu, ia menjadi wanita pemuas hasrat mantan suaminya sendiri. Dan sampai dijual oleh mantan suaminya sendiri. Dan ini adalah hasil dari hubungan terlarang itu. Yang juga menuruni sifat Vanno— lelaki yang sangat dibenci oleh ibuku.”
Tania menatap benci dan kekecewaan yang sangat besar pada Ken. Dia selalu menyanjung Ken, dan mengatakan kalau Ken adalah kakak terbaik untuknya sama seperti Tervis, kakak kandungnya sendiri. Namun ternyata semuanya salah.
“Kak Ken, ini bukanlah hal yang benar. Ini adalah hasrat terlarang yang kau rasakan. Bebaskan aku, Kak. Kalau kau membebaskan aku sekarang. Aku tidak akan membencimu dan mengatakan pada keluarga kita, apa yang kau lakukan. Aku hanya diam saja nanti.”
Ken tersenyum mengejek mendengar ucapan Tania barusan. “Membebaskan dirimu sayang? Setelah aku susah payah membawamu kemari. Lalu aku melepaskanmu begitu? Hmm… jangan bermimpi sayang. Kau tetap di sini. Seminggu lagi kita menikah Tania. Agar anak kita tidak terlahir dari luar pernikahan.”
“AKU TIDAK MAU MENIKAH DENGANMU! Ashhhh…” Tania mendesis merasakan sejuknya es batu dan juga obat perangsang yang masih dirasakan olehnya. Tania tersiksa namun ia tidak mau untuk menunjukan betapa rendahnya ia meminta sentuhan dari lelaki biadab yang sedari tadi tersenyum sinis padanya.
“Jangan berteriak Tania. Nanti pita suaramu rusak, dan kita tidak jadi mengucap janji suci pernikahan di atas altar. Ahh, aku juga mau memberi kabar padamu sayang. Tentang Kevin, dia masih belum sadar. Kasihan sekali adikku itu, dia menjadi tertembak karena anak buahku.” Ken tertawa kecil melihat wajah amarah dari Tania.
“Kau memang manusia biadab.” Ucap Tania marah.
“Ya, dan manusia biadab ini, yang akan menjadi suamimu cantik.” Ken mengedipkan sebelah matanya pada Tania. Menggoda Tania yang maish menatapnya penuh amarah. Tania sangat cantik sekali dengan wajah amarahnya itu.