Tania memegang kepalanya yang terasa sakit karena Ken berulang kali membenturkan kepalanya ke dinding kamar mandi. Bahkan menyiram dirinya dengan air panas yang begitu dingin sekali, membuatnya menggigil dan merasa sangat dingin dengan apa yang dilakukan oleh Ken pada dirinya.
“Kau kenapa menangis?” Tanya Ken datar.
Tania menatap lirih psda Ken. “Kak… kau jahat.” Lirih Tania menatap tajam pada Ken.
Ken tertawa kecil. “Jahat? Yang benar? Aku tidak jahat sayang. Aku hanya mau berjuang untuk cintaku. Aku hanya mau kau menjadi milikku sayang.”
Belaian tangan Ken di pipi Tania, ditepis oleh Tania dengan tangan bergetar dan juga takut. Tania tidak bisa untuk berdekatan dan bersentuhan dengan Ken lagi. Rasa takut itu muncul pada dirinya, terhadap kakak sepupu yang selama ini selalu dicari olehnya bila dalam keadaan sedih ataupun bahagia.
Namun, ketakutan yang dirasakan oleh dirinya sekarang. Berasal dari kakak sepupunya yang membuat dia harus gagal dalam pernikahannya bersama sang kekasih dari kecil yang diimpikan oleh Tania menikah dengan Kevin— adik dari Ken walau beda ayah tapi satu ibu.
Seharusnya Ken memikirkan perasaan adiknya sendiri, dan tidak berbuat hal semacam ini. Yang mana Ken membuat pernikahan yang sudah lama sekali dinanti oleh Tania dan Kevin hancur dalam hitungan detik.
Tania dibawa menjauh dari keluarganya juga Kevin. Dan Kevin yang terbaring di rumah sakit sekarang, dan Tania tidak tahu keadaan kekasihnya itu sekarang seperti apa.
“Kau berani menepisku sayang? Sayang, kau selalu memeluk Kak Ken-mu ini. Kenapa sekarang takut dan menepis sentuhan dari Kak Ken yang begitu mencintai kamu hmm?” Pertanyaan Ken, yang terlalu percaya kalau yang dirasakan oleh dirinya sekarang adalah sebuah cinta bukan hanya hasrat terlarang yang seharusnya tidak dimiliki oleh Ken.
“Itu bukan cinta. Kau terobsesi dalam hasrat yang tidak seharusnya kau miliki padaku Kak! Aku tidak mau bersamamu Kak. Aku tidak pernah mencintau dirimu seperti perasaan yang kau kira sekarang. Aku hanya menganggap dirimu itu kakakku bukan lelaki yang harus menjadi–”
“STOP! AKU TIDAK MAU MENDENGARNYA!”
PLAK!
“AAAA!”
Tamparan dan jambakan dari Ken membuat Tania berteriak memegang lengan lelaki yang selalu perhatian padanya dari kecil tapi kini semuanya sudah berubah.
“Sakithh…” rintih Tania, yang tidak pernah merasakan yang namanya sakit dan penyiksaan dari orang tuanya ataupun Kevin. Kini ia mendapatkan siksaan dari Ken— lelaki yang begitu disayangi oleh ayahnya sebagai keponakan namun sekarang?
Lelaki itu yang menghancurkan Tania.
“Sakit? Lebih sakit hatiku Tania. Kau tidak pernah merasakan, bagaimana rasa cinta yang dipendam dan melihat orang yang kau cintai bersama orang lain. Lalu kau begitu bahagia sekali, melihat aku bertunangan dengan Marien. AKU MAU DIRIMU! AKU MAU KAU MENCINTAIKU! AKU MAU KAU MEMILIHKU!” bentak Ken di depan wajah Tania yang menangis sendu mendengar ucapan Ken barusan.
Tania menggeleng.
“Kak… aku tidak bisa sama Kak Ken. Aku harus bersama Kevin. Aku mencintai Kevin. Hanya Kevin—”
BRUK!
Tubuh Tania didorang oleh Ken. Tania kembali terjatuh dan kali ini kepalanya membentur sudut ranjang, membuat kepalanya berdarah dan merasa sakit.
“Sakit kak…” Tania memegang kepalanya, dan melihat darah yang ada di telapak tangannya.
Ken menyeringai. “Makanya kau jangan pernah mengatakan cinta pada Kevin. Katakan cinta padaku sayang, atau kau mau. Aku membunuh Kevin di depan matamu hhmm?”
Tania menggeleng, namun setelahnya ia menatap nanar. “Kau tidak akan berani membunuh separuh hidup Mama Alea. Mama Alea sangat menyayangi Kevin dibanding dirimu anak dari lelaki iblis!” Ucap Tania menantang.
Napas Ken memburu. Matanya menatap tajam pada Tania, yang berani sekali membandingkan rasa kasih sayang ibunya pada dirinya dan juga pada Kevin. Ibunya sangat menyayangi dirinya?
Ya… Ibunya menyayangi dirinya bukan?
“JANGAN SOK TAHU JALANG!”
Ken menendang perut Tania. Tania memegang perutnya, dan mendongak ke atas dengan tatapan kesakitannya.
“Kau bisa melihat sendiri, bagaimana ibumu begitu senang ketika bersama Kevin dibanding dirimu. Ayah Kevin adalah penyelamat hidupnya. Sedangkan ayahmu? Adalah iblis di dalam hidupnya. Wajahmu dengan wajah ayahmu sangat mirip sekali. Sampai kelakuan kalian juga mirip. KALIAN SAMPAH DI DALAM KELUARGA ORION! KAU TIDAK PANTAS MENJADI PEWARIS UTAMA ORION! TERVIS YANG PANTAS!” Bentak Tania semakin berani.
Ken tergelak sinis dan tawanya begitu menggelegar dan matanya semakin menatap tajam pada Tania sekarang.
“Kau bilang apa sayang? Pewaris utama yang pantas adalah Tervis? Dan aku sampah bersama ayahku? Sampah apa maksud dirimu hhmmm? Sedangkan semua warisan itu selalu jatuh ke tangan kakekku dan ayahku lalu sekarang di tanganku. Kau, mau melihat sampah ini menjadi dirimu sampah juga?” Tanya Ken sinis.
“Sepertinya kau tidak bisa untuk disayangi dan bersikap lembut pada dirimu. Karena kau selalu saja menyebut nama lelaki sialan itu. Aku tidak suka kau menyebut namanya Tania!” Tarikan di rambut Tania semakin kencang.
Tania semakin meringis merasakan rambutnya yang ditarik oleh Ken.
“Sakit… lepaskan…” ucapnya memukul tangan Ken berulang kali. Tapi bukannya melepaskan, malahan Ken kembali mengantukan kepala Tania ke sudut ranjang.
Kepala Tania kembali memerah dan bengkak. Tania merasa pusing dan perlahan menutup matanya. Tania jatuh pingsan dengan tangan Ken yang masih belum terlepas dari rambut Tania.
“Cih, kenapa kau sangat lemah sekali. Aku baru mengantukan kepalamu beberapa kali. Tapi kau sudah pingsan Tania.” Ujar Ken, menggendong Tania dan bruk!
Ken menjatuhkan tubuh Tania kasar ke atas ranjang. Menatap pada tubuh Tania yang masih basah dan tidak mengenakan apapun. Ken berjalan menuju walk in closet, mengambil gaun tidur berwarna putih gading.
Kembali berjalan mendekati Tania memakai gaun tidur tersebut pada Tania yang masih memejamkan matanya karena pingsan. Ken mengusap pipi Tania lembut.
Memiringkan wajahnya dan perlahan memajukan wajahnya.
Cup!
Satu kecupan yang begitu lama diberikan oleh Ken pada bibir Tania. Ia menatap kepala Tania yang berdarah dan bengkak. Maafkan dirinya. Ken tidak sengaja melakukan hal tersebut pada Tania.
“Maafkan aku sayang. Aku tidak sengaja melakukan hal itu padamu.” Ucap Ken mencium kening Tania lama, dan mengobati luka di kening Tania.
“Jangan menolakku Tania. Aku sangat mencintai dirimu.” Tutur Ken lembut sembari mengobati luka Tania sangat lembut sekali juga perlahan takut Tania kembali terluka oleh dirinya.